JAKARTA, DISWAY.ID - Guna menjaga keberlanjutan lingkungan sekaligus ketahanan ekonomi nasional. Wakil Ketua MPR RI Eddy Soeparno menyebut transisi energi bersih atau energi terbarukan yang tidak merusak kestabilan lingkungan, bisa menjadi solusi.
Sebab, dalam beberapa waktu terakhir, hujan dengan intensitas tinggi di Sumatera, Jawa Tengah, dan Bali telah memicu bencana yang berdampak luas pada kehidupan masyarakat, infrastruktur, dan perekonomian.
Menurutnya, Indonesia sudah memasuki tahap krisis iklim, bukan lagi sekedar fase perubahan iklim ekstrim.
BACA JUGA:Persatuan Hotel Minta DPRD DKI Patuhi Kemendagri soal Raperda KTR: Demi Kepastian Hukum Usaha
BACA JUGA:Eks PM Malaysia Najib Razak Divonis 165 Tahun Penjara: Siapkan RM2,08 Miliar atau Tambah 22,5 Tahun!
"Saya sudah tidak mau lagi menggunakan istilah perubahan iklim. Hari ini kita sudah berada di tahap krisis iklim, satu tingkat di atas perubahan iklim dan satu tingkat di bawah bencana iklim," katanya di Kompleks Parlemen, Senayan, Senin 29 Desember 2025.
Eddy menjelaskan bahwa sejatinya memiliki sumber daya energi yang sangat melimpah, baik energi fosil maupun energi terbarukan.
"Cadangan gas dan batu bara kita sangat besar. Batu bara bahkan bisa diproduksi hingga ratusan tahun ke depan. Di sisi lain, potensi energi terbarukan seperti tenaga surya, panas bumi, air, angin, dan arus laut tersebar hampir di seluruh wilayah Indonesia," jelasnya.
Namun, faktanya Indonesia masih bergantung pada impor energi untuk kebutuhan sehari-hari, mulai dari bahan bakar minyak (BBM), LPG, hingga diesel.
BACA JUGA:Inara Rusli Gak Malu-Malu Pilih Balikan dengan Insanul Fahmi, Mawa Fix Mau Cerai
BACA JUGA:Harga Emas Tak Terbendung, IHSG Berpeluang Hijau Jelang Tutup Tahun 2025
"Ini paradoks energi yang harus segera kita akhiri. Salah satu jawabannya adalah transisi energi," terangnya.
Menurut Eddy, pengembangan energi terbarukan tidak hanya akan mengurangi ketergantungan impor, tetapi juga menghadirkan sumber energi yang bersih, berkelanjutan, dan ramah lingkungan.
Hal ini, lanjut Dia sejalan dengan arah ekonomi global yang kini menitikberatkan pada konsep ekonomi berkelanjutan.
Dalam hal ini, Ia menyoroti dampak nyata krisis iklim yang kini dirasakan masyarakat, seperti cuaca ekstrem, curah hujan yang tidak menentu, banjir, dan panas ekstrem.
- 1
- 2
- »




