Tarot reader kini kian mendapat tempat, khususnya di kalangan anak muda. Berita soal ini jadi salah satu yang populer di kumparanBISNIS sepanjang Sabtu (27/12).
Selain itu, laporan dari Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) yang menyebutkan tingkat okupansi hotel selama libur Natal belum mencapai angka maksimal juga turut ramai dibaca.
Cuan Tarot ReaderProfesi tarot reader kian mendapat tempat, terutama di kalangan generasi muda. Di tengah momen libur Natal dan Tahun Baru (Nataru), praktik pembacaan tarot tetap diminati, dengan mayoritas klien berasal dari Gen Z yang mencari perspektif alternatif atas persoalan asmara hingga karier.
"Yang paling banyak tetap Gen Z ya, Gen Z dan milenial lah, tapi masih lebih banyak Gen Z gitu," ujar Tina, seorang tarot reader asal Jakarta, telah menekuni profesi ini sejak 2021.
Pertanyaan yang diajukan klien sangat dipengaruhi fase hidup yang sedang mereka jalani. Gen Z cenderung datang dengan kegelisahan soal hubungan personal dan masa depan karier, karena mereka berada di masa transisi sekolah ke dunia kerja.
Isu percintaan menjadi topik yang paling sering muncul, baik dari klien yang masih lajang maupun yang telah memiliki pasangan. Meskipun cukup menjanjikan secara finansial, Tina mengaku tarot bukan sumber penghasilan utamanya karena ia juga bekerja di perusahaan rintisan.
"Nah cuma kalau untuk tarotnya sendiri itu mungkin kalau in range gitu ya, kayaknya selalu 2 digit sih gitu, tapi 2 digit itu nggak lebih dari 20 [juta per bulan] ya gitu," tuturnya.
Okupansi Hotel Selama Natal Belum MaksimalPerhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) mencatat tingkat okupansi hotel selama libur Natal 2025 tidak merata di berbagai daerah. Sekretaris Jenderal PHRI Maulana Yusran mengatakan, okupansi hotel di Sulawesi Selatan tercatat menurun, sedangkan Sumatera Selatan justru mengalami peningkatan.
“Di beberapa daerah seperti Yogyakarta dan Sleman, itu meningkat tapi daerah lainnya belum tentu. Kira-kira Jawa Tengah juga naik begitu, ada yang sampai angka 71 persen," ujar Yusran.
Secara umum, Yusran menilai pergerakan okupansi hotel di Pulau Jawa relatif lebih baik dibandingkan wilayah di luar Jawa.





