Banda Aceh (ANTARA) - Dinas Kesehatan Kabupaten Aceh Timur mencatat sebanyak 41 bangunan puskesmas dan pondok bersalin desa (polindes) yang tersebar di sejumlah kecamatan di daerah itu rusak akibat banjir.
"Sebanyak 41 bangunan puskesmas dan polindes rusak akibat banjir akhir November 2025," kata Sekretaris Dinas Kesehatan Kabupaten Aceh Timur Murhaban di Aceh Timur, Sabtu.
Ia mengatakan dampak dan kerusakan yang terjadi bervariasi, ada ruang pelayanan terendam, rusaknya peralatan medis, hingga terganggunya sistem listrik dan air bersih serta lainnya.
Dari 41 puskesmas tersebut sebanyak lima di antaranya mengalami rusak berat yakni di Kecamatan Lokop, Kecamatan Serbajadi, Kecamatan Peunaron, Kecamatan Ranto Pereulak, Kecamatan Pante Bidari, dan Kecamatan Matang Pudeng.
"Kondisi puskesmas di lima kecamatan tersebut tidak dapat berfungsi karena tertimbun lumpur tebal serta tumpukan kayu besar yang terseret banjir," kata Murhaban.
Ia menyebutkan tenaga kesehatan menyesuaikan dengan kondisi tersebut. Di antaranya membuka layanan darurat atau mengalihkan sementara pelayanan ke lokasi yang lebih aman.
Baca juga: Polda Sumsel kirim 100 personel bantu pemulihan pasca bencana di Aceh
"Prioritas kami adalah memastikan pelayanan kesehatan tetap berjalan, terutama bagi kelompok rentan seperti ibu hamil, bayi, lansia, serta warga yang sakit di lokasi pengungsian," katanya.
Saat ini, kata dia, tim Dinas Kesehatan masih mendata lanjutan untuk memastikan tingkat kerusakan fasilitas kesehatan serta menghitung kebutuhan anggaran rehabilitasi dan perbaikan.
"Kami berharap dukungan dari pemerintah provinsi maupun pusat agar perbaikan fasilitas kesehatan dapat segera dilakukan, sehingga pelayanan kepada masyarakat bisa kembali normal," kata Murhaban.
Berdasarkan data sementara, banjir di Aceh Timur berdampak pada 288.311 jiwa dari 80.919 keluarga yang tersebar di 444 gampong atau desa di 24 kecamatan. Dari jumlah tersebut, sebanyak 20.537 jiwa dari 5.241 keluarga mengungsi yang tersebar di 52 titik.
Baca juga: Pemerintah Aceh kembali perpanjang masa tanggap darurat bencana
Murhaban menjelaskan pihaknya telah mengerahkan tenaga medis untuk pelayanan kesehatan keliling, pemeriksaan kesehatan pengungsi, serta penanganan penyakit yang berpotensi muncul pascabanjir, seperti diare, infeksi saluran pernafasan akut (ISPA), penyakit kulit, dan demam.
"Kami juga terus berkoordinasi dengan puskesmas setempat, rumah sakit, serta lintas sektor untuk memastikan ketersediaan obat-obatan dan alat kesehatan tetap terpenuhi," kata Murhaban.
Baca juga: Anggota DPR minta pemerintah antisipasi bencana susulan di Sumatera
"Sebanyak 41 bangunan puskesmas dan polindes rusak akibat banjir akhir November 2025," kata Sekretaris Dinas Kesehatan Kabupaten Aceh Timur Murhaban di Aceh Timur, Sabtu.
Ia mengatakan dampak dan kerusakan yang terjadi bervariasi, ada ruang pelayanan terendam, rusaknya peralatan medis, hingga terganggunya sistem listrik dan air bersih serta lainnya.
Dari 41 puskesmas tersebut sebanyak lima di antaranya mengalami rusak berat yakni di Kecamatan Lokop, Kecamatan Serbajadi, Kecamatan Peunaron, Kecamatan Ranto Pereulak, Kecamatan Pante Bidari, dan Kecamatan Matang Pudeng.
"Kondisi puskesmas di lima kecamatan tersebut tidak dapat berfungsi karena tertimbun lumpur tebal serta tumpukan kayu besar yang terseret banjir," kata Murhaban.
Ia menyebutkan tenaga kesehatan menyesuaikan dengan kondisi tersebut. Di antaranya membuka layanan darurat atau mengalihkan sementara pelayanan ke lokasi yang lebih aman.
Baca juga: Polda Sumsel kirim 100 personel bantu pemulihan pasca bencana di Aceh
"Prioritas kami adalah memastikan pelayanan kesehatan tetap berjalan, terutama bagi kelompok rentan seperti ibu hamil, bayi, lansia, serta warga yang sakit di lokasi pengungsian," katanya.
Saat ini, kata dia, tim Dinas Kesehatan masih mendata lanjutan untuk memastikan tingkat kerusakan fasilitas kesehatan serta menghitung kebutuhan anggaran rehabilitasi dan perbaikan.
"Kami berharap dukungan dari pemerintah provinsi maupun pusat agar perbaikan fasilitas kesehatan dapat segera dilakukan, sehingga pelayanan kepada masyarakat bisa kembali normal," kata Murhaban.
Berdasarkan data sementara, banjir di Aceh Timur berdampak pada 288.311 jiwa dari 80.919 keluarga yang tersebar di 444 gampong atau desa di 24 kecamatan. Dari jumlah tersebut, sebanyak 20.537 jiwa dari 5.241 keluarga mengungsi yang tersebar di 52 titik.
Baca juga: Pemerintah Aceh kembali perpanjang masa tanggap darurat bencana
Murhaban menjelaskan pihaknya telah mengerahkan tenaga medis untuk pelayanan kesehatan keliling, pemeriksaan kesehatan pengungsi, serta penanganan penyakit yang berpotensi muncul pascabanjir, seperti diare, infeksi saluran pernafasan akut (ISPA), penyakit kulit, dan demam.
"Kami juga terus berkoordinasi dengan puskesmas setempat, rumah sakit, serta lintas sektor untuk memastikan ketersediaan obat-obatan dan alat kesehatan tetap terpenuhi," kata Murhaban.
Baca juga: Anggota DPR minta pemerintah antisipasi bencana susulan di Sumatera




