Tidak jauh dari Bundaran HI, salah satu ikon Jakarta, berdiri tegap sebuah gedung pencakar langit sekaligus mal pertama di Indonesia. Cagar budaya tersebut bernama Sarinah.
Reyhan, salah satu wisatawan domestik asal Surabaya, menjadikan Sarinah sebagai salah satu destinasinya ketika berlibur di Jakarta. Ia dan keluarga besarnya rutin mengunjungi Jakarta setiap akhir tahun.
"Lagi liburan, dari Surabaya. Kebetulan kemarin cuti bersama Natal, sampai Sabtu-Minggu. Salah satunya ke Sarinah," ungkapnya saat berbincang dengan kumparan.
Belanja dan menikmati sore di skydeck menjadi agenda utamanya ketika berkunjung ke Sarinah. Sebab, menurutnya, Sarinah menghadirkan keunikan dibandingkan mal lain di Jakarta, yang biasanya tidak jauh berbeda dengan mal di Surabaya.
"Menurutku sih Sarinah macamnya (pilihan produk) lebih sedikit, langsung ke produk baju, kalau mal lain sama saja kayak di Surabaya, kan kebetulan ikonik juga Sarinah di Jakarta," ungkap Reyhan.
Reyhan juga menilai Sarinah semakin modern dan bisa lebih banyak menjangkau pasar kawula muda, dengan berbagai pilihan tempat nongkrong dan acara musik yang diselenggarakan gratis pada malam hari.
"Apalagi sekarang di Sarinah banyak yang baru ya, bagus juga kalau malam suka ada konser gratis. Terus sekarang ada kopi-kopi di depan, asyik sih di pinggir jalan dan di tengah kota banget," jelasnya.
Tidak hanya bagi Reyhan, Sarinah juga menjadi pilihan Ani untuk berlibur bersama keluarga besarnya. Selain berbelanja pernak-pernik, Ani memilih untuk santap siang dan berfoto di berbagai elemen bersejarah di Sarinah.
Ani, yang datang dari Bandung, menilai Sarinah sebagai tempat bersejarah, tidak hanya sebuah pusat perbelanjaan semata. Menurutnya, sudah banyak mal modern berceceran di Bandung yang juga tak kalah bagus dari Jakarta.
"Sekarang mal di mana-mana banyak, di Bandung juga banyak yang bagus-bagus, tapi ini karena sejarahnya saja. Tapi katanya sudah di renovasi ya dari kondisi awal, iya jadi lebih modern," ucapnya.
Berdiri pada tahun 1962, Sarinah merupakan perusahaan milik Badan Usaha Milik Negara (BUMN) pertama di bidang ritel yang digagas secara langsung oleh presiden pertama Indonesia, Soekarno. Kini, Sarinah berada di bawah naungan Holding PT Aviasi Pariwisata Indonesia (Persero) atau InJourney.
Gedung Sarinah sendiri diresmikan pada tahun 1966 dengan total 15 lantai, menjadikannya sebagai pusat perbelanjaan pertama di Indonesia. Sarinah ditugaskan menjadi pusat perdagangan dan promosi barang-barang produksi dalam negeri, terutama dari UMKM.
"Tadi begitu masuk langsung ke tempat yang etnik, pengin lihat souvenir, batik-batiknya juga bagus. (Khusus) buatan Indonesia juga," imbuh Ani.
Selain wisatawan dari luar Jakarta, Sarinah juga tetap menarik perhatian warga asli Jakarta. Yeni salah satunya. Ia mengajak rombongan teman-temannya yang terkesima melihat eskalator pertama di Indonesia.
Sarinah sendiri memiliki 4 cagar budaya: relief yang berusia lebih dari 60 tahun, kemudian kolam pantul, anjungan, relief, dan eskalator pertama di Indonesia yang saat ini sudah tidak bisa dipakai, namun dibiarkan menjadi pajangan.
"Dari Jakarta Barat, lagi liburan. Sudah lama sekali tidak ke sini, sudah banyak perubahan, sudah (dari) 20 tahun yang lalu," ungkapnya.
Setelah hampir 60 tahun berdiri, program transformasi dilakukan Sarinah mulai tahun 2020 dan selesai pada tahun 2022. Pada 14 Juli 2022, Presiden ke-7 Joko Widodo (Jokowi) meresmikan revitalisasi Sarinah.
Usai direvitalisasi besar-besaran, Sarinah diharapkan menjadi wadah lintas komunitas, gelaran dan penjualan produk lokal unggulan representasi karya dan budaya Indonesia. BUMN ini pun merambah pasar mancanegara. Setelah membuka gerai di Perth, Australia, Sarinah juga membidik Belanda hingga Jepang.




