Pemerintah Kaji Program Work from Mal, APBI Sebut Sejalan dengan Tren Kerja Fleksibel

suara.com
4 jam lalu
Cover Berita
Baca 10 detik
  • Pengelola mal DIY, melalui APBI, menyambut positif kajian program *work from mall* (WFM) pemerintah.
  • APBI DIY menilai WFM sejalan dengan fungsi mal yang kini telah berkembang menjadi ruang publik multifungsi.
  • Dukungan fasilitas utama yang dibutuhkan mal untuk mendukung program tersebut adalah penguatan jaringan internet.

Suara.com - Wacana pemerintah mengkaji program work from mall (WFM) mendapat respons positif dari pengelola pusat perbelanjaan di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY).

Asosiasi Pengelola Pusat Belanja Indonesia (APBI) DIY menilai konsep tersebut sejalan dengan perubahan fungsi mal yang kini tidak hanya menjadi tempat belanja.

Ketua APBI DIY, Surya Ananta, mengatakan pusat perbelanjaan saat ini telah berkembang menjadi ruang publik multifungsi. Selain belanja, mal kini bisa dimanfaatkan untuk hiburan, kuliner, hingga pertemuan informal masyarakat.

"Kalau kami secara pengelolaan mal, kami menyambutnya positif, ya, karena kepentingan masyarakat sekarang ke mal itu tidak terbatas hanya belanja," kata Surya saat dihubungi, Senin (29/12/2025).

Ananta menilai aktivitas bekerja dan pertemuan sebenarnya sudah lama berlangsung di area pusat perbelanjaan, terutama di restoran dan kafe.

Oleh sebab itu, program work from mall dinilai bakal memperkuat praktik yang sudah berjalan secara alami.

"Memang sementara ini sudah berjalan ke arah sana, sih. Kalau diarahkan ke work from mall, itu silakan, karena dampaknya juga positif," ujarnya.

Menurut Ananta, kesiapan mal di Jogja sudah cukup baik, mengingat karakter pekerjaan saat ini semakin fleksibel dan berbasis perangkat digital.

Aktivitas kerja dapat dilakukan menggunakan laptop atau gawai, baik untuk pekerjaan individu maupun pertemuan tatap muka dan daring.

Baca Juga: WFA Akhir Tahun, Jurus Sakti Urai Macet atau Kebijakan Salah Sasaran?

Sementara itu, dukungan yang dibutuhkan, kata Ananta, lebih pada penguatan fasilitas penunjang, terutama jaringan internet di area publik pusat perbelanjaan.

"Mungkin punya sitting area yang cukup sesuai, dilengkapi dengan charging segala macam. Nah, selama itu terpenuhi, ya fasilitas itu ada, menurut saya sih siap-siap saja," tuturnya.

Ditambahkan Ananta, pusat perbelanjaan juga memiliki keunggulan dari sisi kenyamanan, mulai dari pendingin ruangan, ketersediaan parkir, hingga kemudahan menjamu klien.

Belum lagi ditambah dengan beberapa tempat yang menyediakan ruang merokok. Hal-hal itu dinilai membuat mal lebih fleksibel dibandingkan kantor konvensional.

Selain itu, ia melihat program work from mall berpotensi dikombinasikan dengan promosi dan hiburan dari pusat perbelanjaan itu sendiri sehingga dapat menjadi daya tarik baru bagi masyarakat.

"Misalkan itu nanti ketemu klien atau tamunya, gitu, bahkan kalau sudah di resto tinggal suguhan minum bahkan makan. Sekalian menyambung semua, malah lebih fleksibel dibanding kalau kita di kantor," tandasnya.


Artikel Asli

Berikan komentar Anda
Lanjut baca:

thumb
Kapal Wisata Tenggelam di Labuan Bajo, YLKI Minta Audit Independen dan Tanggung Jawab Operator!
• 9 jam lalusuara.com
thumb
Nelayan di Buton Selamat Usai Diterkam Buaya 6 Meter Saat Pulang Melaut
• 19 jam laludetik.com
thumb
Layanan Arus Balik di Empat Ruas Trans Jawa Dioptimalkan
• 18 jam lalumetrotvnews.com
thumb
Dedi Mulyadi Respons Demo Buruh Buntut Polemik UMSK Jabar: Dipersilakan, dengan Catatan
• 11 jam lalukompas.tv
thumb
Aturan Royalti Musik Tak Kunjung Jelas, Pelaku Usaha Butuh Kepastian Hukum di Momen Nataru
• 9 jam lalusuara.com
Berhasil disimpan.