Genap Sebulan Warga Rusip Antara dan Silih Nara Bertahan Hidup Tanpa Listrik dan Elpiji Langka

mediaindonesia.com
13 jam lalu
Cover Berita

GENAP satu bulan sejak dilanda banjir besar Sumatra, Rabu 26-27 November, warga Kecamatan Rusip Antara dan Kecamatan Silih Nara, Kabupaten Aceh Tengah, hidup dalam penderitaan yang belum berujung.  

Berdasarkan penelusuran Media Indonesia, Kamis (25/12), sedikitnya 8.016 warga Kecamatan Rusip Antara dan sekitar 40.000 penduduk Kecamatan Silih Nara sudah sebulan belum pulih pasokan arus listrik PLN. Apalagi korban banjir yang rumahnya hancur, mereka harus bertahan di pengungsian. 

Hingga kini warga tersebut harus tidur dalam bertahan di bawah tenda terpal plastik, tikar bekas banjir, berselimut dingin dataran tinggi pegunungan. Lalu diserang nyamuk karena krisis kelambu. Bertambah lagi akses jalur darat rusak parah dan jaringan internet kolap. 

Kondisi ini sangat membuat aktivitas tempat-tempat pedidikan agama atau rumah pengajian anak-anak sangat terganggu. Mereka yang seharusnya tetap memperoleh pendidikan Alquran dan memperdalam agama, kini larut di pengungsian dan trauma berkepanjangan. 

Sesuai penuturan Camat Rusip Antara, Arifin, kepada Media Indonesia, Kamis (25/12), selain terhenti pasokan arus listrik, mereka juga kelangkaan gas elpiji. Meskipun ada sudah dipasok ke lokasi itu sangat terbatas jumlahnya. 

Dengan jumlah sangat sedikit, itupun bukan tiap hari, yaitu harus menunggu jadwal atau giliran dengan tetangga mereka Kecamatan Silih Nara. Pasalnya untuk mendistribusikan barang ke lokasi setempat masih terkendala jalan lereng gunung longsor, badan jalan amblas dan jembatan putus. 

"Umumnya hingga sekarang harus bertahan menggunakan kayu bakar. Tidak bisa mengharapkan pasokan gas yang kuotanya sangat terbatas," tutur Camat Arifin. 

SITUASI SILIT NARA
Kondisi penderitaan berkepanjangan itu juga dialami sekitar 40.000 warga tetangga mereka Kecamatan Silit Nara. Sudah satu bulan lamanya banjir bandang berlalu, tidak banyak kemajuan berarti diterima mereka. 

Sulitnya jalur menuju ke lokasi itu telah berpengaruh besar terhadap kehidupan sosial kesejahteraan warga. Kemudian sumber kehidupan ekonomi warga dari hasil kopi gayo dan panen cabai rawit, cabai hijau dan cabai merah, sekarang hancur berantakan.

Pasalnya karena hasil panen cabai sulit di angkut ke pasar luar, tentu banyak petani menunda memanen. Akhirnya bahan baku penyedap sayur atau bumbu pemedas masakan itu membusuk di batang. 

Belum lagi yang sudah dipanen membusuk dalam karung karena arus lalu lintas terkurung dan sulit masuk agen penampung. Kalaupun ada yang menembus jalur ekstrem melansir ke Geumpang, Kabupaten Pidie, Pasar Camp perbatasan Aceh Utara dan Nagan Raya, itupun dijual seharga Rp7.000-Rp 10.000/kilogram.

"Ada ratusan hektar kebun cabai di sini. Sedikitnya 50 ton hasil produksi panen setiap hari. Ini memang urat nadi perekonomian petani Silih Nara dan Rusip Antara," tutur Arisa Putra, Camat Silih Nara, Kamis (25/12). 

Arisa Putra berharap, penderitaan paskabanjir tersebut segera akan berakhir. Dengan cepat tertangani, para petani kembali rajin berlebun. 

Karena warga di dataran tinggi nan dingin itu bergantung kehidupan ekonomi keluarga serta biaya sekolah putra-putri mereka hari hasil produksi kopi gayo dan panen cabai, palawija dan sayuran lainnya. 

Perbaikan kembali jalur darat dan pasokan arus listrik terpenuhi, adalah hal utama untuk memulihkan kembali jadi perekonomian masyarakat. Lalu terpenuhi bahan makanan, gas elpiji dan sumber air bersih kebutuhan dan penantian sumua warga. 

33 DESA TERKURUNG
Menurutnya, dari 33 desa yang Kecamatan Silih Nara, ada 3 desa yang masih terkurung tidak bisa akses ke pusat kecamatan. Untuk kebutuhan bahan pokok harus turun ke pusat kecamatan jalan kaki bekisar 1 hingga 3 jam. 

Lalu untuk memasok bantuan juga sangat sulit meskipu  menggunakan motor trail. Tiga lokasi paling parah dihantam banjir itu adalah Desa Jerata, Kampong Terang Engon, Bius Utama. 

Sekitar 40 keluarga di Dusun Gantung Langit, Desa Bius Utama harus di relokasi ke tempat lain. Pasalnya permukiman warga itu berada di lereng gunung dan gunung tersebut sekarang sudah retak-retak sehingga dikhwatirkan rawan longsor. 
 
"Segala kerendahan hati, tolong bantu kami. Mohon perhatian semua pihak agar warga disini dan anak kami segera beraktivitas seperti semula" tutur Arisa Putra. (E-2) 

 


Artikel Asli

Berikan komentar Anda
Lanjut baca:

thumb
Viral Ceramah HRS Minta Prabowo Jangan Malu Tetapkan Bencana Nasional, Tuding Menteri Bermental ABS
• 8 jam lalurepublika.co.id
thumb
Telaah Natal 2025: Allah Hadir untuk Menyelamatkan Keluarga di Tengah Krisis Sosial dan Ekologis
• 21 jam lalupantau.com
thumb
3 Rekomendasi Raket Padel Terbaik 2025, Beserta dengan Harganya
• 19 jam lalutvonenews.com
thumb
Anak-Anak Terdampak Bencana di Sumbar dan Sumut Bakal Sekolah Lagi, Aceh Menyusul
• 4 jam lalurctiplus.com
thumb
BRI Super League: Divaldo Alves Bocorkan 2 Senjata Persijap untuk Keluar dari Zona Degradasi 
• 22 jam lalubola.com
Berhasil disimpan.