Tantangan Industri Reasuransi pada 2026, Pengamat: Klaim Bencana dan Permodalan

bisnis.com
2 jam lalu
Cover Berita

Bisnis.com, JAKARTA — Industri reasuransi nasional diperkirakan masih menghadapi sejumlah tantangan pada 2026 mendatang, meski prospek pertumbuhan dinilai tetap terjaga.

Pengamat asuransi Wahyudin Rahman menyebut tekanan tarif akibat kompetisi dan kapasitas akibat volatilitas klaim terutama dari risiko bencana, akan menjadi tantangan industri reasuransi pada tahun depan.

“Selain itu, tuntutan penguatan manajemen risiko terutama akibat bencana yang terjadi di tahun 2025 serta penguatan permodalan, juga menjadi tantangan,” ucapnya kepada Bisnis, Selasa (23/12/2025). 

Tidak sampai di situ, Kepala Divisi Asuransi Umum Asuransi Asei ini menilai bahwa ketidakpastian ekonomi global dapat memengaruhi pertumbuhan premi dan kualitas portofolio perusahaan reasuransi.

googletag.cmd.push(function() { googletag.display("div-gpt-ad-parallax"); });

Kendati demikian, Wahyudin memandang prospek pertumbuhan industri reasuransi tahun depan cenderung tumbuh moderat, tetapi stabil. 

Adapun menurutnya, pertumbuhan didorong oleh meningkatnya kebutuhan proteksi risiko pada proyek infrastruktur, risiko bencana, serta ekspansi bisnis asuransi.

Baca Juga

  • Imbas Bencana Sumatra, AAUI Nilai Industri Reasuransi Perlu Terus Diperkuat
  • Indonesia Re: Reasuransi Eksotik Kerap Masuk Indonesia, Singgung Risiko Pencucian Uang
  • OJK Ungkap 32 Asuransi & Reasuransi Masih Kurang Modal hingga September 2025

“Posisi permodalan reasuradur akan ditingkatkan untuk perbaikan disiplin underwriting dan menyerap kapasitas dalam negeri lebih besar,” tuturnya.

Senada, Praktisi dan pengamat asuransi Kapler Marpaung berujar industri reasuransi tahun depan akan tetap tumbuh. Pasalnya, pertumbuhan reasuransi itu berbanding lurus dengan pertumbuhan asuransi.

Namun, dia mengingatkan perbedaannya. Di industri asuransi mayoritas memperoleh premi dari penutupan asuransi dalam negeri. Meski begitu, sebagian juga mencatat pendapatan premi dari bisnis reasuransi atas risiko luar negeri, meski porsinya relatif kecil.

“Jadi semua perusahaan reasuransi sebenarnya bisa mendongkrak lagi premi reasuransinya dari luar negeri. Masalahnya seberapa kuat reasuransi dalam negeri meyakinkan pasar luar negeri,” ungkapnya.

Adapun, Kapler memperkirakan tantangan yang dihadapi industri reasuransi nasional akan sama dengan perusahaan asuransi. Namun, dia mengingatkan soft market di pasar global harus bisa dimanfaatkan oleh reasuransi dalam negeri. 

“Belum lagi nanti kalau harga diserahkan kepada mekanisme pasar, maka reasuransi dalam negeri harus bisa bersaing secara lebih profesional. Secara khusus untuk PT Reasuransi Maipark, dia berpeluang besar untuk mengelola risiko bencana,” tandasnya.

Sebagai informasi, berdasarkan data Asosiasi Asuransi Umum Indonesia (AAUI), pendapatan premi reasuransi pada kuartal III/2025 tercatat sebesar Rp14,53 triliun, tumbuh 11% year-on-year (YoY).

Sementara itu, klaim yang dibayarkan juga mengalami peningkatan sebesar 36,2% menjadi Rp4,69 triliun dari Rp3,44 triliun.


Artikel Asli

Berikan komentar Anda
Lanjut baca:

thumb
Hujan Deras dan Listrik Terbatas, Warga Pengungsian Sipange Tetap Khusyuk saat Misa Malm Natal
• 19 jam lalukompas.tv
thumb
Natal 2025, Kardinal Suharyo Soroti Merosotnya Moralitas hingga Pesan Paus Fransiskus soal Bahaya Korupsi
• 8 jam laluokezone.com
thumb
Damkar Padamkam Sisa Api Pasar Pagi Pemalang
• 20 jam lalumetrotvnews.com
thumb
Prediksi Puncak Arus Nataru di Merak-Bakauheni dan Ketapang-Gilimanuk Menurut Dirut ASDP
• 23 jam lalukompas.tv
thumb
Pemulihan Infrastruktur Pascabencana Sumatra
• 20 jam lalukatadata.co.id
Berhasil disimpan.