Bisnis.com, JAKARTA — Badan Reserse Kriminal (Bareskrim) mengungkap penyebab kasus tindak pidana perdagangan orang (TPPO) tenaga kerja Indonesia (TKI) masih berulang, khususnya di Kamboja.
Kabareskrim Polri, Komjen Syahardiantono mengatakan alasan kejadian TPPO terus berulang karena banyak pihak yang masih tergiur dengan tawaran pekerjaan di luar negeri.
Hal tersebut kemudian dimanfaatkan oleh pihak lain untuk melancarkan aksi penipuan dengan mengiming-imingi gaji yang tinggi.
"Jadi ya masih banyak yang mudah tergiur, tertipu dengan ini sebenarnya kan awal mulanya di modus menipu ya. Modus menipu yang dipekerjakan dengan gaji yang tinggi segala macam segala macam," ujar Syahar di Bareskrim, dikutip Minggu (28/12/2025).
Kemudian, Syahar mengungkapkan bahwa setelah bekerja di luar negeri, justru ekspektasi WNI dipatahkan karena tidak sesuai ekspektasi.
Misalnya, gaji yang kecil sesuai perjanjian hingga beban kerja lebih tinggi. Oleh sebab itu, Bareskrim Polri bakal mengupayakan langkah pencegahan agar kasus TPPO ini tidak berulang.
"Gajinya juga tidak besar, tidak sesuai dengan janji kerjaannya. Nah itu yang kita harus upaya-upaya pencegahan, makanya saya katakan tadi ini merupakan pembelajaran kepada kita semua," imbuhnya.
Jenderal polisi bintang tiga ini juga mengimbau agar masyarakat tidak mudah percaya dengan pihak yang menjanjikan pekerjaan di luar negeri.
"Jangan cepat terpercaya, jangan cepat percaya kepada iming-iming yang memberi iming-iming itu kan begitu mengantar ke sana langsung ditinggal, gak tanggung jawab. Apalagi awalnya adalah modus-modus penipuan," pungkasnya.
Sebelumnya, Bareskrim Polri telah memulangkan sembilan WNI menjadi korban TPPO untuk dipekerjakan menjadi admin judi online di Kamboja.
Dirtipidter Bareskrim Polri, Brigjen Irhamni mengatakan para korban dijanjikan bekerja di luar negeri oleh pihak ketiga atau berperan sebagai sponsor. Pihak ini menyediakan fasilitas transportasi hingga pembuatan paspor.
Mereka diiming-imingi gaji Rp9 juta per bulan menjadi operator komputer. Namun sesampainya di sana, para korban dipekerjakan menjadi admin judi online.
"Kebetulan mereka baru pertama kali menuju Kamboja. Mereka tidak paham lokasi itu ada di mana, sehingga mereka terima-terima saja, sehingga dia dipekerjakan sebagai scammer," ujar Irhamni.




