Banyak Hal Terlihat Mustahil Sebelum Dia Benar-benar Berhasil

erabaru.net
2 jam lalu
Cover Berita

EtIndonesia. Suatu kali saya membaca kisah seorang penulis daring yang menceritakan perjalanan hidupnya.

Setelah lulus SMP, dia pergi merantau ke selatan dan bekerja sebagai pelayan restoran. Beberapa waktu kemudian, dia merasa pekerjaan itu tak memiliki masa depan, lalu mulai menulis.

Saat tidak ada pelanggan, dia meletakkan buku menu di hadapannya, berpura-pura sedang mempelajari menu, padahal diam-diam dia menulis beberapa paragraf.

Dia tidak memiliki komputer. Seusai kerja, dia pergi ke warnet kecil yang gelap, bising, dan penuh sesak. Uangnya sangat terbatas, setiap kali ke warnet dia harus menghitung dengan cermat berapa lama dia bisa menulis, seberapa cepat dia harus mengetik. Dia tak punya kemewahan untuk berpikir terlalu lama. Begitu selesai menulis, dia harus segera keluar, kalau tidak, biayanya akan membengkak.

Perlahan-lahan, tulisannya mulai dimuat di majalah dan dia memperoleh honor. Dia membeli komputer, menyewa kamar kecil, berhenti dari pekerjaannya, dan fokus menulis. Seharian penuh dia menulis, lapar pun cukup diatasi dengan mie instan.

Setahun kemudian, dia mulai menulis novel.

Lalu novelnya terbit—satu, dua, hingga sepuluh, bahkan belasan buku.

Novel-novelnya kemudian diadaptasi menjadi film dan serial televisi.

Suatu hari, saat menatap rak buku berisi belasan karyanya sendiri, namanya tercetak di sampul-sampul itu, dia tiba-tiba merasa seperti sedang bermimpi. Menoleh ke belakang, dia hanyalah seorang gadis pekerja dengan pendidikan SMP. Dahulu, tak seorang pun yang percaya pada tulisannya—bahkan keluarga dan teman-temannya pun tak yakin dia bisa hidup dari menulis.

Bagaimana dia bisa sampai sejauh ini? Tiga atau empat tahun sebelumnya, dia bahkan tak pernah berani membayangkannya.

Saya selalu mengagumi seorang guru ternama.

Dia mengajar bahasa, gemar berinovasi. Dia naik ke panggung lomba mengajar, mengikuti berbagai kompetisi tingkat daerah, hingga akhirnya melaju ke tingkat nasional. Di usia muda, dia sudah menonjol.

Dalam membina kelas, dia terus bereksperimen dan akhirnya dikenal sebagai wali kelas yang luar biasa.

Dia juga konsisten menulis. Banyak tulisannya terpilih dan dimuat dalam berbagai kumpulan referensi akademik. Dia menulis di blog. Suatu hari, ketika membuka lemari berisi setumpuk sertifikat penghargaan, dia menatap semua pencapaian itu dengan perasaan tak nyata. Dia bahkan meragukan dirinya sendiri—apakah dia benar-benar sehebat yang orang katakan? Dia merasa minder.

Padahal, dia hanya lulusan diploma. Dia berasal dari pegunungan terpencil di Sichuan–Chongqing, seorang guru desa. Dari desa terpencil dia pindah ke kota kabupaten, lalu ke kota besar Chongqing, kemudian ke Beijing, mengajar di sekolah unggulan, dan akhirnya melangkah ke sekolah terbaik lainnya. Sementara itu, banyak orang seumur hidup tak pernah berpindah dari satu tempat.

Dalam Filsafat Kebahagiaan, Zhou Guoping pernah berkata:

“Sebagai seseorang yang mempelajari filsafat, bisa memiliki pembaca sebanyak ini, dan buku-buku saya dua puluh tahun lalu masih dicetak puluhan ribu eksemplar setiap tahun—itu benar-benar di luar dugaan saya. Saya ini orang yang cukup rendah diri. Saat muda, ketika membayangkan peta hidup saya, sama sekali tidak pernah terpikir untuk menjadi penulis terkenal. Tidak pernah. Bahkan dalam mimpi pun tidak. Jadi apa yang disebut ‘kesuksesan’ yang saya miliki sekarang ini sepenuhnya di luar perkiraan saya, bukan tujuan yang sejak awal saya kejar.”

Banyak kesuksesan memang datang tanpa pernah direncanakan.

Banyak hal, sebelum berhasil, tampak mustahil. Banyak mimpi, sebelum terwujud, terlihat begitu jauh dan hampir tanpa harapan.

Namun justru mimpi-mimpi yang tampak mustahil itulah yang paling berharga.

Kita menjadi lebih baik selangkah demi selangkah. Mimpi kita pun terwujud sedikit demi sedikit. Sejauh apa pun jalan yang ditempuh, akan selalu ada titik akhir. Yang terpenting bukan seberapa panjang jalannya, melainkan apakah kita rela tenggelam dalam mediokritas atau berani menolaknya.

Yu Minhong pernah berkata:  “Kesuksesan itu sederhana—teruslah melangkah maju.”(jhn/yn)


Artikel Asli

Berikan komentar Anda
Lanjut baca:

thumb
Sukses Digelar, Pertemuan LP Ma’arif NU, Guiyong Education dan BRCC Perkuat Kerja Sama Pendidikan Tiongkok - Indonesia
• 1 jam laluwartaekonomi.co.id
thumb
Tahun 2026 Menjadi Momen Krusial Implementasi RUPTL Terbaru dan Transisi Energi
• 21 jam lalukatadata.co.id
thumb
Bobby Nasution imbau warga Sumatera Utara rayakan Natal dengan khidmat
• 18 jam laluantaranews.com
thumb
Pertamina tambah 3,15 juta tabung elpiji 3 kg untuk Jateng-DIY
• 23 jam laluantaranews.com
thumb
Ragunan Siapkan Lebih dari 10 Titik Parkir Antisipasi Lonjakan Pengunjung Libur Natal 2025 dan Tahun Baru 2026
• 2 jam lalupantau.com
Berhasil disimpan.