tvOnenews.com - Nama Tristan Alif Naufal pernah menjadi simbol harapan besar sepak bola Indonesia.
Saat usianya masih sangat belia, Tristan sudah mencuri perhatian publik, bahkan hingga level dunia.
Aksi-aksinya di lapangan sempat membuat banyak orang percaya bahwa Indonesia memiliki calon bintang besar di masa depan.
Tristan pertama kali dikenal luas setelah sebuah video aksinya berjudul “Tristan Alif Naufal (Indonesia Football Star on The Making)” viral di YouTube pada 2012.
- kolase foto Instagram/tristan_alif_naufal
Saat itu, ia masih berusia tujuh tahun, tetapi skill, keberanian, dan kepercayaan dirinya sudah berada di atas rata-rata anak seusianya.
Video tersebut menyebar cepat dan menarik perhatian banyak pihak, termasuk pelatih top dunia.
Salah satu momen paling ikonik dalam perjalanan awal Tristan adalah ketika ia berkesempatan menunjukkan kemampuannya langsung di hadapan Pep Guardiola, yang kala itu masih menangani Barcelona.
Guardiola terkesan dengan bakat Tristan dan sempat merekomendasikannya untuk menimba ilmu di akademi La Masia. Namun, rencana tersebut urung terwujud karena kendala administrasi.
Meski gagal ke Spanyol, langkah Tristan tak berhenti.
Pada 2013, ia bergabung dengan Akademi Ajax Amsterdam. Bakatnya kembali mendapat pengakuan hingga menarik minat Feyenoord Rotterdam.
Di Belanda, Tristan mencatatkan prestasi yang cukup mentereng untuk pemain muda, mulai dari gelar MVP Ajax International Cup 2014, pemain terbaik kategori 1v1, hingga Coerver Netherlands Master Skillz 2014.
Sayangnya, seiring bertambahnya usia, jalan karier Tristan di Eropa tidak selalu mulus.
Berbagai kendala non-teknis membuatnya kesulitan bertahan lama.
Ia sempat melanjutkan petualangan ke Spanyol dengan bergabung ke akademi CD Leganés pada 2016, sebelum akhirnya kembali ke Indonesia.
Di Tanah Air, Tristan bergabung dengan sejumlah sekolah sepak bola seperti ASIOP dan Kabomania.
Namanya sempat kembali mencuat pada 2019 ketika ia mengikuti seleksi Timnas Indonesia U-16 di bawah arahan Bima Sakti.
Namun, kesempatan itu belum berpihak kepadanya karena ia gagal menembus skuad akhir.
Perjalanan profesional Tristan kemudian berlanjut di level kompetisi nasional.




