Pantau - Sebanyak 50 lulusan baru perguruan tinggi mengikuti seleksi Program MagangHub Kemnaker 2025 di Kantor Pusat AirNav Indonesia, menandai dimulainya inisiatif strategis pemerintah untuk menyiapkan generasi muda menghadapi tantangan ketenagakerjaan dan ekonomi global yang semakin kompleks.
Program ini bukan sekadar magang, tetapi menjadi jembatan harapan untuk membuka akses, memperkuat keterampilan, dan membentuk SDM muda yang tangguh di tengah ketidakpastian ekonomi.
Realitas Kelas Menengah Muda: Terjebak Mode Bertahan
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) Februari 2025, jumlah pengangguran di Indonesia tercatat 7,28 juta orang atau 4,76 persen dari total angkatan kerja.
Meskipun secara persentase mengalami penurunan, angka absolut pengangguran justru mengalami peningkatan, menandakan bahwa indikator makro belum cukup menyelesaikan persoalan kesejahteraan mikro.
Lapangan kerja yang tersedia belum sepenuhnya stabil, layak, dan produktif, terutama bagi anak muda yang mendominasi kelas menengah.
Statistik BPS mencatat, generasi milenial mencakup 24,60 persen populasi, disusul Gen Z sebesar 24,12 persen, dan Gen Alpha 12,77 persen.
Namun, kelompok usia ini justru tergolong paling rentan terhadap guncangan ekonomi.
Mereka disebut sebagai generasi sandwich, karena harus menanggung kebutuhan diri sendiri, orang tua, dan anak-anak mereka, sehingga hidup dalam mode bertahan dan tidak berkembang.
Gaji yang diperoleh habis untuk kebutuhan dasar dan tuntutan eksistensi sosial.
"Instrumen perlindungan sosial dan lapangan kerja kelas menengah memang perlu dipikirkan," ungkap ekonom Chatib Basri.
Ia menambahkan, "Mereka tak tergolong miskin, namun guncangan ekonomi dapat mengantar mereka pada kemiskinan."
Ketimpangan Struktural dan Peran MagangHub Sebagai Stimulus Ekonomi
Permasalahan generasi muda bukan hanya akibat tekanan ekonomi global, tetapi juga karena desain struktural kebijakan nasional yang belum adaptif.
Pendidikan tinggi belum sepenuhnya selaras dengan kebutuhan industri, sehingga lulusan sarjana membanjiri pasar kerja tanpa keterampilan relevan.
Kondisi diperparah oleh maraknya PHK massal di sektor teknologi, manufaktur, dan ritel.
Banyak anak muda yang sempat merasa "mapan" harus kembali ke titik nol, kehilangan pekerjaan, arah hidup, dan rasa aman.
Kondisi ini meningkatkan ketergantungan pada formasi Aparatur Sipil Negara (ASN), sementara pembukaan besar-besaran formasi ASN justru berpotensi membebani anggaran negara.
Negara seharusnya berperan sebagai enabler, bukan penyerap tenaga kerja terbesar.
Solusi struktural diperlukan untuk menumbuhkan sektor produktif, memberdayakan UMKM, menstimulus industri kreatif, serta membuka ruang kreativitas dan inovasi anak muda.
Menteri Ketenagakerjaan Yassierli meluncurkan Program Magang Nasional 2025 dengan target 100.000 peserta, sementara Menko Perekonomian Airlangga Hartarto menyebut magang lulusan sebagai bagian dari paket stimulus ekonomi kuartal IV 2025.
MagangHub Sebagai Fondasi Menuju Indonesia Emas 2045
MagangHub dirancang sebagai kebijakan strategis, tidak hanya menjadi tempat belajar, tetapi juga jembatan transisi ke dunia kerja nyata, dengan dukungan uang saku dari pemerintah.
Capaian program menunjukkan respon positif dari publik:
Batch I: 15.876 peserta dari target 20.000
Batch II: 62.754 peserta dari kuota 80.000
Masih tersisa 17.246 slot untuk gelombang berikutnya
Data ini menunjukkan antusiasme tinggi dari kalangan muda, meski masih dibutuhkan penguatan sosialisasi dan penyelarasan dengan kebutuhan industri.
Indonesia sedang memasuki fase penting pembangunan SDM dengan target pertumbuhan ekonomi 8 persen dan tambahan sekitar 3,67 juta angkatan kerja baru setiap tahun, mayoritas berusia 15–29 tahun.
Tantangan utamanya adalah mencocokkan kompetensi lulusan dengan kebutuhan industri riil, mengatasi kesenjangan keterampilan, dan meningkatkan produktivitas tenaga kerja.
Program ini menjadi bagian dari strategi jangka panjang dalam Rencana Strategis Kemenaker 2025–2029 serta mendukung pencapaian RPJPN 2025–2045 dan visi Indonesia Emas 2045.
Tantangan Implementasi dan Rekomendasi Kebijakan
Permenaker Nomor 11 Tahun 2025, sebagai perubahan atas Nomor 8 Tahun 2025, mempertegas peran negara dalam menyiapkan SDM yang adaptif dan kompetitif.
Namun, terdapat catatan penting: pembatasan peserta hanya untuk lulusan maksimal satu tahun sejak kelulusan dianggap terlalu sempit.
Perlu kajian untuk memperluas kriteria agar lebih inklusif terhadap lulusan lama.
Penguatan ekosistem lintas kementerian menjadi kunci, termasuk sinergi antara Kemnaker, PANRB, BKN, BPI Danantara, dan BP BUMN, serta integrasi data alumni dengan sistem rekrutmen CPNS, BUMN, dan sektor swasta.
Magang harus menjadi jalur afirmatif menuju pekerjaan berkelanjutan, bukan sekadar pengalaman sementara.
Jika dikelola secara konsisten, terintegrasi, dan berkelanjutan, MagangHub Kemnaker bisa menjadi fondasi penting bagi pembangunan SDM nasional dan transformasi ekonomi ke depan.
Tantangan terbesar bukan pada anggaran, melainkan pada implementasi yang efektif dan konsisten.
Kebijakan publik harus dirancang melampaui desain populis dan terasa nyata manfaatnya.
"Untuk menjadi negara maju, Indonesia membutuhkan kelas menengah yang kuat secara kualitas dan kuantitas," ujar Bambang Brodjonegoro.
Ia menegaskan, “Kelas menengah harus menjadi lokomotif pertumbuhan ekonomi, namun realita generasi muda saat ini menunjukkan cita-cita itu makin menjauh.”


