Bisnis.com, JAKARTA – Manulife Aset Manajemen Indonesia (MAMI) memproyeksi dana kelolaan reksa dana atau asset under management (AUM) bertumbuh pada 2026. Hal itu seiring dengan proyeksi pertumbuhan ekonomi Tanah Air pada tahun mendatang.
Adapun berdasarkan laporan Bareksa Mutual Fund Industry, Data Market–Monthly Report November 2025, MAMI tercatat mengelola AUM pada November 2025 senilai Rp61,23 triliun. Sementara itu, total dana kelolaan industri reksa dana Tanah Air mencapai Rp656,96 triliun.
Artinya, AUM Manulife telah mencerminkan 9,32% dari pangsa pasar industri reksa dana Indonesia. Bareksa bahkan mencatat, posisi AUM Manulife mencerminkan pertumbuhan 39% YoY dan 41% year-to-date (YtD).
“Target dana kelolaan kami tahun depan bukan sekadar pertumbuhan dana, melainkan terus meningkatkan kapabilitas dan solusi investasi untuk menjawab kebutuhan investor di tengah kondisi pasar yang masih cukup dinamis,” kata Head of Investment Specialist MAMI Freddy Teja kepada Bisnis, dikutip Jumat (26/12/2025).
Adapun memasuki 2026, MAMI turut memprediksi dana kelolaan industri reksa dana Tanah Air akan bertumbuh. Hal itu selaras dengan data OJK yang mencatat AUM industri reksa dana per November 2025 yang tumbuh 5,67% month-on-month (MoM) dibandingkan posisi Rp621,67 triliun pada Oktober 2025 dan tumbuh 31,14% sepanjang tahun berjalan 2025 (year-to-date / YtD) dari posisi Rp500,90 triliun pada Januari 2025.
Kendati tidak menerangkan secara rinci target pertumbuhan dana kelolaan, sejumlah katalis dinilai bakal mendorong proyeksi pertumbuhan tersebut. Salah satunya, ekspektasi terhadap pertumbuhan ekonomi nasional pada tahun mendatang.
Baca Juga
- Prospek Pasar Reksa Dana usai Dana Kelolaan (AUM) per November 2025 Tumbuh Tinggi
- Lakukan 7 Cara Investasi Reksa Dana Ini untuk Wujudkan Tujuan Finansial
- Ruang Pertumbuhan Reksa Dana pada 2026 Saat Era Suku Bunga Rendah
Adapun pemerintah dalam APBN 2026 memproyeksikan pertumbuhan ekonomi hingga 5,4%. Melalui proyeksi itu, MAMI berharap daya tarik instrumen investasi reksa dana di pasar kian menarik.
“Dengan outlook ekonomi yang membaik, diharapkan daya tarik investor pada instrumen reksa dana juga akan terus membaik,” katanya.
Selain itu, ekspektasi pertumbuhan dana kelolaan juga didorong oleh ekspektasi pelonggaran moneter lanjutan oleh Bank Indonesia. Setelah sepanjang 2025 Bank Indonesia memangkas suku bunga dengan total 125 bps, kini pada 2026 MAMI memproyeksi pemangkasan berlanjut hingga 50 bps.
Seiring dengan tren menurunnya suku bunga dan suku bunga deposito, Freddy mengekspektasikan investor akan cenderung beralih ke instrumen investasi dengan potensi imbal hasil yang lebih menarik.
Terhadap kinerja reksa dana saham misalnya, Freddy memprediksi minat investor terhadap pasar saham pada 2026 akan cenderung meningkat dibandingkan 2025. Maka dari itu, MAMI telah mengantongi sejumlah sektor yang dinilai bakal menopang kinerja reksa dana mereka ke depan.
“Agar kinerja portofolio selaras atau bahkan mengungguli indeks acuan produk reksa dana, strategi investasi tentu akan selalu disesuaikan dengan kondisi pasar tetapi dengan tetap mengacu pada aturan dalam prospektus produk reksa dana tersebut,” katanya.




