Kartono (56) berjalan kaki di trotoar Jalan Perjuangan di Kota Bekasi, Jawa Barat yang dipenuhi pohon rindang, Selasa (30/12/2025). Mendung tipis ditingkahi gerimis menambah kesejukan jalan di penghujung tahun 2025.
Bahu kiri Kartono menenteng peralatan cukur seberat lima kilogram yang dibungkus tas belel, sedangkan tangan kanan membawa kursi lipat kayu dengan dudukan karung plastik. Tak lupa topi koboi hitam yang sudah sobek ia kenakan.
Tono, mantan RT yang kini menjadi Pak Ogah dan tukang parkir di jalan tersebut memanggil Kartono yang lewat. Keduanya sepakat mencukur rambut di lahan kosong di Kelurahan Marga Mulya, Kecamatan Bekasi Utara, Kota Bekasi, Jawa Barat.
Kartono segera membuka isi tasnya. Gunting rambut, pisau cukur, clipper (mesin cukur), dan sisir ia siapkan. Tak lupa ia mengenakan masker. Tono dipersilahkan duduk di kursi lipat dengan dudukan karung plastik. Tak sampai 30 menit Kartono menyelesaikan pekerjaannya. Tono membayar Rp 15.000 kepada Kartono.
Sejak tahun 1990 Kartono menjadi tukang cukur rambut keliling kampung. Awalnya, masih bareng teman-temannya sesama tukang cukur tinggal di Cakung, Jakarta Timur. Satu rumah kontrakan ditempati 20 tukang cukur. Kalau pagi berpencar, kalau malam kembali berkumpul.
“Seiring zaman, tukang cukur keliling habis dimakan waktu. Saya bergeser ke Bekasi Utara dan bertahan di sini. Dalam sehari saya berjalan kaki sejauh 10 kilometer dan rata-rata bisa mencukur 10 orang dari pagi hingga sore hari. Sampai siang ini saya baru mendapatkan tiga orang. Saya mendapatkan bayaran Rp 15.000 hingga Rp 20.000 untuk sekali cukur. Kalau ada rezeki kadang ada yang kasih lebih. Alhamdulillah dengan terus berjalan kaki saya masih sehat hingga sekarang. ” kata Kartono menceritakan pekerjaannya.




