FAJAR.CO.ID, JAKARTA — Loyalis Anies Baswedan, Geizs Chalifah, turut menyatakan keraguannya terhadap keaslian ijazah Presiden ke-7 RI, Jokowi, yang terus menjadi perbincangan publik.
Keraguan itu muncul setelah Geizs mencermati temuan skripsi Jokowi yang diungkap oleh Roy Suryo Cs.
Awalnya, Geizs mengaku tidak pernah meragukan keabsahan ijazah Jokowi, terlebih setelah Universitas Gadjah Mada (UGM) menyatakan ijazah tersebut asli.
“Awalnya gue percaya ijazahnya asli karena UGM udah bicara itu asli,” ujar Geizs di X @Geizs_Chslifah (28/12/2025).
Namun, keyakinan itu mulai goyah ketika skripsi Jokowi berhasil diperoleh dan diperbincangkan di ruang publik.
Geizs mengatakan bahwa dirinya membandingkan skripsi tersebut dengan skripsinya sendiri.
“Lalu skripsinya didapat oleh Rismon. Gue buka skripsi gue dan gue bandingkan, emang aneh,” sebutnya.
Kata Geizs, kejanggalan bukan terletak pada isu yang disebut Jokowi sebagai perdebatan yang ngalor-ngidul, melainkan pada hubungan fundamental antara ijazah dan skripsi itu sendiri.
“Lalu dia bela diri katanya ngalor ngidul. Dari ijazah ke skripsi. Itu ga ngalor ngidul,” tegasnya.
Geizs bilang, dalam dunia akademik, skripsi dan ijazah merupakan satu kesatuan yang tidak bisa dipisahkan.
Karena itu, kejanggalan pada skripsi secara otomatis berdampak pada validitas ijazah.
“Skripsi dan ijazah satu kesatuan. OD!,” tandasnya.
Sebelumnya, Pakar Digital Forensik, Rismon Sianipar, blak-blakan usai mengikuti gelar perkara khusus dugaan ijazah palsu Presiden ke-7 RI, Jokowi, yang digelar di Polda Metro Jaya, Senin (15/12/2025) kemarin.
Rismon mengaku kecewa karena pihak-pihak yang sebelumnya vokal menantangnya berdebat secara terbuka justru tidak hadir dalam forum resmi tersebut.
“Kami sebenarnya ingin menantang dua atau tiga ahli digital forensik yang diperiksa oleh Polda Metro Jaya,” ujar Rismon kepada fajar.co.id, Selasa (16/12/2025).
“Tetapi kami harus kecewa bahwa mereka tidak hadir atau tidak berani untuk berargumentasi head to head dengan kami,” lanjutnya.
Ia secara khusus menyinggung nama Josua Sinambela dan Rony Teguh yang, menurutnya, kerap menyampaikan tantangan debat di berbagai kanal publik.
“Terutama Josua Sinambela dan Rony Teguh yang telah di berbagai podcast mereka ingin menantang kami,” katanya.
“Ternyata sampai gelar perkara khusus selesai, mereka tidak berani muncul,” tambah Rismon.
Bahkan, Rismon juga menyebut Jokowi tidak hadir untuk menjawab tuduhan yang dialamatkan kepada dirinya dan timnya.
“(Termasuk Jokowi) Tidak berani muncul membuktikan pasal-pasal 32 dan 35 yang menuduhkan kami memanipulasi, mengedit, dengan cara-cara yang tidak ilmiah,” tegasnya.
Ia pun menyayangkan situasi tersebut dan melontarkan kritik keras.
“Kami sangat sesalkan betapa pengecutnya mereka,” ucap Rismon.
Dalam kesempatan itu, Rismon turut mengungkapkan sejumlah kejanggalan teknis terhadap ijazah yang diperlihatkan penyidik dalam gelar perkara khusus.
“Banyak sekali kejanggalan dari ijazah analog yang ditunjukkan kepada kami, tidak boleh kami sentuh, pegang,” katanya.
Ia menegaskan, timnya tidak diberi akses untuk memeriksa dokumen tersebut secara langsung.
“Hanya bisa dilihat dengan mata,” terangnya.
Berdasarkan pengamatannya, Rismon menegaskan bahwa kualitas fisik dokumen tersebut menimbulkan tanda tanya besar.
“Dari sisi ketebalan kertas, kualitas cetak yang terlihat adalah cetakan printer,” ungkapnya.
Ia juga mengklaim menemukan indikasi cacat pada hasil cetakan.
“Ada garis lurus hitam yang saya duga itu merupakan cacat digital printing pada ijazah yang ditunjukkan tadi malam,” jelasnya.
Bukan hanya itu, Rismon bahkan menyimpulkan jenis teknologi cetak yang digunakan.
“Jadi, printingnya pun bukan yang terbaik, bukan laserjet, tapi inkjet,” Rismon menuturkan.
“Saya lihat tepi-tepinnya tadi malam dari setiap huruf dan lainnya, itu mengindikasikan sangat kuat hasil produk printing inkjet bukan handpress,” kuncinya.
(Muhsin/fajar)





