FAJAR, TERNATE — Di Stadion Gelora Kie Raha, Minggu petang yang panas itu berubah menjadi panggung penentuan. Bukan hanya bagi Malut United FC dan Borneo FC Samarinda, tetapi juga bagi peta persaingan papan atas Super League 2025/2026. Ketika peluit panjang dibunyikan dan skor 3-2 tertera di papan, satu kepastian mengemuka: Persib Bandung menutup tahun 2025 sebagai pemuncak klasemen.
Kemenangan dramatis Malut United atas Borneo FC bukan sekadar tiga poin bagi tuan rumah. Ia menjadi batu sandungan bagi Pesut Etam untuk merebut kembali singgasana, sekaligus menambah beban bagi Persija Jakarta yang kini kian tertinggal dalam perburuan puncak.
Laga berlangsung dengan tensi tinggi sejak menit awal. Borneo FC datang ke Ternate dengan ambisi besar—mengambil alih kembali posisi teratas yang direbut Persib sehari sebelumnya. Ambisi itu langsung tercermin ketika Juan Villa mencetak gol cepat pada menit ketiga. Gol tersebut seolah menjadi pernyataan: Borneo belum menyerah dalam perburuan gelar paruh musim.
Namun Malut United menolak tunduk di hadapan tekanan. Bermain di depan publik sendiri, Laskar Kie Raha menunjukkan ketenangan dan keberanian. Mereka terus menekan hingga akhirnya David da Silva menyamakan kedudukan pada menit ke-27. Gol itu bukan hanya mengubah skor, tetapi juga menggeser momentum. Babak pertama ditutup dengan skor 1-1, menandai duel terbuka yang masih jauh dari kata selesai.
Babak kedua kembali memperlihatkan karakter Borneo FC sebagai tim papan atas. Douglas Coutinho membawa tim tamu unggul 2-1 pada menit ke-55, memanfaatkan umpan Mariano Peralta. Pada titik ini, Borneo kembali berada di jalur yang mereka inginkan—menang, dan memberi tekanan pada Persib.
Namun sepak bola kerap menghadirkan cerita lain. Malut United, yang sepanjang musim dikenal sebagai tim dengan mental bertarung tinggi, kembali bangkit. Menit ke-69, Taufik Rustam menyamakan skor menjadi 2-2 setelah memanfaatkan umpan Tyronne Del Pino. Stadion Gelora Kie Raha bergemuruh, dan pertandingan berubah menjadi pertarungan terbuka penuh risiko.
Kedua tim saling jual beli serangan. Borneo mengancam lewat Joel Vinicius dan Mariano Peralta, sementara Malut United membalas melalui Taufik Rustam dan Ciro Alves. Setiap serangan membawa ketegangan—bukan hanya bagi pemain di lapangan, tetapi juga bagi klub-klub lain yang nasibnya ikut ditentukan dari kejauhan.
Ketika laga tampak akan berakhir imbang, Malut United menulis klimaksnya sendiri. Pada masa injury time, Gustavo Franca muncul sebagai penentu. Sontekannya, meneruskan sundulan Tyronne Del Pino, merobek gawang Nadeo Argawinata. Skor berubah menjadi 3-2. Stadion meledak. Borneo FC terdiam.
Gol itu memastikan tiga poin bagi Malut United dan membawa mereka naik ke peringkat ketiga dengan 31 poin. Lebih dari itu, kemenangan tersebut menggusur Persija Jakarta ke posisi keempat. Macan Kemayoran kini tertahan di 29 poin dari 14 pertandingan—situasi yang memaksa mereka bekerja lebih keras jika ingin kembali merangsek ke jalur juara.
Bagi Persib Bandung, hasil di Ternate terasa seperti bonus tak langsung. Dengan koleksi 34 poin dari 15 laga dan selisih gol yang cukup, Maung Bandung dipastikan bertahan di puncak klasemen hingga pergantian tahun. Borneo FC memang memiliki poin yang sama, tetapi kalah dalam selisih gol.
Peta klasemen ini memperlihatkan satu hal penting: persaingan di papan atas semakin ketat, namun Persib kini berada dalam posisi paling stabil. Sementara itu, Persija tak lagi hanya dituntut menang di laga-laga berikutnya, tetapi juga berharap para rival terpeleset.
Super League 2025/2026 memasuki fase di mana setiap gol, setiap kemenangan, dan setiap kekalahan memiliki dampak berantai. Di Ternate, Malut United merayakan kemenangan dramatis. Di Bandung, Persib menguatkan cengkeramannya di puncak. Dan di Jakarta, alarm perburuan gelar semakin nyaring berbunyi.


:strip_icc()/kly-media-production/medias/5403623/original/076212200_1762332363-PSS.jpg)


