- Tim UGM temukan kasus penyakit kulit dan diare dominasi korban bencana.
- Penyakit ini dipicu oleh buruknya kualitas air bersih dan sanitasi lingkungan.
- UGM sediakan layanan medis dan siapkan alat penjernih air bertenaga surya.
Suara.com - Kelompok kerja Universitas Gadjah Mada (UGM) menyebut kasus penyakit kulit dan diare paling banyak ditemukan di sejumlah lokasi bencana hidrometeorologis di Sumatra. Kondisi tersebut dipicu oleh persoalan sanitasi lingkungan dan kualitas air bersih yang belum memadai pascabencana.
Adapun UGM telah membentuk tujuh working group atau kelompk kerja lintas disiplin untuk memperkuat layanan dalam penanggulangan bencana yang terstruktur melalui pembentukan tujuh kelompok kerja lintas disiplin.
Kelompok Kerja 6 yang juga merupakan Academic Health System (AHS) dan berfokus pada sektor kesehatan itu telah mengirimkan tim sejak akhir November lalu.
Tim tersebut bertugas mengaktifkan kembali layanan rumah sakit yang sempat kolaps serta mendukung operasional puskesmas di daerah terdampak.
"Kalau saat ini, penyakit yang terbanyak adalah penyakit kulit dan diare. Ini yang saat ini banyak," kata Ketua Tim Kelompok Kerja 6 UGM, Sudadi, Jumat (26/12/2025).
Ia menjelaskan, pada fase awal bencana, mayoritas pasien datang dengan luka-luka akibat dampak langsung kejadian. Namun, seiring waktu, pola penyakit bergeser ke gangguan kesehatan yang berkaitan dengan kondisi lingkungan.
"Kalau pada awal luka-luka, kita lakukan pembersihan luka sudah sudah selesai. Tetapi saat ini karena kualitas airnya mungkin kurang baik dan lingkungannya enggak begitu baik, penyakit kulit agak banyak di sana," ujarnya.
Selain layanan medis, tim UGM menyiapkan dukungan infrastruktur air bersih sebagai bagian dari upaya pencegahan penyakit.
Tak hanya sumur bor, tim turut menyiapkan alat penjernih air berskala besar yang akan ditempatkan di fasilitas umum. Sistem tersebut dilengkapi tenaga surya sehingga air hasil penjernihan dapat langsung dikonsumsi oleh masyarakat.
Baca Juga: Pratikno: Januari 2026, Siswa Terdampak Bencana Sumatra Dipastikan Kembali Sekolah
Nantinya air sumur akan bisa langsung dijernihkan untuk kelola lagi guna kebutuhan sehari-hari.
"Dan untuk penjernih ini skalanya cukup besar. Kita akan tempatkan di fasilitas-fasilitas umum dan ini termasuk dengan tenaga surya untuk siap minum airnya tersebut," ucapnya.
Dalam jangka panjang, UGM menargetkan pembinaan fasilitas kesehatan agar mampu beroperasi secara berkelanjutan. Upaya ini mencakup peningkatan kapasitas rumah sakit pratama menjadi rumah sakit tipe D dengan dukungan tenaga dokter spesialis.
Untuk menjaga kontinuitas layanan, tim medis UGM diterjunkan secara bergiliran setiap satu minggu. Terdapat tiga tim yang bertugas, mulai dari tim di rumah sakit, tim yang berkoordinasi dengan pusat krisis, hingga tim yang melakukan kunjungan ke puskesmas-puskesmas terdampak.
"Setiap pekan itu sekitar 11-15 orang anggota tim yang diberangkatkan," tandasnya.



