Kelas Humas Muda (KHM) Vol. 5 mengangkat tema “Cancel Culture and The Art of Surviving in Crisis”. Kegiatan ini menjadi penutup rangkaian program tahun ini dan dihadiri peserta dari berbagai latar belakang kehumasan, bisnis, serta kreator digital.
KHM Vol. 5 diselenggarakan sebagai respons atas derasnya arus informasi dan cepatnya persebaran isu di era digital yang membuat reputasi organisasi maupun individu menjadi semakin rentan. Melalui kegiatan ini, peserta diajak memahami strategi manajemen krisis, membangun kesiapsiagaan komunikasi, mengelola narasi publik secara bertanggung jawab serta memulihkan kepercayaan secara berkelanjutan.
Baca Juga: Kampanye Judi Pasti Rugi dari GoPay Raih Penghargaan Bergengsi Perhumas Indonesia
Inisiator Kelas Humas Muda, Reylando Eka Putra mengatakan bahwa agenda tersebut dirancang sebagai ruang diskusi dan kolaborasi bagi generasi muda pemerhati dan pegiat komunikasi, praktisi humas, pelaku bisnis, hingga content creator.
“Agenda ini menjadi ruang diskusi dan kolaborasi untuk memahami strategi manajemen krisis dan reputasi, serta bagaimana membangun kepercayaan, khususnya terkait fenomena cancel culture yang kini marak di ruang publik dan media sosial,” ujar Reylando, dilansir Sabtu (27/12).
Acara dibuka dengan keynote speech dari Bhayu Sugarda yang mewakili Deputi III APPRI serta Budi Mustopo yang mewakili Kepala Biro Humas dan Protokoler Kementerian UMKM. Kehadiran pembicara dari unsur humas pemerintahan tersebut memberikan perspektif komprehensif mengenai pengelolaan krisis komunikasi di sektor publik.
Selain itu, KHM Vol. 5 menghadirkan tiga narasumber lintas bidang, yakni Rhaka Ghanisatria selaku Founder & CEO Menjadi Manusia, Ekhel Chandra Wijaya selaku VP Public & Internal Affair Harita Nickel, serta Vega Karina Andira Putri yang merupakan dosen dan content creator. Ketiganya membagikan pengalaman dan pandangan terkait pengelolaan krisis reputasi di era transparansi digital.
Dalam sesi diskusi, Ekhel Chandra Wijaya menekankan pentingnya kesiapan komunikasi sebelum krisis terjadi. Menurutnya, keberhasilan penanganan krisis sangat ditentukan oleh sistem dan persiapan yang telah dibangun sebelumnya.
“Prioritas utama saat krisis adalah mengamankan alur informasi dan komunikasi secara cepat, faktual, dan bertanggung jawab. Tidak semua krisis harus melibatkan pimpinan tertinggi karena eskalasi yang tidak proporsional justru dapat menambah risiko,” ujarnya.
KHM Vol. 5 juga dirancang interaktif melalui kegiatan Digital PR Challenge: Crisis Communication, yang mengajak peserta mempraktikkan penyusunan strategi komunikasi krisis secara langsung. Kegiatan ini bertujuan memperkuat pemahaman peran humas yang dituntut proaktif dan strategis dalam situasi darurat reputasi.
Sebagai bentuk kepedulian sosial, penyelenggara turut melakukan penyerahan donasi secara simbolis melalui Dompet Dhuafa. Acara ditutup dengan sesi networking untuk memperluas jejaring antarpeserta dan narasumber.
Baca Juga: Perkuat Kepercayaan Publik, Peran Humas Siap Melawan Derasnya Arus Digital
Reylando menyampaikan apresiasi kepada berbagai komunitas, asosiasi profesi, mitra, dan sponsor yang mendukung terselenggaranya KHM Vol. 5. Ia berharap Kelas Humas Muda dapat terus hadir secara berkelanjutan sebagai wadah peningkatan kapasitas sumber daya manusia kehumasan dalam menghadapi tantangan global di bidang komunikasi publik.




