Nataru dan Perasaan yang Tak Selalu Bahagia

kumparan.com
14 jam lalu
Cover Berita

Akhir tahun sangat identik dengan libur Natal dan Tahun Baru, atau yang sering disebut Nataru. Media sosial penuh dengan foto liburan, kumpul keluarga, dan resolusi hidup yang ditampilkan sebaik mungkin. Tapi di balik suasana hangat itu, tidak sedikit orang yang justru merasakan emosi campur aduk.

Ada yang merasa senang karena akhirnya bisa beristirahat atau sekadar berkumpul dengan keluarga. Namun, ada juga yang merasa cemas, lelah secara emosional, bahkan sedih tanpa alasan yang jelas. Momen yang seharusnya penuh kehangatan ini justru sering memicu overthinking. Kenapa bisa begitu?

Refleksi Akhir Tahun dan Tekanan Sosial

Nataru sering jadi waktu refleksi. Tanpa sadar, kita mulai mengevaluasi hidup sendiri dengan membandingkannya pada pencapaian orang lain. Target yang belum tercapai, hubungan yang belum membaik, atau rencana yang tidak berjalan sesuai harapan muncul kembali di kepala.

Dalam psikologi, refleksi diri sebenarnya hal yang sehat. Namun, ketika refleksi berubah menjadi perbandingan sosial yang berlebihan, tekanan emosional pun muncul. Media sosial memperkuat tekanan ini karena yang ditampilkan biasanya hanya sisi terbaik dari hidup seseorang.

Rasa Sepi di Tengah Perayaan

Tidak semua orang menyambut Nataru dengan suasana hangat. Ada yang jauh dari keluarga, ada yang sedang berduka, dan ada pula yang berada di fase hidup yang berat.

Rasa sepi di tengah perayaan sering kali tidak terlihat dan jarang dibicarakan. Banyak orang merasa harus bahagia karena Nataru dianggap momen spesial, padahal perasaan tidak bisa dipaksa untuk selalu sesuai dengan ekspektasi.

Perasaan Campur Aduk Itu Valid

Merasa lelah, sedih, atau bingung di momen akhir tahun bukan tanda tidak bersyukur. Emosi manusia memang kompleks—rasa senang dan sedih bisa hadir bersamaan.

Psikologi menekankan pentingnya kesadaran emosi, yaitu kemampuan untuk mengenali dan menerima perasaan tanpa langsung menghakimi diri sendiri. Mengakui bahwa diri sedang tidak baik-baik saja justru bisa menjadi langkah awal untuk pulih.

Menyikapi Nataru dengan Lebih Sehat

Nataru tidak harus selalu diisi dengan resolusi besar atau kebahagiaan sempurna. Beberapa hal sederhana ini bisa membantu menghadapi akhir tahun dengan lebih tenang:

• Mengurangi kebiasaan membandingkan diri dengan orang lain di media sosial

• Menjalani libur akhir tahun sesuai kondisi diri sendiri

• Memberi izin pada diri untuk beristirahat tanpa rasa bersalah

• Fokus pada hal-hal kecil yang masih bisa dikontrol

Akhir tahun bisa menjadi momen untuk merangkul diri sendiri, bukan terus menghakimi.

Natal dan Tahun Baru adalah momen transisi, bukan garis akhir. Jika perasaan di akhir tahun terasa campur aduk, itu manusiawi. Tidak apa-apa jika Nataru kali ini dijalani dengan lebih pelan.

Yang penting, kamu masih bertahan, masih mencoba, dan masih melangkah. Dan itu sudah cukup.


Artikel Asli

Berikan komentar Anda
Lanjut baca:

thumb
Romo Mudji Meninggal, Menag Nasaruddin Umar: Selamat Jalan Sahabat Dialog Lintas Iman
• 5 jam laluliputan6.com
thumb
Kemenpar Pastikan Koordinasi Intensif Pasca-Insiden Kapal Wisata di Labuan Bajo
• 9 jam lalukumparan.com
thumb
BMKG Prakirakan Hujan Guyur Sebagian Besar RI Hari Ini
• 12 jam lalurepublika.co.id
thumb
Tangisan Istri Pelatih Valencia B Pecah, Misteri Tenggelamnya Kapal Pinisi Putri Sakinah Perlahan Terungkap
• 4 jam laludisway.id
thumb
Balap Dokar, budaya lokal Palu yang kembali eksis
• 20 jam laluantaranews.com
Berhasil disimpan.