FAJAR.CO.ID, JAKARTA — Pengamat teknologi informasi UGM, Josua Sinambela, menyebut bahwa penelitian yang dilakukan Roy Suryo Cs terkait tudingan ijazah palsu Presiden ke-7 RI, Jokowi, telah kehilangan dasar ilmiahnya.
Hal itu dipastikan Josua setelah ijazah asli Jokowi ditampilkan dalam gelar perkara khusus di Polda Metro Jaya.
Josua menegaskan, sejak dokumen analog asli tersebut diperlihatkan langsung kepada para pihak Roy Suryo Cs, seluruh kajian yang bersumber dari fotokopi maupun foto yang beredar di media sosial otomatis gugur.
“Sejak ditunjukkannya ijazah analog asli ke para tersangka di gelar perkara khusus, maka penelitian tentang fotocopy atau foto medsos (Roy Suryo Cs) auto gugur jadi sampah,” ujar Josua kepada fajar.co.id, Selasa (30/12/2025).
Ia menjelaskan, sejumlah aspek teknis yang sebelumnya dipersoalkan dalam penelitian tersebut telah terbantahkan secara langsung melalui pemeriksaan dokumen asli.
“Karena semua terbantahkan dari lintasan merah foto, watermark, embos, ELA hingga hurup mencotot,” lanjutnya.
Josua juga menyinggung narasi baru yang kembali diangkat oleh Rismon Sianipar, yang kini mempersoalkan skripsi dan halaman pengesahan skripsi Jokowi.
Baginya, isu tersebut sejatinya sudah lama terjawab dan tidak lagi memiliki relevansi.
“Sekarang si Rismon mulai menarasikan kembali soal skripsi dan halaman pengesahan skripsi yang sudah terbantahkan sejak berbulan bulan lalu,” Josua menuturkan.
Ia menyebut, perdebatan yang masih berkutat pada jenis huruf dan percetakan skripsi di era 1980-an menunjukkan ketidaktahuan terhadap konteks akademik dan teknologi percetakan pada masa tersebut.
“Jika masih ada para pengikutnya yang menunjukkan kedunguan mereka tentang skripsi atau halaman pengesahannya di zaman itu (tahun 80-an) terkait Font Times Roman dan percetakan Perdana, silakan kirimkan fakta ini,” tegas Josua menunjukkan foto skripsi Jokowi.
Sebagai pembanding, Josua merujuk pada dokumen skripsi mahasiswa Fakultas Kehutanan UGM era 1980-an yang dapat dijadikan rujukan untuk memahami standar penulisan dan percetakan pada masa itu.
Sebelumnya, Pakar Digital Forensik, Rismon Sianipar, blak-blakan usai mengikuti gelar perkara khusus dugaan ijazah palsu Presiden ke-7 RI, Jokowi, yang digelar di Polda Metro Jaya, Senin (15/12/2025) kemarin.
Rismon mengaku kecewa karena pihak-pihak yang sebelumnya vokal menantangnya berdebat secara terbuka justru tidak hadir dalam forum resmi tersebut.
“Kami sebenarnya ingin menantang dua atau tiga ahli digital forensik yang diperiksa oleh Polda Metro Jaya,” ujar Rismon kepada fajar.co.id, Selasa (16/12/2025).
“Tetapi kami harus kecewa bahwa mereka tidak hadir atau tidak berani untuk berargumentasi head to head dengan kami,” lanjutnya.
Ia secara khusus menyinggung nama Josua Sinambela dan Rony Teguh yang, menurutnya, kerap menyampaikan tantangan debat di berbagai kanal publik.
“Terutama Josua Sinambela dan Rony Teguh yang telah di berbagai podcast mereka ingin menantang kami,” katanya.
“Ternyata sampai gelar perkara khusus selesai, mereka tidak berani muncul,” tambah Rismon.
Bahkan, Rismon juga menyebut Jokowi tidak hadir untuk menjawab tuduhan yang dialamatkan kepada dirinya dan timnya.
“(Termasuk Jokowi) Tidak berani muncul membuktikan pasal-pasal 32 dan 35 yang menuduhkan kami memanipulasi, mengedit, dengan cara-cara yang tidak ilmiah,” tegasnya.
Ia pun menyayangkan situasi tersebut dan melontarkan kritik keras.
“Kami sangat sesalkan betapa pengecutnya mereka,” ucap Rismon.
Dalam kesempatan itu, Rismon turut mengungkapkan sejumlah kejanggalan teknis terhadap ijazah yang diperlihatkan penyidik dalam gelar perkara khusus.
“Banyak sekali kejanggalan dari ijazah analog yang ditunjukkan kepada kami, tidak boleh kami sentuh, pegang,” katanya.
Ia menegaskan, timnya tidak diberi akses untuk memeriksa dokumen tersebut secara langsung.
“Hanya bisa dilihat dengan mata,” terangnya.
Berdasarkan pengamatannya, Rismon menegaskan bahwa kualitas fisik dokumen tersebut menimbulkan tanda tanya besar.
“Dari sisi ketebalan kertas, kualitas cetak yang terlihat adalah cetakan printer,” ungkapnya.
Ia juga mengklaim menemukan indikasi cacat pada hasil cetakan.
“Ada garis lurus hitam yang saya duga itu merupakan cacat digital printing pada ijazah yang ditunjukkan tadi malam,” jelasnya.
Bukan hanya itu, Rismon bahkan menyimpulkan jenis teknologi cetak yang digunakan.
“Jadi, printingnya pun bukan yang terbaik, bukan laserjet, tapi inkjet,” Rismon menuturkan.
“Saya lihat tepi-tepinnya tadi malam dari setiap huruf dan lainnya, itu mengindikasikan sangat kuat hasil produk printing inkjet bukan handpress,” kuncinya.
(Muhsin/fajar)




