Resolusi Tahun Baru yang Paling Sering Gagal, Anda Juga Pernah, Moms?

kumparan.com
3 jam lalu
Cover Berita

Tahun baru sering datang bersama harapan baru. Banyak ibu menuliskan resolusi dengan penuh niat baik: ingin hidup lebih sehat, lebih tenang, dan lebih tertata. Namun seiring berjalannya waktu, tak sedikit resolusi yang akhirnya berhenti di tengah jalan.

Faktanya, hal ini bukan pengalaman personal semata. Berbagai riset menunjukkan bahwa jenis resolusi tertentu memang paling sering dibuat—sekaligus paling sering gagal dipertahankan hingga akhir tahun.

Resolusi Kesehatan Jadi yang Paling Umum dan Paling Rentan Gagal

Menurut laporan Forbes Health, resolusi tahun baru yang paling banyak dibuat dari tahun ke tahun berkaitan dengan kesehatan, seperti: makan lebih sehat atau diet, olahraga lebih rutin, serta menurunkan berat badan.

Resolusi-resolusi ini konsisten berada di peringkat teratas secara global. Namun di saat yang sama, resolusi kesehatan juga termasuk yang paling sering ditinggalkan dalam beberapa bulan pertama.

Bagi ibu, tantangannya sering kali berlapis. Niat makan sehat bisa berbenturan dengan jadwal anak, kebutuhan keluarga, atau kelelahan setelah seharian beraktivitas. Olahraga yang diniatkan rutin pun kerap tergeser oleh prioritas lain yang terasa lebih mendesak.

Kenapa Resolusi Tahun Baru Sering Gagal?

Masih dari kategori kesehatan, target menurunkan berat badan dan olahraga rutin hampir selalu muncul dalam daftar resolusi paling populer. Namun data menunjukkan bahwa konsistensi menjadi tantangan utama.

Bukan karena kurang niat, melainkan karena target ini membutuhkan perubahan kebiasaan jangka panjang—sesuatu yang tidak mudah dijalani di tengah peran ibu yang nyaris tanpa jeda.

Keuangan dan Kesehatan Mental Juga Tak Luput

Selain kesehatan fisik, resolusi lain yang sering dibuat adalah:

Survei dari Pew Research Center menunjukkan bahwa meskipun banyak orang menetapkan resolusi di awal tahun, hanya sebagian kecil yang benar-benar berhasil menjalankannya secara konsisten hingga akhir tahun. Mayoritas resolusi mulai ditinggalkan sebelum pertengahan tahun.

Resolusi terkait kesehatan mental pun sering kali bersifat abstrak—seperti “ingin lebih bahagia” atau “ingin lebih sabar”—sehingga sulit diukur dan akhirnya perlahan dilupakan.

Ketika Resolusi Gagal, Bukan Berarti Ibu Gagal

Melihat data tersebut, menjadi jelas bahwa kegagalan menjalankan resolusi adalah pengalaman yang sangat umum. Bahkan bisa dibilang, ini adalah bagian dari pola yang dialami banyak orang di berbagai belahan dunia.

Bagi ibu, realitas hidup sering kali menuntut penyesuaian terus-menerus. Prioritas bisa berubah, energi terbagi, dan kebutuhan keluarga datang silih berganti. Dalam kondisi seperti ini, tidak semua resolusi bisa dijalankan sesuai rencana awal.

Maka jika resolusi Tahun Baru belum tercapai, itu bukan tanda kurang disiplin atau kurang niat. Bisa jadi, ibu sedang melakukan hal yang jauh lebih penting: bertahan, merawat, dan menjalani hari sebaik mungkin.

Kadang, melangkah pelan pun sudah merupakan sebuah pencapaian.


Artikel Asli

Berikan komentar Anda
Lanjut baca:

thumb
Harga Emas UBS dan Galeri24 di Pegadaian Naik, Sentuh Rp2,6 Juta per Gram
• 11 jam lalupantau.com
thumb
Kemhan Bantah Ayu Aulia Dilantik Jadi Tim Kreatif, Siregar Najeges: Terus Maksudnya Apa?
• 20 jam lalufajar.co.id
thumb
Skylar Buka Keran Trofi Internasional Bersama ONIC di GOF
• 5 jam laluskor.id
thumb
Jadwal Lengkap dan Harga Tiket Big Bang Festival, Dimeriahkan Tulus hingga Pamungkas
• 9 jam lalumedcom.id
thumb
3 Kelebihan Seseorang dengan Kepribadian Ambivert Saat Menghadapi Dunia Kerja
• 4 jam lalubeautynesia.id
Berhasil disimpan.