FAJAR, MAKASSAR –Persaingan di papan atas Super League 2025/2026 memasuki fase paling menentukan. Persib Bandung berada dalam momentum yang nyaris sempurna, sementara Borneo FC masih nyaman bertengger di puncak klasemen. Namun satu laga tunda bisa mengubah peta kekuasaan. Di situlah PSM Makassar hadir, bukan sekadar sebagai lawan, melainkan sebagai variabel penentu—karet merah yang siap menarik kembali ambisi Persib sekaligus menjaga jarak Borneo FC dari kejaran pesaing terdekatnya.
Laga tunda pekan kedelapan antara Persib Bandung dan PSM Makassar yang akan digelar di Stadion Gelora Bandung Lautan Api (GBLA), Sabtu, 27 Desember 2025, bukan pertandingan biasa. Ini adalah duel yang memuat lebih dari sekadar tiga poin. Di balik 90 menit pertandingan, tersimpan kepentingan besar: perebutan status juara paruh musim.
Persib saat ini menempati peringkat kedua klasemen dengan selisih tiga poin dari Borneo FC. Dengan satu laga di tangan, kemenangan atas PSM akan membuat Pangeran Biru sejajar secara poin, bahkan membuka peluang untuk menyalip jika produktivitas gol berpihak. Tak heran jika laga ini diposisikan sebagai final kecil sebelum paruh musim berakhir.
Pelatih Persib, Bojan Hodak, menyadari sepenuhnya bobot pertandingan tersebut. Namun alih-alih terbebani, pelatih asal Kroasia itu justru melihat situasi ini sebagai momentum ideal. Kemenangan 2-0 atas Bhayangkara Presisi Lampung FC pada laga sebelumnya menjadi fondasi psikologis yang kuat. Lebih dari sekadar tambahan poin, hasil tersebut memberi ruang bagi pemulihan fisik setelah jadwal padat.
“Kemenangan adalah recovery terbaik,” ujar Hodak. Kalimat itu bukan klise. Dalam sepak bola modern, kondisi mental kerap menjadi faktor pembeda di tengah kepadatan kompetisi. Dengan jeda hampir sepekan, Persib kini memasuki fase persiapan yang lebih terstruktur—menggabungkan pemulihan, peningkatan intensitas latihan, dan pengasahan taktik khusus untuk menghadapi karakter permainan PSM Makassar.
Kabar baik lainnya datang dari ruang medis. Hodak memastikan tidak ada pemain yang mengalami cedera serius. Marc Klok, gelandang sentral sekaligus jantung permainan Persib, telah kembali berlatih penuh setelah sempat absen. Kehadiran Klok bukan hanya soal kualitas teknis, tetapi juga kepemimpinan di lapangan—sebuah elemen krusial saat tekanan kompetisi meninggi.
Di sektor pertahanan, Federico Barba menjadi salah satu figur kunci. Bek asal Italia itu menunjukkan kesiapan penuh untuk kembali menjadi palang pintu utama. Barba menegaskan bahwa tim pelatih telah memberikan analisis detail mengenai kekuatan dan pola serangan PSM Makassar.
“Persiapan dilakukan sangat spesifik. Kami mempelajari bagaimana lawan membangun serangan dan di mana ruang yang harus ditutup,” ujar Barba. Ia juga mengungkapkan telah melakukan latihan tambahan secara personal, sebuah indikasi bahwa kesadaran kolektif di skuad Persib tengah berada di level tinggi.
Di bawah mistar, Teja Paku Alam menjadi simbol konsistensi. Kiper bernomor punggung 14 itu menekankan pentingnya fokus penuh selama 90 menit. Bagi Teja, PSM bukan lawan yang bisa dihadapi dengan setengah konsentrasi. Satu momen lengah bisa mengubah segalanya, terutama mengingat karakter PSM yang dikenal efisien dan disiplin.
“Fokus adalah kunci. Kami harus bekerja keras dari awal sampai akhir,” tegas Teja.
Di balik performa solidnya musim ini, Teja mengakui ada peran besar keluarga. Dukungan istri dan orang tua menjadi sumber energi yang membuatnya tampil lebih tenang dan percaya diri. Dalam tekanan kompetisi elite, stabilitas emosional kerap menjadi faktor yang luput dari sorotan, namun sangat menentukan.
PSM Makassar sendiri datang ke Bandung bukan sebagai pelengkap jadwal. Meski performa mereka musim ini cenderung naik-turun, pengalaman dan karakter tim membuat Juku Eja selalu berbahaya, terutama saat berperan sebagai perusak ambisi lawan. Dalam konteks klasemen, PSM justru berada pada posisi strategis: hasil laga ini bisa menentukan siapa yang tersenyum di akhir paruh musim—Persib atau Borneo FC.
Bagi Borneo FC, duel di GBLA adalah pertandingan yang tak mereka mainkan, tetapi hasilnya sangat menentukan. Jika Persib terpeleset, Pesut Etam akan tetap melenggang nyaman sebagai penguasa klasemen. Namun jika Persib menang, tekanan akan berpindah sepenuhnya ke Samarinda.
Di sinilah PSM Makassar memainkan peran sentral. Mereka bisa menjadi penyeimbang, penahan laju, sekaligus pengubah arah persaingan. Sebuah “karet merah” yang bisa menarik kembali ambisi Persib, atau justru putus dan membuat perburuan gelar paruh musim semakin liar.
Saat peluit kick-off berbunyi di GBLA, yang dipertaruhkan bukan hanya poin, melainkan arah cerita Super League 2025/2026. Dan PSM Makassar, dengan segala dinamika dan pengalamannya, siap menjadi penentu bab penting dalam kisah itu.



