Deretan 10 Saham Paling Boncos di 2025, Harap Bersabar

cnbcindonesia.com
9 jam lalu
Cover Berita

Jakarta, CNBC Indonesia - Panjang sabar dan semoga tahan mental buat investor, karena ada beberapa saham yang jeblok tahun ini, boncos-nya dari kisaran 50% dan paling parah lebih dari 90%.

Perlu pahami dulu, suatu saham yang terlanjur jeblok akan sulit untuk kembali ke harga normal. Saham yang loss sampai 50%, untuk kembali ke harga awal membutuhkan effort untuk naik sampai 100%. Jadi, kalau ada saham yang loss sampai 90% lebih, artinya dibutuhkan kenaikan lebih dari 900%.

Bayangkan saja, butuh waktu berapa lama itu untuk bangkit, kecuali kalau saham itu bisa Auto Reject Atas (ARA) berhari-hati. Namun, rasa-nya itu akan mustahil, karena terlanjut kena "semprit" Bursa Efek Indonesia (BEI) alias akan kena UMA atau bisa saja kena suspensi dan berujung diperdagangkan dalam kategori FCA.

//FMG_Tag - IMPULSE var _ContextAdsPublisher = window.parent.document.createElement('script'); _ContextAdsPublisher.type = 'text/javascript'; _ContextAdsPublisher.async = true; _ContextAdsPublisher.id = "cads-generic"; _ContextAdsPublisher.src = window.parent.document.location.protocol + '//cdn.contextads.live/publishers/cads-generic.min.js?product=impl'; var _scripter = window.parent.document.getElementsByTagName('script')[0]; _scripter.parentNode.insertBefore(_ContextAdsPublisher, _scripter); //FMG_Tag - VIBE var _ContextAdsPublisher = window.parent.document.createElement('script'); _ContextAdsPublisher.type = 'text/javascript'; _ContextAdsPublisher.async = true; _ContextAdsPublisher.id = "cads-generic"; _ContextAdsPublisher.src = window.parent.document.location.protocol + '//cdn.contextads.live/publishers/cads-generic.min.js?product=vibe'; var _scripter = window.parent.document.getElementsByTagName('script')[0]; _scripter.parentNode.insertBefore(_ContextAdsPublisher, _scripter); //FMG_Tag - RC var _ContextAdsPublisher = window.parent.document.createElement('script'); _ContextAdsPublisher.type = 'text/javascript'; _ContextAdsPublisher.async = true; _ContextAdsPublisher.id = "cads-generic"; _ContextAdsPublisher.src = window.parent.document.location.protocol + '//cdn.contextads.live/publishers/cads-generic.min.js?product=rc'; var _scripter = window.parent.document.getElementsByTagName('script')[0]; _scripter.parentNode.insertBefore(_ContextAdsPublisher, _scripter); //FMG_Tag - expandedFloor var _ContextAdsPublisher = window.parent.document.createElement('script'); _ContextAdsPublisher.type = 'text/javascript'; _ContextAdsPublisher.async = true; _ContextAdsPublisher.id = "cads-generic"; _ContextAdsPublisher.src = window.parent.document.location.protocol + '//cdn.contextads.live/publishers/cads-generic.min.js?product=sf'; var _scripter = window.parent.document.getElementsByTagName('script')[0]; _scripter.parentNode.insertBefore(_ContextAdsPublisher, _scripter);

Suatu saham yang boncos terlalu dalam biasanya juga ada sebabnya, karena kita harus meyakini bahwa "market always has a reason." Penurunan harga yang ekstrem jarang terjadi tanpa pemicu. Entah itu kinerja fundamental yang memburuk, masalah tata kelola, tekanan likuiditas, aksi korporasi yang mengecewakan, hingga perubahan sentimen pasar yang membuat investor ramai-ramai keluar.

Pandangan ini sejalan dengan Dow Theory, khususnya prinsip bahwa harga saham mencerminkan seluruh informasi yang tersedia. Artinya, pasar lebih cepat "menghukum" dibandingkan laporan keuangan yang baru muncul belakangan.

Ketika harga terus membentuk tren turun yang jelas, pasar sebenarnya sedang mengirim sinyal bahwa ada masalah struktural yang belum atau tidak sepenuhnya dipahami oleh publik.

Dalam Dow Theory juga dikenal konsep trend is your friend. Selama tren turun belum benar-benar patah dan belum muncul konfirmasi pembalikan, probabilitas harga untuk kembali ke level sebelumnya sangat kecil. Inilah alasan mengapa saham yang sudah jatuh 50%, 70%, bahkan 90% sering kali tidak serta-merta rebound, melainkan justru bergerak stagnan atau terus melemah.

Karena itu, membeli saham yang sudah jatuh terlalu dalam tanpa perubahan fundamental yang nyata sering kali bukan strategi value investing, melainkan melawan tren pasar.

Dow Theory mengajarkan bahwa lebih aman mengikuti arah pergerakan harga yang telah terkonfirmasi, bukan berharap pada pembalikan yang belum tentu datang.

Berikut ada beberapa saham yang mencatat performa paling boncos sepanjang 2025 :

//

Dari daftar saham yang mengalami koreksi terdalam tahun ini, pola besarnya sebenarnya relatif seragam. Penurunan ekstrem jarang terjadi tanpa sebab, dan pasar biasanya sudah lebih dulu "forward looking" persoalan sebelum terlihat jelas di laporan keuangan.

Inilah yang sering dirangkum dalam ungkapan klasik bahwa market always has a reason, selaras dengan prinsip Dow Theory bahwa harga mencerminkan seluruh informasi yang tersedia.

PT Cipta Selera Murni Tbk (CSMI) menjadi contoh paling ekstrem dengan kejatuhan lebih dari 90%. Tekanan besar datang dari sisi operasional setelah perseroan tidak lagi mengelola merek Texas Chicken.

Perubahan model bisnis tersebut menimbulkan ketidakpastian arah usaha, sementara volatilitas harga yang sangat tinggi sempat mendorong bursa melakukan penghentian sementara perdagangan. Kombinasi isu bisnis dan hilangnya kepercayaan pasar membuat saham ini terus tertekan.

Sementara itu, PT Danasupra Erapacific Tbk (DEFI) mencerminkan bagaimana rekam jejak masalah di pasar modal bisa membayangi harga saham dalam jangka panjang. Emiten ini sempat lama berada dalam status bermasalah dan terancam delisting, sehingga meskipun kembali diperdagangkan, pemulihan kepercayaan investor berjalan sangat lambat. Fundamental yang belum solid dan likuiditas yang terbatas membuat tekanan jual masih dominan.

Pada sektor jasa dan logistik, PT Meratus Jasa Prima Tbk (KARW) dan PT Satria Antaran Prima Tbk (SAPX) ikut tertekan seiring perlambatan aktivitas ekonomi dan persaingan yang ketat. Kinerja yang tidak tumbuh secepat ekspektasi awal membuat pasar melakukan penyesuaian valuasi secara agresif, terutama karena saham-saham ini relatif tipis likuiditasnya dan sensitif terhadap perubahan sentimen.

Adapun PT Hillcon Tbk (HILL) dan PT Harta Djaya Karya Tbk (MEJA) menghadapi tantangan khas sektor konstruksi dan jasa penunjang proyek. Ketergantungan pada siklus proyek membuat kinerja mudah berfluktuasi. Ketika realisasi proyek melambat atau margin tertekan, pasar cenderung merespons lebih cepat melalui koreksi harga saham yang dalam.

Di sektor keuangan dan properti, PT Bank of India Indonesia Tbk (BSWD) serta PT Jakarta Setiabudi Internasional Tbk (JSPT) turut mengalami tekanan. Lingkungan suku bunga, kehati-hatian penyaluran kredit, serta perlambatan sektor properti membuat prospek pertumbuhan terlihat terbatas. Kondisi ini mendorong investor bersikap defensif, terutama pada saham dengan likuiditas yang tidak besar.

Sementara itu, PT Fortune Indonesia Tbk (FORU) dan PT Cipta Sarana Medika Tbk (DKHH) menunjukkan bahwa sektor consumer dan kesehatan pun tidak luput dari koreksi tajam. Melemahnya daya beli, tekanan margin, serta ekspektasi pertumbuhan yang tidak terealisasi membuat pasar menyesuaikan harga saham secara signifikan.

Secara keseluruhan, deretan saham paling boncos tahun ini menegaskan kembali pelajaran penting bahwa tren harga jarang berdiri sendiri.

Dalam kerangka Dow Theory, tren turun yang dalam umumnya mencerminkan masalah yang lebih struktural, baik dari sisi fundamental, sentimen, maupun likuiditas. Karena itu, saham yang sudah jatuh terlalu jauh tidak otomatis murah, melainkan sering kali menyimpan risiko yang belum sepenuhnya terselesaikan.

Sanggahan : Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan CNBC Indonesia Research. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investor terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.

CNBC INDONESIA RESEARCH

[email protected]

(saw/saw)

Artikel Asli

Berikan komentar Anda
Lanjut baca:

thumb
Gandeng TNI & Wanadri, Pertamina Percepat Pemulihan Air bersih di Aceh
• 1 jam laluwartaekonomi.co.id
thumb
Warga Antusias Nikmati Pertunjukan Planetarium TIM: Bisa Lihat Tata Surya
• 22 jam laludetik.com
thumb
Kelebihan Lahan PT Socfindo Diungkap Anggota DPD RI, Kejaksaan Didesak Bertindak
• 18 jam lalujpnn.com
thumb
Jelang Tahun Baru, Dua Tetangga RI Sepakat Gencatan Senjata
• 3 jam lalucnbcindonesia.com
thumb
Dolar Cuma Rp6.550 di Era Presiden Habibie, Apa Rahasianya?
• 1 jam lalucnbcindonesia.com
Berhasil disimpan.