EtIndonesia. Pada dini hari 21 Desember 2025, Direktorat Intelijen Pertahanan Ukraina melancarkan operasi sabotase rahasia terhadap Pangkalan Udara Lipetsk, salah satu fasilitas penting Angkatan Udara Rusia.
Rekaman yang dirilis kemudian memperlihatkan pasukan khusus Ukraina berhasil menyusup ke area bandara, melewati sistem keamanan, dan masuk ke dalam hanggar pesawat tanpa terdeteksi. Dalam video tersebut, tampak dua jet tempur Rusia dengan nomor lambung 12 dan 82, masing-masing merupakan Su-27 dan Su-30.
Pasukan Ukraina dilaporkan masuk hingga ke kokpit, lalu membakar badan pesawat dari dalam. Api membesar dengan cepat, disertai bola api terang dan ledakan-ledakan kecil, menandakan kerusakan total. Dari kondisi fisik pesawat, kedua jet tempur tersebut dipastikan tidak lagi dapat diperbaiki atau dioperasikan.
Setelah misi selesai, pasukan khusus Ukraina mundur secara senyap, tanpa korban maupun jejak yang tertinggal.
Menurut sumber intelijen Ukraina, persiapan operasi ini memakan waktu sekitar dua minggu, termasuk pengamatan rute patroli, jadwal penjagaan, dan celah dalam sistem pengawasan pangkalan. Kerugian Rusia diperkirakan mencapai sekitar 100 juta dolar AS.
Serangan Drone Beruntun ke Pangkalan Udara Rusia
Operasi di Lipetsk bukan insiden tunggal. Dalam beberapa pekan terakhir, Ukraina mengintensifkan serangan udara berbasis drone ke berbagai pangkalan militer Rusia.
- 20 Desember 2025
Dinas Keamanan Nasional Ukraina melancarkan serangan drone Alpha ke Pangkalan Udara Belbek, Semenanjung Krimea. Serangan ini menghancurkan dua jet tempur Su-27 Rusia. - 12 Desember 2025
Drone Ukraina kembali menyasar Krimea, kali ini menghantam pesawat angkut militer An-26 serta sistem radar bandara. Serangan malam hari tersebut terekam jelas, memperlihatkan satu unit An-26 hancur total.
Pesawat An-26 merupakan tulang punggung transportasi militer era Soviet dan Rusia. Diproduksi sejak 1960-an dengan total lebih dari 1.400 unit, pesawat turboprop bermesin ganda ini mampu mengangkut hingga 40 personel militer.
Rentetan Kecelakaan Fatal Angkatan Udara Rusia
Di luar serangan Ukraina, masalah internal Angkatan Udara Rusia juga semakin mencolok.
Pada 9 Desember 2025, sebuah pesawat angkut berat An-22 milik Kementerian Pertahanan Rusia jatuh saat uji terbang pascaperawatan di Oblast Ivanovo. Seluruh tujuh awak tewas, setelah pesawat hancur di udara dan puing-puingnya tersebar di daratan serta perairan sekitar.
An-22, yang dikembangkan oleh Antonov pada 1960-an dan melakukan penerbangan perdana pada 1965, mampu mengangkut hingga 80 ton kargo. Karena usia dan masalah perawatan, model ini resmi dipensiunkan pada 2024, dan pesawat yang jatuh tersebut merupakan unit An-22 terakhir Rusia yang masih aktif.
Ledakan Mobil Jenderal Rusia: Pola Pembunuhan Terarah
Masih pada malam 21 Desember 2025, media Rusia melaporkan ledakan kendaraan dinas milik Salvarov, Kepala Biro Pelatihan Tempur Angkatan Bersenjata Rusia. Ledakan terjadi pada pagi hari setelah bom rakitan yang dipasang di bawah Kia Sorento miliknya meledak sesaat setelah mesin dinyalakan. Salvarov tewas di tempat.
Salvarov dikenal luas sebagai perwira senior yang terlibat dalam Perang Chechnya serta memimpin operasi Rusia di Suriah (2005–2016).
Dalam satu tahun terakhir, Ukraina disebut beberapa kali melakukan operasi pembunuhan terencana terhadap jenderal Rusia di Moskow:
- Desember 2024: Letnan Jenderal Kirillov, Komandan Pasukan Pertahanan Nuklir, Biologi, dan Kimia Rusia, tewas akibat bom di skuter listrik.
- April 2025: Letnan Jenderal Yaroslav Moskalik, Wakil Kepala Departemen Operasi Staf Umum Rusia, tewas akibat bom mobil.
Presiden Vladimir Putin kala itu menyebut insiden-insiden tersebut sebagai kegagalan serius aparat keamanan Rusia.
Garis Depan Memanas: Red Army Village Tak Jatuh
Perhatian publik kini tertuju ke Red Army Village (Krasnohorivka) di Donbas.
Hingga 22 Desember 2025, Rusia masih menguasai wilayah selatan rel kereta api, namun bagian utara kota tetap dipertahankan Ukraina.
Dalam wawancara 22 Desember, Presiden Volodymyr Zelenskyy menyatakan bahwa situasi medan perang relatif tidak berubah dibanding sebulan sebelumnya. Rusia menempatkan sekitar 1.100 personel di dalam kota, tetapi tidak mencatat kemajuan berarti.
Rekaman lapangan menunjukkan pertempuran artileri intens, dengan Ukraina terus melakukan tembakan balasan.
Pada hari yang sama:
- Brigade ke-46 Ukraina merilis video drone ber-pengeras suara yang menjatuhkan 6 drone Rusia hanya dengan satu unit.
- Batalion Azov memperlihatkan keberhasilan menggagalkan serangan mekanis Rusia ke arah Dobropillia.
Ukraina melaporkan kehancuran:
- 6 tank Rusia
- 10 kendaraan tempur infanteri
- 5 APC
- 1 kendaraan lapis baja perbaikan
Menariknya, Rusia juga mengerahkan kendaraan ATV, namun 10 dari 11 unit berhasil dihancurkan.
Kesimpulan: Donbas Masih Jauh dari Genggaman Moskow
Lebih dari dua tahun pertempuran, Rusia belum mampu merebut Red Army Village sepenuhnya. Meski Putin terus menolak gencatan senjata dan yakin Donbas bisa direbut seiring waktu, realitas di lapangan menunjukkan stagnasi.
Dengan sistem pertahanan Ukraina yang masih utuh serta kota-kota strategis seperti Slavyansk dan Yansk di belakangnya, ambisi Rusia untuk menguasai Donbas sepenuhnya kian tampak sebagai tujuan yang sulit diwujudkan secara militer.



