Di balik dinding Gedung Olahraga Pandan, Tapanuli Tengah, suasana Natal tetap terasa hangat meski duka bencana masih membekas.
Bencana yang melanda wilayah tersebut pada November lalu merenggut orang-orang tercinta dan menghancurkan rumah-rumah warga, memaksa ratusan keluarga bertahan di tempat pengungsian.
Namun, keterbatasan itu tidak memadamkan semangat mereka untuk merayakan Natal.
Di lokasi pengungsian warga tetap merayakan Natal bersama dalam suasana khidmat dan penuh harapan.
Perayaan Natal di Tapanuli Tengah tahun ini mengusung tema “Natal di Kandang Domba”, menggambarkan kesederhanaan sekaligus keteguhan iman di tengah situasi sulit.
Acara dimulai pukul 10.00 WIB dan diikuti sekitar 250 warga pengungsi. Anak-anak hingga orang tua berkumpul, saling menguatkan, dan berbagi sukacita.
Perayaan Natal juga dihadiri oleh anggota Polres Tapanuli Tengah. Kehadiran mereka tidak hanya untuk menjaga keamanan, tetapi juga sebagai penyemangat bagi warga.
"Selamat Natal kepada seluruh saudara-saudara kami di pengungsian. Perayaan ini adalah bentuk penguatan iman dan semangat kita semua. Kami ingin memastikan bahwa bapak dan ibu tidak sendirian menghadapi situasi pasca bencana ini. Mari kita bangun kembali Tapanuli Tengah dengan penuh harapan," kata Kapolres Tapanuli Tengah, AKBP Wahyu Endrajaya, dalam keterangannya, Kamis (25/12).
Suka cita Natal kian terasa saat anak-anak pengungsi menampilkan berbagai bakat. Mereka bernyanyi, baik secara solo maupun berkelompok, menghadirkan senyum di wajah para pengungsi lainnya.
"Gelak tawa pecah saat tarian tradisional seperti Naena dan Tortor Batak Toba ditampilkan, sejenak melupakan duka akibat bencana," ujar Wahyu.
Di akhir acara, Wahyu bersama jajarannya membagikan bingkisan Natal kepada seluruh warga pengungsian. Bingkisan itu menjadi simbol perhatian dan harapan di tengah keterbatasan.
"Bingkisan ini diharapkan dapat membantu meringankan beban sekaligus memberikan kebahagiaan bagi warga dalam merayakan hari besar keagamaan," tutup Wahyu.





