Liputan6.com, Jakarta - Pengurus Pusat Pemuda Katolik menyatakan perayaan Natal 2025 dilaksanakan secara sederhana sebagai bentuk empati dan solidaritas nasional di tengah duka yang masih dirasakan masyarakat, khususnya para korban bencana di Sumatra.
“Kesederhanaan ini adalah wujud kepekaan sosial. Kegembiraan tidak boleh memutus empati, dan solidaritas harus tetap menjadi ruh perayaan,” kata Ketua Umum Pengurus Pusat Pemuda Katolik, Stefanus Gusma, di Jakarta, Kamis.
Advertisement
Menurut Stefanus, Natal tidak boleh berhenti pada simbol dan perayaan semata. Di tengah bencana dan luka sosial, Natal menjadi panggilan iman untuk menghadirkan solidaritas serta keberpihakan nyata kepada sesama.
Stefanus juga mengapresiasi langkah respons kemanusiaan yang telah dilakukan pemerintah pusat, pemerintah daerah, serta berbagai elemen masyarakat dalam penanganan dan pemulihan korban banjir di Sumatra.
“Kami mengapresiasi pemerintah dan solidaritas masyarakat. Inilah fondasi penting agar pemulihan berjalan adil, bermartabat, dan berkelanjutan,” ujarnya.
Dia juga menyampaikan terima kasih kepada Polri dan seluruh elemen masyarakat lintas iman, termasuk Banser, Kokam, dan organisasi keagamaan lainnya yang turut menjaga keamanan selama perayaan Natal.
“Pengamanan Natal adalah simbol gotong royong dan toleransi. Ini menunjukkan bahwa persaudaraan lintas iman masih menjadi kekuatan utama bangsa,” kata Stefanus.



