Jakarta, CNBC Indonesia - Pelemahan penjualan mobil di dalam negeri mulai menimbulkan kekhawatiran serius bagi industri otomotif nasional. Bukan hanya soal penurunan angka penjualan, tetapi juga dampaknya terhadap tingkat utilisasi kapasitas pabrik.
Kondisi ini dinilai berisiko menekan efisiensi dan keberlanjutan industri manufaktur otomotif di Tanah Air.
Wakil Presiden Direktur PT Toyota Motor Manufacturing Indonesia (TMMIN) Bob Azam menyoroti tingginya tingkat under utilisasi pabrik yang saat ini terjadi. Saat ini kapasitas terpasang yang besar tidak diimbangi dengan volume produksi yang memadai.
"Yang kita khawatirkan juga kalau pabrik itu bekerja di bawah under utilisasi ya. Sekarang kan kapasitasnya 2,3 juta, tapi produksinya 1,3 juta, ya kan? jadi under utilisasinya tuh tinggi banget, 30 sampai 40% itu yang kita khawatirkan, harus didorong lah," katanya Kamis (25/12/2025).
Petugas melakukan pengecekan fisik kendaraan sebelum di kirimkan ke pelanggan di Dealer Honda Sawangan, Depok, Jawa Barat (17/9/2020). Kementerian Perindustrian mengusulkan relaksasi pajak pembelian mobil baru sebesar 0 persen atau pemangkasan pajak kendaraan bermotor (PKB). (CNBC Indonesia/ Andrean Kristianto)
Tekanan ke depan masih akan berlanjut, terutama pada segmen kendaraan konvensional. Di sisi lain, pertumbuhan kendaraan listrik belum sepenuhnya memberikan dampak positif bagi industri domestik. Justru, peningkatan penjualan kendaraan listrik saat ini lebih banyak ditopang oleh produk impor.
"Jadi sebenarnya kalau dilihat konvensional car ya, ICE (mobil bensin) itu akan lebih dalam lagi. Yang nutupin (penjualan) kan mobil listrik gitu lho, tapi mobil listrik kan banyak impor ya. Jadi impor kita meningkat, tapi yang domestik industrinya malah turun ya," ujarnya.
Dalam kondisi tersebut, Bob berharap ada stimulus yang bisa menggerakkan permintaan pasar. Penurunan harga kendaraan melalui insentif pajak penjualan atas barang mewah (PPnBM) dinilai bisa menjadi salah satu pemicu konsumsi masyarakat. Efek berantai dari meningkatnya daya beli diyakini akan berdampak positif bagi perekonomian secara keseluruhan.
"Kalau (harga mobil) turun 2-3% kan lumayan masyarakat dapat fresh money, itu yang kita harapkan. Karena toh kalau misalnya ekonomi meningkat revenue pemerintah juga naik," sebut Bob.
(fys/wur)



