FAJAR, MAKASSAR — Nama Victor Luiz kembali muncul di pusaran bursa transfer Super League. Bukan sekadar rumor biasa, melainkan isu yang sarat logika sepak bola. Bek kiri andalan PSM Makassar itu disebut-sebut berada dalam radar Persebaya Surabaya—klub yang kini ditangani Bernardo Tavares, pelatih yang paling memahami sepak bola Victor.
Di atas kertas, Victor Luiz bukan target murah. Nilai pasarnya disebut mencapai Rp 6,08 miliar. Angka yang bagi sebagian klub Indonesia terasa berat. Namun bagi Persebaya, nominal itu justru dianggap sepadan dengan dampak yang bisa dihasilkan, baik secara teknis maupun strategis.
Selama dua musim di Makassar, Victor Luiz menjelma menjadi bek kiri modern yang langka di kompetisi domestik. Ia bukan sekadar penjaga sisi pertahanan, tetapi juga motor serangan dari sektor kiri. Konsistensinya membuat ia tetap menonjol bahkan ketika performa tim naik-turun.
Di tengah ketertarikan Persik Kediri dan Arema FC, posisi Persebaya terlihat paling diuntungkan. Bukan karena kekuatan finansial semata, melainkan karena faktor yang jauh lebih menentukan: hubungan kerja yang sudah terbukti.
Bernardo Tavares adalah kunci utama dalam persamaan ini.
Victor Luiz adalah salah satu rekrutan paling sukses di era Tavares bersama PSM. Sang pelatih Portugal tahu persis bagaimana memaksimalkan kekuatan Victor—kapan ia harus agresif, kapan bertahan, dan bagaimana menjaga keseimbangan tim. Dalam sepak bola profesional, relasi semacam ini sering kali lebih bernilai daripada angka kontrak.
Bagi Persebaya yang tengah membangun stabilitas pasca-perubahan besar, pemain dengan “bahasa taktik” yang sama menjadi aset berharga. Victor Luiz tidak membutuhkan masa adaptasi panjang. Ia tahu apa yang diinginkan Tavares, dan Tavares tahu apa yang bisa dan tidak bisa dilakukan Victor.
Di lapangan, kontribusi Victor Luiz berbicara lewat data. Musim lalu, ia mencatat tujuh assist dari 32 pertandingan—angka yang tergolong istimewa untuk seorang bek kiri. Musim ini, hingga pekan ke-14, ia sudah mengoleksi lima assist, bahkan hadir beruntun saat melawan PSBS Biak, Persis Solo, dan Persebaya Surabaya sendiri.
Produktivitas itu bukan kebetulan. Gaya bermain Victor sangat ofensif: overlap agresif, keberanian membawa bola ke sepertiga akhir, dan kemampuan membuka ruang bagi winger. Data Sofascore mencatat tingkat keberhasilan dribelnya mencapai 74 persen—indikasi kualitas teknis yang berada di atas rata-rata bek Super League.
Namun Victor bukan tipe bek yang melupakan tugas utama. Catatan defensifnya musim ini menunjukkan 29 tekel, 39 intersep, dan 20 clearance. Angka-angka itu menegaskan bahwa ia tetap disiplin dalam membaca permainan dan menjaga area pertahanan.
Bagi Persebaya, profil semacam ini sangat cocok. Green Force membutuhkan bek kiri yang bukan hanya kuat bertahan, tetapi juga mampu menjadi sumber kreativitas dari lini kedua. Dalam sistem Bernardo Tavares yang menekankan keseimbangan dan transisi cepat, Victor Luiz adalah kepingan yang nyaris ideal.
Alasan kedua yang membuat Persebaya relatif “mudah” mendekati Victor Luiz datang dari sisi lain: kondisi internal PSM Makassar.
PSM belakangan diterpa isu finansial yang berulang. Meski manajemen selalu berupaya menjaga stabilitas, realitas ekonomi sepak bola Indonesia sering kali memaksa klub mengambil keputusan pragmatis. Pemain asing dengan nilai pasar tinggi dan performa stabil kerap menjadi opsi rasional untuk dilepas.
Victor Luiz berada tepat di titik itu. Usianya 28 tahun—fase emas bagi pemain bertahan. Performanya konsisten, statistiknya solid, dan nilai jualnya masih tinggi. Dalam situasi seperti ini, melepas Victor bisa menjadi jalan tengah antara kebutuhan teknis dan pertimbangan finansial.
Terlebih, kepergian Bernardo Tavares dari Makassar telah mengubah lanskap internal tim. Meski Victor tetap tampil profesional dan konsisten, fondasi emosional dan taktik yang dulu menopangnya perlahan bergeser. Sepak bola, pada akhirnya, adalah soal konteks—dan konteks Victor di PSM kini berbeda dari dua musim lalu.
Persebaya membaca situasi itu dengan jeli.
Jika transfer ini terwujud, Victor Luiz bukan sekadar pembelian pemain. Ia adalah simbol kesinambungan proyek Bernardo Tavares, sekaligus representasi bagaimana klub memanfaatkan momentum, relasi, dan realitas kompetisi.
Di bursa transfer, kemudahan jarang datang tanpa sebab. Dalam kasus Victor Luiz, sebab-sebab itu terlihat jelas: pelatih yang tepat, sistem yang cocok, dan kondisi klub asal yang membuka ruang negosiasi.
Kini, bola berada di tangan waktu dan keputusan final. Namun satu hal sudah pasti—jika Victor Luiz benar-benar berlabuh ke Surabaya, itu bukan kejutan. Itu adalah hasil dari logika sepak bola yang bekerja dengan rapi.




