Pelayanan Romo Mudji Menjangkau Masyarakat Indonesia yang Beragam

kompas.id
3 jam lalu
Cover Berita

JAKARTA, KOMPAS – Seniman dan budayawan yang juga rohaniawan Katolik Mudji Sutrisno mengembuskan napas terakhir dalam usia 71 tahun di Rumah Sakit St Carolus, Jakarta, pada Minggu (28/12/2025) malam karena sakit. Minat keilmuanya yang luas semasa hidupnya membuat layanan Romo Mudji menjangkau masyarakat Indonesia yang beragam.

Fransiskus Xaverius Mudji Sutrisno, SJ atau Romo Mudji yang lahir di Solo pada 12 Agustus 1954 ini tak hanya dikenal sebagai seorang rohaniawan Katolik, tetapi juga akademisi, budayawan, seniman, sastrawan, pelukis, hingga penyair. Ia meraih gelar doktor bidang filsafat di Universitas Gregoriana, Italia.

Romo Mudji juga sempat menjadi anggota Komisi Pemilihan Umum (KPU) periode 2001-2003. Namun, merujuk situs resmi Lembaga Pers Dr Soetomo, ia memilih mengundurkan diri dari KPU karena ingin fokus menjadi seorang dosen. Hingga tutup usia, Romo Mudji tercatat sebagai staf pengajar filsafat di Sekolah Tinggi Filsafat (STF) Driyakarya, Jakarta.

Romo Mudji banyak dikenang oleh rohaniawan Katolik lainnya, salah satunya Provinsial Serikat Jesus (SJ) Provinsi Indonesia Benedictus Hari Juliawan SJ atau yang akrab disapa Romo Beni. Ia menyebut Romo Mudji adalah salah satu wajah Gereja Katolik yang dikenal masyarakat luas.

Menurut Romo Beni, Romo Mudji selalu melihat layanan tak sebatas di kalangan Katolik, melainkan juga menjangkau masyarakat Indonesia yang beragam. Hal ini terlihat dalam minat keilmuannya yang luas mulai dari filsafat, sastra, budaya agama, hinga politik.

“Bagi beliau, iman Kristiani itu harus jadi berkat untuk masyarakat luas. Secara pribadi, beliau adalah guru saya di STF Driyarkara dan anggota Serikat Jesus yang kami cintai bersama,” ujarnya, saat dihubungi, pada Senin (29/12/2025).

Baca JugaDari Sketsa Turun ke Hati

Sebagai seniman, Romo Mudji turut terlibat atau menyelenggarakan sejumlah pameran lukisan. Beberapa di antaranya yakni pameran Bersama Hitam-Putih dengan I Gusti Nurata dan Sam Bimbo (2008), Garis-garis Sketsa (2010), Dari Stupa ke Stupa (2014), Paskah Gabah (2016). Kumadandang Ing Sepi (2017), dan Ziarah Gambar (2020).

Ini mungkin adalah cermin jiwanya juga yang lebih peka pada segala hal rohani dan prioritas jiwa yang bergeser. Tidak lagi gelisah tetapi menemukan tempat pelabuhan.

Selain itu Romo Mudji baru menggelar pameran bertajuk ”Dari Gereja ke Gereja”  di Balai Budaya, Menteng, Jakarta Pusat, pada September 2025. Pameran itu menampilkan 55 sketsa gereja-gereja di Jakarta yang dikunjungi Romo Mudji selama Tahun Yubileum 2025 dan semuanya berukuran kertas folio atau lebih kecil.

Romo Beni memandang karya-karya dari Romo Mudji merupakan cermin jiwanya yang kritis pada otoritas sekaligus kagum pada keindahan. Pada tahun-tahun terakhir, banyak sketsa yang dibuat oleh Romo Mudji bercirikan religius yang amat kuat.

“Ini mungkin adalah cermin jiwanya juga yang lebih peka pada segala hal rohani dan prioritas jiwa yang bergeser. Tidak lagi gelisah tetapi menemukan tempat pelabuhan,” ucapnya.

Sahabat dialog

Ucapan bela sungkawa atas meninggalnya Romo Mudji juga disampaikan Menteri Agama Nasaruddin Umar. “Kami berduka mendengar kabar Romo Mudji wafat. Selamat jalan sahabat dialog lintas iman,” kata Nasaruddin dalam keterangan resminya.

Nasaruddin sempat mengenang perjumpaannya dengan Romo Mudji. Dua tokoh agama tersebut sering berada dalam forum dialog antaragama untuk berbincang sekaligus mempromosikan toleransi dan perdamaian.

Tahun lalu Romo Mudji juga sempat menghadiri Seminar Natal Nasional 2024 di Auditorium HM Rasjidi, Kementerian Agama, dan dibuka langsung oleh Nasaruddin. Romo Mudji hadir sebagai salah satu narasumber dan turut memberikan perspektif mengenai humanisme dan ekologi dalam konteks keagamaan di Indonesia.

Baca Juga50 Sketsa Karya Mudji Sutrisno Dipamerkan di Balai Budaya

“ Saya mengenal Romo Mudji sebagai figur yang sangat menghargai nilai-nilai kebudayaan dalam beragama. Romo Mudji sering memberikan perspektif seni dan estetika dalam nilai spiritual dan itu sejalan dengan keberagamaan yang inklusif dan moderat,” kata Nasaruddin.

Jenazah Romo Mudji disemayamkan di Colese Canisius, Menteng, Jakarta Pusat, Senin (29/12). Misa Requiem akan diadakan pada 29 dan 30 Desember 2025 pukul 19.00 di Kapel Kolese Kanisius, Jakarta. Sementara pemakaman rencananya akan diadakan pada 31 Desember 2025 di Taman Maria Ratu Damai, Girisonta.


Artikel Asli

Berikan komentar Anda
Lanjut baca:

thumb
Media Kanada Bocorkan Gaji John Herdman sebagai Pelatih Timnas Indonesia
• 9 jam lalubisnis.com
thumb
Kemenangan Atas PSM Makassar Jadi Kunci Persib Bandung Mengunci Gelar Juara Paruh Musim Super League
• 22 jam laluharianfajar
thumb
Sukses Comeback Setelah Tertinggal 2 Gol dari Borneo FC jadi Bukti Malut United Punya Mental Kuat
• 19 jam lalubola.com
thumb
KPK Setop Penyidikan Kasus Dugaan Korupsi Izin Tambang di Konawe Utara karena Tidak Cukup Bukti
• 23 jam lalusuarasurabaya.net
thumb
Pembangunan Lapas Kumbang Dikebut, Super Maximum Security dengan Kapasitas 1.500 Orang
• 1 jam laluliputan6.com
Berhasil disimpan.