NASA Luncurkan AVIRIS-5, Sensor Canggih Pemburu Mineral Kritis di AS

mediaindonesia.com
2 jam lalu
Cover Berita

NASA memperkenalkan teknologi sensor terbaru bernama AVIRIS-5 (Airborne Visible/Infrared Imaging Spectrometer-5) untuk mempercepat pencarian mineral kritis di wilayah Amerika Barat. Sensor berukuran oven mikrowave ini merupakan hasil pengembangan terbaru dari teknologi Jet Propulsion Laboratory (JPL) yang telah dirintis sejak dekade 1970-an.

AVIRIS-5 menjadi perangkat andalan dalam proyek riset gabungan antara NASA dan Survei Geologi AS (USGS) yang dinamakan GEMx. Alat ini dipasang pada bagian hidung pesawat riset dataran tinggi NASA, ER-2, untuk mendeteksi jejak mineral di permukaan bumi dari ketinggian.

Memburu "Sidik Jari Spektral"

Banyak mineral kritis memiliki struktur kimia unik yang memantulkan panjang gelombang cahaya tertentu. AVIRIS-5 bekerja dengan cara mendeteksi pantulan cahaya tersebut untuk mengungkap "sidik jari spektral" yang spesifik dari setiap mineral.

Wilayah gurun di Amerika Barat menjadi lokasi ideal untuk penelitian ini karena minimnya tutupan pohon yang dapat menghalangi pemindaian. Sejak 2023, tim gabungan GEMx telah memetakan wilayah seluas lebih dari 950.000 kilometer persegi.

Mineral yang menjadi target utama meliputi aluminium, litium, seng, grafit, tungsten, dan titanium. Berdasarkan definisi USGS, mineral-mineral ini memiliki dampak signifikan bagi keamanan ekonomi dan nasional karena merupakan komponen kunci dalam produksi semikonduktor, sistem tenaga surya, hingga baterai kendaraan listrik.

Keamanan Ekonomi dan Kedaulatan Energi

Langkah ini sejalan dengan ambisi pemerintah Amerika Serikat untuk meningkatkan kemandirian sumber daya. Pada Maret 2025, Gedung Putih meresmikan Perintah Eksekutif untuk menggenjot produksi mineral ini semaksimal mungkin. Kebijakan tersebut menyatakan keamanan nasional kini terancam ketergantungan pada produksi mineral dari kekuatan asing yang dianggap tidak bersahabat.

Selain berburu mineral di gurun, teknologi spektrometer serupa yang dirancang JPL juga telah digunakan dalam berbagai misi luar angkasa untuk mempelajari Mars, Merkurius, dan Pluto.

"Salah satunya sedang dalam perjalanan menuju Europa, bulan samudra milik Jupiter, untuk mencari bahan kimia yang dibutuhkan guna mendukung kehidupan," tulis juru bicara JPL dalam sebuah pernyataan.

Dana Chadwick, ilmuwan sistem Bumi dari JPL, menyatakan potensi AVIRIS-5 jauh melampaui urusan pertambangan. "Luasnya pertanyaan yang bisa dijawab dengan teknologi ini sangat menggembirakan, mulai dari manajemen lahan, sumber daya air pada tumpukan salju, hingga risiko kebakaran hutan," ujar Chadwick. "Mineral kritis hanyalah awal bagi AVIRIS-5." (Space/Z-2)


Artikel Asli

Berikan komentar Anda
Lanjut baca:

thumb
Kritik Mental Pemain MU, Ruben Amorim: Kata Keras Bukan Berarti Buruk
• 2 menit lalugenpi.co
thumb
Logan Paul Siap Jual Kartu Pikachu Illustrator, Nilainya Diprediksi Capai Rp200 Miliar
• 19 jam lalumerahputih.com
thumb
Jakarta Diguyur Hujan Deras saat Natal 2025, Atap Stasiun Gambir Bocor
• 13 jam lalubisnis.com
thumb
Heboh Pria di Bandung Acungkan Golok di Warung Bakso, Ternyata Dipicu Cemburu
• 15 jam lalukumparan.com
thumb
Langgar Aturan Nataru, Truk Kontainer Terguling di Tol JORR
• 9 jam lalumetrotvnews.com
Berhasil disimpan.