TABLOIDBINTANG.COM - Sebuah studi terbaru yang dipublikasikan dalam Journal of Personality and Social Psychology mengungkap bahwa sebuah hubungan tidak berakhir secara tiba-tiba. Sebaliknya, kepuasan dalam hubungan cenderung mengalami fase yang disebut terminal decline—penurunan perlahan yang terjadi secara halus, namun konsisten dari waktu ke waktu.
Meski temuan ini sejatinya telah lama diamati pada banyak pasangan, tak sedikit orang yang mengabaikan insting mereka sendiri. Perasaan tidak nyaman kerap disamarkan dengan anggapan seperti “mungkin aku terlalu banyak berpikir” atau “aku hanya lelah.” Padahal, sikap tersebut justru berpotensi memperburuk hubungan. Rasa kesal dapat berkembang menjadi kebencian, baik terhadap pasangan maupun diri sendiri. Akumulasi emosi negatif ini tidak hanya merusak hubungan, tetapi juga berdampak pada kualitas hidup secara keseluruhan. Karena itu, memahami sinyal batin sejak dini dinilai lebih bijak ketimbang menyesali perpisahan yang sebenarnya sudah terasa akan datang.
Psikolog Mark Travers, dalam tulisannya untuk Forbes, menyoroti tiga tanda halus yang dapat mengindikasikan bahwa sebuah hubungan—baik dari sisi diri sendiri maupun pasangan—sedang menuju akhir.
Merasa Lega Saat Membayangkan Hidup Tanpa Pasangan
Rasa frustrasi sesekali merupakan hal yang wajar dalam hubungan. Namun, rasa lega memiliki makna yang berbeda. Membayangkan hidup bersama pasangan seharusnya menghadirkan ketenangan dan rasa aman. Jika yang muncul justru kelegaan saat membayangkan hidup tanpa mereka, hal itu dapat menjadi tanda keterputusan emosional. Perasaan lega tersebut perlahan berubah menjadi sumber stres, bukan lagi dukungan, sehingga pikiran dipenuhi oleh overthinking alih-alih mengakui akar masalah dan langkah yang perlu diambil.
Merasa Lelah Terus-Menerus Tanpa Alasan Jelas
Kelelahan kronis atau keletihan emosional juga menjadi salah satu indikator penting bahwa sebuah hubungan lebih banyak membawa dampak negatif. Ketika hubungan menuntut pengelolaan emosi secara terus-menerus—seperti memantau suasana hati pasangan, menghindari percakapan atau konflik, serta menekan kebutuhan pribadi—energi mental akan terkuras. Kondisi ini kerap muncul dalam bentuk mudah tersinggung, pikiran terasa kabur, hingga menurunnya motivasi.
Terus Bertanya Apakah Harus Pergi
Hubungan memang kompleks, namun menjadi semakin rumit ketika seseorang mulai meragukan hubungannya sendiri. Jika pikiran untuk meninggalkan pasangan terus muncul, hal itu menandakan kebutuhan emosional tidak lagi terpenuhi. Fokus pun bergeser dari upaya memperbaiki hubungan menuju keinginan untuk melarikan diri dan melindungi diri sendiri. Perdebatan batin ini bahkan kerap muncul di tengah momen-momen yang tampak “baik-baik saja”, menandakan bahwa hubungan tersebut sudah tidak lagi memberikan kepuasan emosional.




