jpnn.com, JAKARTA - Ketua Umum Partai Gema Bangsa Ahmad Rofiq memotret Resolusi menyongsong tahun 2026 sebagai pijakan ideologis dan moral.
Rofiq mengaku, resolusi ini menjadi kompas bagi seluruh elemen Partai Gema Bangsa dalam mengonsolidasikan kekuatan menuju deklarasi dan agenda politik strategis di masa mendatang.
BACA JUGA: Ahmad Rofiq Optimistis Partai Gema Bangsa Bisa Jadi Peserta Pemilu 2029
"Resolusi ini bukan sekadar pernyataan politik. la adalah panggilan moral. Sebuah ajakan untuk kembali pada akar, sekaligus melompat ke masa depan dengan cara yang lebih bijaksana," kata Ahmad Rofiq dalam keterangannya Jumat (26/12).
Resolusi Gema Bangsa memandang desa bukan sebagai wilayah pinggiran, melainkan jantung kehidupan bangsa. Di desa, relasi manusia dan alam masih relatif utuh.
BACA JUGA: Konsolidasi Nasional Gerakan Mandiri Bangsa Lahirkan Partai Gema Bangsa
"Di sanalah pangan diproduksi, budaya dirawat, dan kemandirian hidup sosial," tuturnya.
Berikutnya, Partai Gema Bangsa, kata Rofiq, memanifestasikan arah organisasinya melalui paradigma desentralisasi yang menempatkan aspirasi lokal sebagai episentrum pergerakan.
Dengan menjunjung tinggi prinsip demokrasi internal, partai menegaskan bahwa kedaulatan gagasan berakar dari daerah.
Hal ini diwujudkan melalui mekanisme pengambilan keputusan yang berpusat dari bawah. Setiap struktur wilayah diberikan otonomi strategis untuk mengelola organisasi selaras dengan karakteristik sosiokultural lokal.
"Bagi kami, desentralisasi bukan sekadar pilihan manajerial, melainkan penghormatan fundamental terhadap pluralitas identitas Indonesia," ujarnya.
Ahmad Rofiq mengaku, Partai Gema Bangsa fokus kepada diskursus 'Indonesia Hijau' bukan sekadar isu sektoral, melainkan doktrin strategis yang mengakar dalam perjuangan politik menuju 2026.
Gema Bangsa meneguhkan komitmen untuk menjaga integritas ekosistem dan menolak secara eksplisit segala bentuk eksploitasi alam yang menegasikan keselamatan rakyat.
Melalui paradigma pembangunan yang berkeadilan ekologis, Gema Bangsa memandang kelestarian lingkungan sebagai fondasi absolut bagi kesejahteraan jangka panjang.
"Bagi kami, kedaulatan bangsa dan keadilan sosial hanya dapat dicapai di atas bumi yang sehat dan terjaga," tegasnya.
Resolusi "Indonesia Hijau", tekan Rofiq, menjadi pilihan yang strategis di tengah situasi alam yang tidak menentu, upaya ini juga dalam rangka mengembalikan politik ke fungsinya yang paling mendasar, yaitu menjaga kehidupan.
Bukan hanya kehidupan hari ini, tetapi kehidupan generasi yang belum lahir. Dalam perspektif ini, hijau menjadi jembatan antara masa lalu, masa kini, dan masa depan bangsa.
Diterangkan, politik hijau bukan anti-pertumbuhan. Dia justru menempatkan pertumbuhan dalam kerangka yang lebih luas: keseimbangan. Dalam politik hijau, kemajuan ekonomi harus berjalan seiring dengan perlindungan lingkungan, penguatan komunitas lokal, dan distribusi keadilan.
Karena itu, resolusi Gema Bangsa diletakkan di atas fondasi 12 prinsip kemandirian Gema Bangsa. Dua belas prinsip ini bukan daftar teknis yang kaku, melainkan kerangka berpikir strategis.
Kemandirian pangan, kemandirian energi, kemandirian ekonomi rakyat, kemandirian desa, kemandirian budaya, hingga kemandirian teknologi semuanya saling terkait, saling menopang.
Kemandirian pangan, misalnya, tidak berhenti pada swasembada beras. la menuntut keberanian menghidupkan kembali keragaman pangan lokal, melindungi petani kecil, serta menata ulang sistem distribusi yang adil. Tanpa itu, ketahanan pangan hanya menjadi jargon statistik.
Selain itu, ditekankan Rofiq, tidak ada resolusi masa depan tanpa keterlibatan generasi muda. Mereka adalah pewaris sekaligus penjaga hijau itu. Namun generasi muda hari ini hidup dalam paradoks: mereka paling terdampak krisis lingkungan, tetapi sering paling jauh dari ruang pengambilan keputusan.
Gema Bangsa melihat anak muda bukan sebagai objek mobilisasi politik, melainkan subjek perubahan. Isu lingkungan, kemandirian ekonomi, dan keadilan sosial sejatinya adalah isu generasi.
Politik yang gagal memahami ini akan kehilangan relevansi. la adalah undangan untuk bekerja bersama, menanam hari ini demi kehidupan esok.
"Hijau yang diimpikan bukan nostalgia romantik, melainkan visi realistis tentang masa depan yang layak diwariskan," tuturnya.
Gema Bangsa, sambungnya, menempatkan generasi muda sebagai fondasi kepemimpinan. Kekuasaan harus dijalankan dengan kesadaran ekologis dan tanggung jawab sosial. Tanpa itu, pembangunan hanya akan mempercepat kehancuran. Mengembalikan Indonesia menjadi hijau berarti mengembalikan nurani ke pusat pengambilan keputusan.
Selain itu, Gema Bangsa meneguhkan posisinya sebagai garda terdepan dalam mengupayakan tata kelola pemerintahan yang bersih dari korupsi. Dia memandang, integritas, transparansi, dan akuntabilitas bukan sekadar jargon, melainkan imperatif moral yang harus diinternalisasi.
Melalui pengembangan kader yang beretika dan berani mengambil sikap jujur, partai berkomitmen melakukan perlawanan sistematis terhadap praktik korupsi.
"Kami berdiri di belakang penegakan hukum yang imparsial dan tanpa kompromi, sebab korupsi adalah anomali pembangunan yang secara sistemik menghambat akselerasi kemajuan dan kemandirian bangsa," tandasnya.
Rofiq menjelaskan, deklarasi Partai Gema Bangsa rencananya pada 17 Januari 2026 diproyeksikan menjadi titik tonggak politik dan operasional perjuangan partai.
Dalam masa transisi menuju peresmian tersebut, fokus utama partai diarahkan pada penguatan infrastruktur organisasi dan integrasi visi, misi dan platform strategis di seluruh jenjang kepengurusan, demi memastikan kesiapan mesin partai yang solid dan terukur.
"Mandiri di Negeri Sendiri. Gema Bangsa untuk Indonesia," pungkas dia.(mcr10/jpnn)
Redaktur & Reporter : Elvi Robiatul




