Warga RI Juara 1 Konsumsi Mikroplastik, Riset Ungkap Sumbernya

cnbcindonesia.com
8 jam lalu
Cover Berita
Foto: Mikroplastik/ Edward Ricardo Sianturi

Jakarta, CNBC Indonesia -Tanpa disadari, setiap orang menghirup, makan, dan minum serpihan kecil sampah plastik yang dikenal sebagai mikroplastik dan nanoplastik setiap harinya.

Penelitian telah mengidentifikasi kemungkinan hubungan mikroplastik dengan masalah serius termasuk beberapa jenis kanker, masalah pernapasan, serangan jantung, dan penyakit radang usus.

Dalam studi yang dipublikasikan Environmental Science & Technology, para peneliti mengungkap bahwa masyarakat Indonesia paling banyak mengonsumsi mikroplastik di dunia. Menurut penelitian itu, rata-rata orang Indonesia mengonsumsi sekitar 15 gram mikroplastik per bulan. Posisi Indonesia kemudian diikuti Malaysia dan Filipina yang masyarakatnya juga paling banyak mengonsumsi mikroplastik di dunia.


Baca: 5 Makanan yang Diam-Diam Mempercepat Kerusakan Ginjal

Sumber mikroplastik terbesar menurut studi

Mikroplastik didefinisikan sebagai partikel plastik yang ukurannya kurang dari 5 mm. Partikel-partikel ini ditemukan di mana-mana, termasuk di lautan, tanah, air minum, makanan, dan bahkan udara. Namun, asal-usul partikel ini seringkali tidak terlihat.

Mengutip data dari IUCN, CSIRO, dan Elsevier, berikut adalah sumber mikroplastik terbesar, seperti dirangkum oleh Visual Capitalist:

Pangsa Mikroplastik Primer Global (2020-2023)

- Tekstil Sintetis - 34,8%

- Keausan Ban - 28,3%

- Debu Kota - 24,2%

- Marka Jalan - 7,0%

- Pelapis Kelautan - 3,7%

- Mikroplastik Produk Perawatan Pribadi - 2,0%

- Pelet Plastik ("Nurdles") - 0,3%

Baca: 10 Ikan dengan Kandungan Merkuri Tinggi, Cek Dulu Sebelum Beli

Cara Mikroplastik Masuk ke Lingkungan

Mikroplastik masuk ke lingkungan dalam dua bentuk utama yakni primer dan sekunder.

Mikroplastik primer dilepaskan langsung ke lingkungan dalam ukuran mikroskopis. Ini termasuk:

- Serat yang terlepas dari pencucian kain sintetis seperti poliester, nilon, atau akrilik.

- Debu karet yang aus dari ban mobil dan truk selama penggunaan normal.

- Fragmen dalam debu kota dari abrasi cat, sol sepatu, furnitur, dan lapisan bangunan.

- Pelet plastik yang hilang selama pembuatan atau pengiriman plastik.

Mikroplastik sekunder, di sisi lain, terbentuk ketika puing-puing plastik yang lebih besar seperti tas, botol, atau alat pancing terurai seiring waktu karena sinar matahari, gelombang laut, dan pelapukan. Partikel-partikel ini terurai menjadi bagian-bagian yang semakin kecil, dan akhirnya menjadi mikroplastik.

Kedua jenis tersebut bersifat persisten, meluas, dan semakin banyak ditemukan bahkan di ekosistem yang paling terpencil sekalipun. Penelitian menunjukkan bahwa arus atmosfer pun dapat mengangkut partikel mikroplastik melintasi benua dan lautan.


(hsy/hsy)
Saksikan video di bawah ini:
Video: Indonesia Peringkat Kedua Klasemen Medali SEA Games 2025

Artikel Asli

Berikan komentar Anda
Lanjut baca:

thumb
Life Hack dengan Trik Belanja Hemat Akhir Tahun
• 8 jam lalumedcom.id
thumb
Buruh Ramai-Ramai Demo di Dekat Monas, Bawa Spanduk dan Teriak Ini
• 7 jam lalucnbcindonesia.com
thumb
Jakarta Light Festival Meriahkan Momen Nataru di Bundaran HI-Kota Tua
• 16 jam laludetik.com
thumb
Kecelakaan Kapal Wisata di Labuan Bajo, YLKI Desak Audit Independen
• 2 jam lalukompas.id
thumb
Cerita Bupati Aceh Tamiang Terkepung Banjir dan Keluar Berkat Radio Amatir
• 13 jam laluidntimes.com
Berhasil disimpan.