Pemesanan dari Stasiun Kertapati Palembang menuju Stasiun Tanjungkarang Lampung selama Nataru mencapai c pelanggan
Jakarta (ANTARA) - Kereta Api Rajabasa menjadi salah satu moda transportasi favorit masyarakat selama masa Angkutan Natal dan Tahun Baru (Nataru) 2025/2026. Pada periode 18 Desember 2025 hingga 4 Januari 2026, tercatat 23.321 pelanggan telah dan akan melakukan perjalanan menggunakan KA Rajabasa relasi Stasiun Kertapati menuju Stasiun Tanjungkarang. Capaian ini menegaskan peran KA Rajabasa sebagai kereta api dengan relasi terpanjang di Pulau Sumatra yang diminati masyarakat selama libur akhir tahun.
Vice President Corporate Communication KAI Anne Purba menyampaikan bahwa tingginya minat masyarakat terhadap KA Rajabasa mencerminkan pentingnya konektivitas antardaerah di Sumatra.
“KA Rajabasa menjadi penghubung strategis antara wilayah kerja Divre III Palembang dan Divre IV Tanjungkarang, khususnya pada periode Nataru ketika mobilitas masyarakat meningkat signifikan,” ujar Anne.
Keunggulan KA Rajabasa semakin menonjol karena berhasil masuk dalam Top 10 Kereta Api Jarak Jauh Favorit selama Nataru dan menjadi satu-satunya kereta api dari Pulau Sumatra yang masuk dalam daftar tersebut. Dengan tarif relasi terjauh sebesar Rp32.000, KA Rajabasa menghadirkan layanan transportasi jarak jauh yang terjangkau dan inklusif bagi masyarakat.
Selama masa Nataru, sepuluh kereta api jarak jauh dengan jumlah pelanggan tertinggi meliputi KA Airlangga relasi Pasarsenen–Surabaya Pasar Turi dan Surabaya Pasar Turi–Pasarsenen, KA Joglosemarkerto relasi Solo Balapan–Semarang Tawang serta Solo Balapan–Solo Balapan, KA Sri Tanjung relasi Lempuyangan–Ketapang dan Ketapang–Lempuyangan, KA Kahuripan relasi Kiaracondong–Blitar dan Blitar–Kiaracondong, KA Jayakarta relasi Surabaya Gubeng–Pasarsenen, serta KA S7 Rajabasa relasi Kertapati–Tanjungkarang dengan 23.136 pelanggan.
Dari sisi operasional, perjalanan KA Rajabasa menempuh jarak sekitar 388 kilometer dari Palembang hingga Bandar Lampung dengan waktu tempuh kurang lebih 9 jam 20 menit. Relasi ini menghubungkan pusat-pusat aktivitas ekonomi, kawasan permukiman, serta simpul pergerakan masyarakat di dua wilayah kerja KAI di Sumatra.
Anne menambahkan bahwa tingginya minat masyarakat juga sejalan dengan kian populernya Lampung sebagai destinasi wisata. Keindahan pantai, kawasan pesisir, serta destinasi bahari di Lampung menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan yang memilih kereta api sebagai bagian dari perjalanan liburan.
Selain wisata alam, kuliner khas Lampung turut memperkuat daya tarik perjalanan. Ragam olahan hasil laut, hidangan tradisional seperti seruit, hingga kopi Lampung menjadi bagian dari pengalaman wisata yang mendorong pergerakan masyarakat antardaerah melalui jalur kereta api.
KA Rajabasa juga mendapatkan dukungan Public Service Obligation (PSO) melalui Direktorat Jenderal Perkeretaapian Kementerian Perhubungan, sehingga layanan kereta api jarak jauh tetap terjangkau dan berkelanjutan.
“KA Rajabasa mencerminkan komitmen KAI dalam menghadirkan konektivitas wilayah, pemerataan akses transportasi, serta mendukung pariwisata dan ekonomi daerah di Sumatra,” tutup Anne.
Jakarta (ANTARA) - Kereta Api Rajabasa menjadi salah satu moda transportasi favorit masyarakat selama masa Angkutan Natal dan Tahun Baru (Nataru) 2025/2026. Pada periode 18 Desember 2025 hingga 4 Januari 2026, tercatat 23.321 pelanggan telah dan akan melakukan perjalanan menggunakan KA Rajabasa relasi Stasiun Kertapati menuju Stasiun Tanjungkarang. Capaian ini menegaskan peran KA Rajabasa sebagai kereta api dengan relasi terpanjang di Pulau Sumatra yang diminati masyarakat selama libur akhir tahun.
Vice President Corporate Communication KAI Anne Purba menyampaikan bahwa tingginya minat masyarakat terhadap KA Rajabasa mencerminkan pentingnya konektivitas antardaerah di Sumatra.
“KA Rajabasa menjadi penghubung strategis antara wilayah kerja Divre III Palembang dan Divre IV Tanjungkarang, khususnya pada periode Nataru ketika mobilitas masyarakat meningkat signifikan,” ujar Anne.
Keunggulan KA Rajabasa semakin menonjol karena berhasil masuk dalam Top 10 Kereta Api Jarak Jauh Favorit selama Nataru dan menjadi satu-satunya kereta api dari Pulau Sumatra yang masuk dalam daftar tersebut. Dengan tarif relasi terjauh sebesar Rp32.000, KA Rajabasa menghadirkan layanan transportasi jarak jauh yang terjangkau dan inklusif bagi masyarakat.
Selama masa Nataru, sepuluh kereta api jarak jauh dengan jumlah pelanggan tertinggi meliputi KA Airlangga relasi Pasarsenen–Surabaya Pasar Turi dan Surabaya Pasar Turi–Pasarsenen, KA Joglosemarkerto relasi Solo Balapan–Semarang Tawang serta Solo Balapan–Solo Balapan, KA Sri Tanjung relasi Lempuyangan–Ketapang dan Ketapang–Lempuyangan, KA Kahuripan relasi Kiaracondong–Blitar dan Blitar–Kiaracondong, KA Jayakarta relasi Surabaya Gubeng–Pasarsenen, serta KA S7 Rajabasa relasi Kertapati–Tanjungkarang dengan 23.136 pelanggan.
Dari sisi operasional, perjalanan KA Rajabasa menempuh jarak sekitar 388 kilometer dari Palembang hingga Bandar Lampung dengan waktu tempuh kurang lebih 9 jam 20 menit. Relasi ini menghubungkan pusat-pusat aktivitas ekonomi, kawasan permukiman, serta simpul pergerakan masyarakat di dua wilayah kerja KAI di Sumatra.
Anne menambahkan bahwa tingginya minat masyarakat juga sejalan dengan kian populernya Lampung sebagai destinasi wisata. Keindahan pantai, kawasan pesisir, serta destinasi bahari di Lampung menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan yang memilih kereta api sebagai bagian dari perjalanan liburan.
Selain wisata alam, kuliner khas Lampung turut memperkuat daya tarik perjalanan. Ragam olahan hasil laut, hidangan tradisional seperti seruit, hingga kopi Lampung menjadi bagian dari pengalaman wisata yang mendorong pergerakan masyarakat antardaerah melalui jalur kereta api.
KA Rajabasa juga mendapatkan dukungan Public Service Obligation (PSO) melalui Direktorat Jenderal Perkeretaapian Kementerian Perhubungan, sehingga layanan kereta api jarak jauh tetap terjangkau dan berkelanjutan.
“KA Rajabasa mencerminkan komitmen KAI dalam menghadirkan konektivitas wilayah, pemerataan akses transportasi, serta mendukung pariwisata dan ekonomi daerah di Sumatra,” tutup Anne.




