Jakarta (ANTARA) - Nvidia menandatangani perjanjian lisensi non-eksklusif dengan pesaing chip AI, Groq.
Sebagai bagian dari kesepakatan ini, Nvidia akan merekrut pendiri Groq Jonathan Ross, presiden Sunny Madra, serta beberapa karyawan lainnya, lapor laman Tech Crunch, Rabu (24/12).
Meski sedang mengakuisisi aset Groq senilai 20 miliar dolar AS (Rp334,5 triliun), Nvidia mengatakan bahwa ini bukan akuisisi perusahaan dan tidak mengomentari ruang lingkup kesepakatan.
Namun jika angka ini benar, pembelian tersebut akan menjadi yang terbesar dalam sejarah Nvidia, dan dengan Groq di pihaknya, Nvidia diprediksi akan semakin dominan dalam industri manufaktur chip.
Saat perusahaan teknologi berlomba memperkuat kemampuan AI, mereka membutuhkan kekuatan komputasi, dan GPU Nvidia telah menjadi standar industri.
Namun Groq mengembangkan jenis chip berbeda yang disebut LPU (language processing unit), yang diklaim mampu menjalankan LLM 10 kali lebih cepat dan hanya menggunakan seperlima energi.
CEO Groq, Jonathan Ross, dikenal dengan inovasinya, di mana saat bekerja di Google, ia membantu menciptakan TPU (tensor processing unit), chip akselerator AI khusus.
Pada bulan September, Groq berhasil mengumpulkan 750 juta dolar AS (Rp12,5 triliun) dengan valuasi 6,9 miliar dolar AS (Rp115,4 triliun). Pertumbuhan perusahaan ini cepat dan signifikan, Groq mengklaim teknologinya digunakan oleh lebih dari 2 juta pengembang, meningkat dari sekitar 356.000 tahun lalu.
Baca juga: Jepang kembangkan proyek AI nasional senilai 19 miliar dolar AS
Baca juga: Nvidia berencana tambah produksi chip H200 untuk diekspor ke China
Sebagai bagian dari kesepakatan ini, Nvidia akan merekrut pendiri Groq Jonathan Ross, presiden Sunny Madra, serta beberapa karyawan lainnya, lapor laman Tech Crunch, Rabu (24/12).
Meski sedang mengakuisisi aset Groq senilai 20 miliar dolar AS (Rp334,5 triliun), Nvidia mengatakan bahwa ini bukan akuisisi perusahaan dan tidak mengomentari ruang lingkup kesepakatan.
Namun jika angka ini benar, pembelian tersebut akan menjadi yang terbesar dalam sejarah Nvidia, dan dengan Groq di pihaknya, Nvidia diprediksi akan semakin dominan dalam industri manufaktur chip.
Saat perusahaan teknologi berlomba memperkuat kemampuan AI, mereka membutuhkan kekuatan komputasi, dan GPU Nvidia telah menjadi standar industri.
Namun Groq mengembangkan jenis chip berbeda yang disebut LPU (language processing unit), yang diklaim mampu menjalankan LLM 10 kali lebih cepat dan hanya menggunakan seperlima energi.
CEO Groq, Jonathan Ross, dikenal dengan inovasinya, di mana saat bekerja di Google, ia membantu menciptakan TPU (tensor processing unit), chip akselerator AI khusus.
Pada bulan September, Groq berhasil mengumpulkan 750 juta dolar AS (Rp12,5 triliun) dengan valuasi 6,9 miliar dolar AS (Rp115,4 triliun). Pertumbuhan perusahaan ini cepat dan signifikan, Groq mengklaim teknologinya digunakan oleh lebih dari 2 juta pengembang, meningkat dari sekitar 356.000 tahun lalu.
Baca juga: Jepang kembangkan proyek AI nasional senilai 19 miliar dolar AS
Baca juga: Nvidia berencana tambah produksi chip H200 untuk diekspor ke China





