Deretan kios di Jalan Pintu Besar Selatan, Jakarta, Senin (29/12/2025), dipenuhi terompet warna-warni yang mencolok. Di depan kios-kios yang tutup, para pedagang terompet tampak sibuk merampungkan pembuatan terompet, menyambut malam pergantian tahun yang tinggal menghitung hari.
Salah satunya Leson, pedagang terompet yang baru dua hari tiba di lokasi bersama istri dan anaknya. Berdagang terompet sudah menjadi rutinitas tahunan bagi keluarganya setiap menjelang Tahun Baru.
Sambil melipat terompet plastik, Leson berharap tahun ini penjualan kembali bergairah. “Kalau sebelum Covid, sepuluh hari di sini omzet bisa sampai Rp 7–10 juta. Mudah-mudahan sekarang begitu juga,” ujarnya.
Tak jauh dari sana, Rojali sudah lebih lama menggelar lapak. Sejak 17 Desember lalu, ia datang bersama keponakannya dan menetap di trotoar depan kios-kios yang tutup. Berjualan terompet bukan hal baru baginya. “Semua yang di sini orang Cikarang, kita semua bersaudara. Saya sudah di sini sejak masih SD ikut orang tua, sekitar tahun 1980-an,” kata Rojali.
Selama berjualan, para pedagang tinggal dan tidur di trotoar bersama dagangannya. Bagi mereka, kenyamanan bukan prioritas utama, selama harapan mendapatkan nafkah masih terbuka. Pembeli pun biasanya datang sendiri ke lokasi. “Kebanyakan yang beli untuk dijual lagi. Kalau pas malam tahun baru, baru kita pindah ke dekat Pasar Baru,” lanjut Rojali.
Tahun lalu, kata Rojali, penjualan terompet terbilang sepi dengan omzet sekitar Rp 4 juta. Meski begitu, harapan tetap ia gantungkan pada perayaan tahun ini. Ia berharap seluruh terompet yang dibuat dan dipajang bisa habis terjual, agar usaha yang dijalani turun-temurun itu kembali membawa keuntungan.
