Jakarta (ANTARA) - Perayaan Hari Natal masyarakat Indonesia di Jepang pada Sabtu diwarnai doa khusus bagi para korban bencana di Sumatera, di tengah semangat kebersamaan dan solidaritas lintas komunitas diaspora.
Kuasa Usaha Ad Interim (KUAI) KBRI Tokyo Maria Renata Hutagalung mengatakan doa dan dukungan bagi korban bencana di Tanah Air itu menjadi bagian tak terpisahkan dari perayaan Natal warga Indonesia di Jepang tahun ini.
“Dukungan dan doa untuk saudara-saudara kita di Sumatera yang sedang menghadapi pergumulan akibat bencana merupakan wujud kepedulian dan kepekaan sosial masyarakat Indonesia saat merayakan Natal di Jepang,” ujar Maria dalam siaran pers KBRI Tokyo yang diterima ANTARA di Jakarta, Senin.
Ia menegaskan perayaan Natal tidak hanya dimaknai sebagai momentum keagamaan, tetapi juga sebagai ruang untuk saling menguatkan, berbagi kasih, serta menyalurkan empati kepada mereka yang tengah tertimpa musibah.
Maria juga menitipkan pesan agar persaudaraan di antara warga Indonesia di Jepang terus dipupuk dan diperkuat, baik melalui sikap saling membantu maupun dukungan moral dalam kehidupan sehari-hari.
“Saling mendukung dan menguatkan menjadi kunci agar sukacita Natal tidak berhenti pada satu perayaan, tetapi dapat dirasakan setiap hari,” katanya.
Perayaan Natal KBRI Tokyo bersama Keluarga Masyarakat Kristen Indonesia (KMKI) Jepang itu dihadiri sekitar 200 umat Katolik dan Protestan, serta Ketua KMKI Jepang Robert Dwiputra.
Ibadah Natal dipimpin Pastor Paroki Gereja Katolik Matsubara, Romo Wifridus Ngalla CICM, bersama Romo Galuh Arjanta, dengan suasana khidmat namun penuh kehangatan.
Pada perayaan Natal tahun ini, Persekutuan Gereja-Gereja di Indonesia (PGI) bersama Konferensi Waligereja Indonesia (KWI) mengangkat tema “Allah Hadir untuk Menyelamatkan Keluarga”.
Baca juga: Natal diaspora RI di Swiss galang dana untuk korban bencana
Dalam pesannya, Romo Wifridus menekankan keluarga sebagai ruang utama pewartaan keselamatan, tempat nilai kasih, kepedulian, dan kehadiran Tuhan dapat dialami secara nyata.
Ia juga mengajak jemaat merefleksikan berbagai bencana alam yang terjadi di Indonesia sebagai pengingat pentingnya menjaga kelestarian alam ciptaan Tuhan.
“Kepada saudara-saudara kita di Sumatera yang terdampak bencana, semoga hari-hari yang lebih baik segera terwujud,” ujarnya.
Perayaan tersebut dimeriahkan dengan beragam penampilan budaya, antara lain Tari Bali, kolaborasi angklung warga Indonesia dan Jepang, serta lagu-lagu rohani dan nasional.
Aneka kuliner Nusantara seperti tahu isi, lemper, lapis legit, dan pisang goreng cokelat turut disajikan, menambah kehangatan dan rasa kebersamaan.
Acara ditutup dengan doa bersama yang dipimpin Pendeta Henry Mimbar dari Gereja Interdenominasi Indonesia (GIII) Tokyo.
Baca juga: KBRI Beijing rayakan Natal dengan WNI
Kuasa Usaha Ad Interim (KUAI) KBRI Tokyo Maria Renata Hutagalung mengatakan doa dan dukungan bagi korban bencana di Tanah Air itu menjadi bagian tak terpisahkan dari perayaan Natal warga Indonesia di Jepang tahun ini.
“Dukungan dan doa untuk saudara-saudara kita di Sumatera yang sedang menghadapi pergumulan akibat bencana merupakan wujud kepedulian dan kepekaan sosial masyarakat Indonesia saat merayakan Natal di Jepang,” ujar Maria dalam siaran pers KBRI Tokyo yang diterima ANTARA di Jakarta, Senin.
Ia menegaskan perayaan Natal tidak hanya dimaknai sebagai momentum keagamaan, tetapi juga sebagai ruang untuk saling menguatkan, berbagi kasih, serta menyalurkan empati kepada mereka yang tengah tertimpa musibah.
Maria juga menitipkan pesan agar persaudaraan di antara warga Indonesia di Jepang terus dipupuk dan diperkuat, baik melalui sikap saling membantu maupun dukungan moral dalam kehidupan sehari-hari.
“Saling mendukung dan menguatkan menjadi kunci agar sukacita Natal tidak berhenti pada satu perayaan, tetapi dapat dirasakan setiap hari,” katanya.
Perayaan Natal KBRI Tokyo bersama Keluarga Masyarakat Kristen Indonesia (KMKI) Jepang itu dihadiri sekitar 200 umat Katolik dan Protestan, serta Ketua KMKI Jepang Robert Dwiputra.
Ibadah Natal dipimpin Pastor Paroki Gereja Katolik Matsubara, Romo Wifridus Ngalla CICM, bersama Romo Galuh Arjanta, dengan suasana khidmat namun penuh kehangatan.
Pada perayaan Natal tahun ini, Persekutuan Gereja-Gereja di Indonesia (PGI) bersama Konferensi Waligereja Indonesia (KWI) mengangkat tema “Allah Hadir untuk Menyelamatkan Keluarga”.
Baca juga: Natal diaspora RI di Swiss galang dana untuk korban bencana
Dalam pesannya, Romo Wifridus menekankan keluarga sebagai ruang utama pewartaan keselamatan, tempat nilai kasih, kepedulian, dan kehadiran Tuhan dapat dialami secara nyata.
Ia juga mengajak jemaat merefleksikan berbagai bencana alam yang terjadi di Indonesia sebagai pengingat pentingnya menjaga kelestarian alam ciptaan Tuhan.
“Kepada saudara-saudara kita di Sumatera yang terdampak bencana, semoga hari-hari yang lebih baik segera terwujud,” ujarnya.
Perayaan tersebut dimeriahkan dengan beragam penampilan budaya, antara lain Tari Bali, kolaborasi angklung warga Indonesia dan Jepang, serta lagu-lagu rohani dan nasional.
Aneka kuliner Nusantara seperti tahu isi, lemper, lapis legit, dan pisang goreng cokelat turut disajikan, menambah kehangatan dan rasa kebersamaan.
Acara ditutup dengan doa bersama yang dipimpin Pendeta Henry Mimbar dari Gereja Interdenominasi Indonesia (GIII) Tokyo.
Baca juga: KBRI Beijing rayakan Natal dengan WNI



