FAJAR, SURABAYA — Bernardo Tavares akhirnya berada di klub yang memberinya ruang untuk mengeksekusi ambisi yang lama tertahan. Di Persebaya Surabaya, pelatih asal Portugal itu tidak lagi sekadar diminta “bertahan dan bersaing”, melainkan membangun tim dengan standar kualitas yang ia yakini sejak awal: pemain asing Grade A dari Brasil dan Portugal.
Situasi ini sangat berbeda dengan periode Tavares di PSM Makassar. Meski sukses besar secara prestasi, termasuk membawa PSM ke puncak kejayaan, Tavares bekerja dalam keterbatasan ekstrem—mulai dari larangan FIFA, reputasi finansial klub, hingga kesulitan merekrut pemain asing berlevel tinggi.
Kini, konteksnya berubah total.
Persebaya, Tim Besar yang Tertahan Pemain Asing
Persebaya Surabaya saat ini masih tertahan di papan tengah Super League 2025/2026. Status klub besar belum sepenuhnya terkonversi menjadi performa konsisten di lapangan. Salah satu akar masalahnya terletak pada sektor pemain asing.
Dengan kuota maksimal 10 pemain impor, Green Force justru belum mendapatkan dampak signifikan dari separuhnya. Tak mengherankan jika menjelang dibukanya jendela transfer paruh musim, manajemen dikabarkan siap melakukan langkah radikal.
Lima pemain asing disebut-sebut akan dilepas sekaligus—sebuah sinyal bahwa Persebaya tak lagi ingin bersikap setengah-setengah.
Akun Instagram pemerhati transfer sepak bola Indonesia, @liga_dagelann, mengungkapkan bahwa Persebaya sudah mulai bergerak cepat.
“Sepertinya bakal ada dari Portugal dan Brasil.”
Dua negara itu bukan pilihan acak. Brasil identik dengan kualitas teknis, sementara Portugal punya kesamaan bahasa dan filosofi dengan Bernardo Tavares.
Daftar Pemain Asing yang Terancam Dilepas
Jika mengacu pada performa dan kontribusi di lapangan, lima nama asing yang paling rawan dicoret adalah:
Diego Mauricio
Dejan Tumbas
Mihailo Perovic
Dime Dimov
Milos Raickovic
Minimnya dampak di laga-laga krusial membuat manajemen Persebaya harus bersiap menanggung konsekuensi finansial berupa kompensasi kontrak. Namun bagi klub sebesar Persebaya, langkah ini dinilai sebagai investasi ulang—bukan kerugian.
Jika kelima nama tersebut benar dilepas, maka Persebaya masih menyisakan kerangka asing yang relatif solid: Leo Lelis, Risto Mitrevski, Bruno Moreira, Francisco Rivera, dan Gali Freitas.
Kerangka ini menjadi fondasi awal bagi Tavares untuk menyusun ulang komposisi tim sesuai standar permainannya.
Ambisi Tavares yang Tertahan di Makassar
Bernardo Tavares tak pernah menutupi kekecewaannya selama di PSM Makassar. Ia bahkan mengungkap bahwa dirinya sempat menolak tawaran klub lain demi bertahan karena dijanjikan proyek jangka panjang.
“Musim lalu saya bertemu dengan manajemen yang meyakinkan saya tentang stabilitas keuangan dan proyek kuat untuk 2025/26,” kata Tavares.
Namun realitas di lapangan berbicara lain.
“Sangat sulit mengontrak pemain karena larangan FIFA dan reputasi buruk klub mengenai pembayaran.”
Meski begitu, Tavares tetap mampu membangun tim kompetitif—bahkan dihargai secara nilai pasar di Transfermarkt. Prestasi itu justru menegaskan satu hal: apa yang bisa ia lakukan jika tidak dibatasi?
Persebaya: Panggung Ideal untuk Ambisi Grade A
Di Surabaya, Tavares tidak lagi harus bernegosiasi dengan keterbatasan ekstrem. Infrastruktur, basis suporter, dan kekuatan finansial Persebaya memberi ruang bagi pelatih Portugal itu untuk merekrut pemain sesuai visinya—bukan sekadar yang tersedia.
Datangnya pemain Brasil–Portugal Grade A bukan hanya soal kualitas individu, tetapi juga tentang membangun ekosistem permainan: bahasa sama, kultur taktik serupa, dan adaptasi yang lebih cepat.
Jika rencana ini berjalan, Persebaya bukan hanya akan lebih kompetitif, tetapi berpotensi menjadi penantang serius dominasi Persib Bandung dan klub-klub mapan lainnya.
Bagi Bernardo Tavares, ini bukan sekadar proyek baru. Ini adalah kesempatan kedua untuk mewujudkan ambisi yang dulu terhenti di Makassar—kali ini dengan sumber daya yang sepadan.




:strip_icc()/kly-media-production/medias/5457726/original/059816600_1767019105-f59409f8-28f2-49c3-a171-351e0832645f.jpeg)