jpnn.com, JAKARTA - Konflik internal di tubuh Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) akhirnya menemukan titik terang.
Setelah berbulan-bulan mengalami ketegangan dan polarisasi, kedua belah pihak sepakat menempuh jalan islah melalui Muktamar, sebagai forum tertinggi organisasi, guna menyelesaikan persoalan yang selama ini mengemuka dan berlarut-larut.
BACA JUGA: Alhamdulillah, Rais Aam dan Ketum PBNU Islah, Gelar Muktamar Bersama
Kesepakatan tersebut lahir dalam rapat konsultasi Syuriyah kepada Mustasyar PBNU yang digelar di Pondok Pesantren Lirboyo, Kota Kediri, Jawa Timur, Kamis (25/12).
Menanggapi upaya damai tersebut, Anggota Majelis Penasihat Organisasi (MPO) IKA PMII Idrus Marham menyambut positif kesepakatan itu.
BACA JUGA: Gus Yahya Melawan, Anggap Hasil Syuriyah & Penetapan Pj Ketum PBNU Tak Berdasar
Dia meminta seluruh keluarga besar NU untuk mendukung penuh langkah islah menuju Muktamar.
Menurut dia, Muktamar adalah satu-satunya jalan bermartabat untuk mengakhiri konflik sekaligus memantapkan NU sebagai rumah besar umat Islam Indonesia.
BACA JUGA: PBNU Gelar Doa untuk Negeri Sikapi Bencana di Sejumlah Daerah
Lebih dari itu, Idrus menilai Muktamar merupakan momentum strategis untuk mengembalikan NU pada khittah perjuangannya untuk umat dan bangsa baik secara ideologis, konseptual, maupun strategis.
“NU adalah rumah besar umat, benteng marwah ulama, dan sekaligus wadah perjuangan untuk bangsa. Karena itu, Muktamar adalah jalan konstitusional yang wajib ditempuh,” ucap Idrus dalam keterangannya, pada Jumat (26/12).
Idrus menuturkan, pendekatan wasathiyah yang ditempuh para ulam melalui musyawarah dan Muktama menunjukkan kematangan NU dalam menyelesaikan persoalan internal tanpa merusak kepercayaan publik.
Dia menyebutnya pendekatan komprehensif legalistik-formal (konstitusional), namun tetap berbasis nilai kultural yang selama ini menjadi fondasi kekuatan NU.
“Ketika NU memilih jalan Muktamar konstitusi berbasis nilai kultural dan muruah ulama itu artinya NU sedang mengajarkan bangsa ini tentang etika berorganisasi, tentang adab dalam berbeda, dan tentang bagaimana konflik diselesaikan dengan kepala dingin, bukan emosi,“ jelasnya.
Idrus menegaskan, konflik berkepanjangan hanya akan melemahkan peran strategis NU di tengah tantangan kebangsaan yang kian kompleks.
“Bangsa ini sedang menghadapi krisis global, krisis moral, dan tantangan geopolitik. NU tidak boleh larut dalam konflik internal. NU harus kembali fokus menjadi penyangga persatuan nasional dan penjaga moral bangsa,” tegas Politikus Partai Golkar itu.
Adapun, Muktamar Ke-35 Nahdlatul Ulama akan diselenggarakan secepat-cepatnya oleh Rais Aam PBNU KH Miftachul Akhyar bersama Ketua Umum PBNU KH Yahya Cholil Staquf, dengan melibatkan Mustasyar PBNU, para sesepuh NU, serta para pengasuh pesantren dalam penentuan waktu, tempat, dan kepanitiaan Muktamar. (mcr4/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Detik-Detik Bu Dosen Tewas di Tangan Bekas Anggota Polisi
Redaktur : Rah Mahatma Sakti
Reporter : Ryana Aryadita Umasugi


