Jakarta, VIVA – Meningkatnya permintaan dari kecerdasan buatan (AI) dan penambangan mata uang kripto telah mendorong peningkatan penggunaan listrik di seluruh dunia, sehingga memberikan tekanan yang semakin besar pada jaringan listrik seiring dengan ekspansi pusat data (data center) yang boros energi dengan pesat.
Citra termal beresolusi tinggi yang dirilis pada bulan ini oleh operator satelit termal SatVu yang berbasis di Inggris menawarkan gambaran langka tentang aktivitas di dalam lokasi dengan beban tinggi, dengan jejak panas yang melacak di mana sistem pendingin dan listrik berada di bawah beban.
Pada gambar tersebut menunjukkan kompleks pusat data (data center) penambangan Bitcoin di Rockdale, Texas, Amerika Serikat (AS).
Menurut situs web space.com, Rockdale adalah lokasi tambang Bitcoin milik Riot Platforms – yang digambarkan sebagai yang terbesar di AS – dengan perkiraan kebutuhan daya sekitar 700 megawatt, kira-kira sama dengan penggunaan listrik sekitar 300 ribu rumah. Lokasi tersebut telah dikritik karena konsumsi listrik dan jejak karbonnya.
“Pembangunan pusat data (data center) saat ini berlangsung sangat cepat, dan dunia membutuhkan cara yang lebih baik untuk memahami apa yang sebenarnya terjadi di lapangan,” kata Thomas Cobti, wakil presiden Pengembangan Bisnis SatVu, seperti dikutip dari situs Russia Today, Rabu, 24 Desember 2025.
Badan Energi Internasional memperkirakan bahwa pusat data menggunakan sekitar 415 terawatt-jam listrik pada 2024, atau sekitar 1,5 persen dari konsumsi daya global, dan mengatakan bahwa meningkatnya penggunaan AI mempercepat pertumbuhan sektor ini.
Para raksasa teknologi telah menggelontorkan uang ke dalam AI, mendorong permintaan akan komputasi yang boros daya sejak ChatGPT dirilis pada November 2022 dan dengan cepat mendapatkan adopsi massal.
Investasi global dalam infrastruktur pusat data (data center) diperkirakan akan terus meningkat dekade ini, seiring dengan pertumbuhan permintaan akan AI dan kapasitas cloud.
SatVu mengutip perkiraan McKinsey bahwa lebih dari US$7 triliun (Rp117.376 triliun) akan dihabiskan di seluruh dunia pada 2030, dengan permintaan AS tumbuh 20-25 persen setiap tahunnya.
Menurut laporan Rest of World baru-baru ini, hampir 9.000 pusat data (data center) beroperasi di seluruh dunia pada Oktober 2025, dan jumlah tersebut diperkirakan akan meningkat tiga kali lipat pada 2030.




