Libur Tahun Baru ke Pasar Saja, Hemat di Ongkos, Bahagia di Hati

kompas.id
4 jam lalu
Cover Berita

Pasar Klojen dan Pasar Oro-oro Dowo di Kota Malang, atau Pasar Induk Among Tani di Kota Batu, Jawa Timur, banyak dikunjungi wisatawan selama libur Natal-Tahun Baru 2026. Beragam kuliner di dalamnya menjadi magnet bagi wisatawan luar daerah yang ingin menambah sensasi, tak hanya sekedar melepas penat dengan menikmati obyek wisata konvensional yang ada.

Jarum jam menunjuk pukul 10.00, Selasa (30/12/2025), namun suasana Pasar Klojen di Jalan Cokroaminoto, Kota Malang, sudah ramai. Di depan sejumlah lapak (stan) makanan di dalam pasar, beberapa kelompok wisatawan yang sebagian di antaranya anak-anak muda asyik menyantap kuliner.

Mereka duduk di bangku-bangku plastik yang disediakan pemilik warung. Sedangkan sebagian lainnya berjalan menyusuri selasar untuk mencari menu yang disukai. Ada puluhan stan yang menawarkan kuliner menggugah selera, seperti jajanan onde-onde, kelepon, dawet, hingga soto, nasi bakar, tempong, dan makanan berat lainnya. Ada juga menu modern, seperti dimsum dan croffle.   

Tak hanya di dalam, suasana ramai juga berlangsung di luar pasar yang berada tak jauh dari Stasiun Malang itu. Puluhan wisatawan asyik nongkrong menikmati kopi di salah satu warung yang langsung menghadap ke jalan raya. Sementara sejumlah tukang parkir sibuk menata kendaraan yang datang silih berganti, baik roda dua maupun empat.

“Ini baru pertama kali saya ke sini. Kalau ke obyek wisata lain bosan,” ujar Bernhard (17), wisatawan asal Surabaya. Bersama 11 teman lainnya satu gereja, pagi itu Bernhard sengaja datang ke Pasar Klojen setelah sehari sebelumnya menikmati kawasan wisata Kayu Tangan Heritage. Rernhard sendiri berada di Malang sejak Senin (29/12/2025) dan rencananya sampai Jumat (2/1/2026) dalam rangka retret.

“Kesannya murah-murah, sih, harganya” ucap Bernhard yang tertarik berwisata ke pasar lantaran melihat di Instagram. Selain ratingnya bagus, jenis kuliner di dalamnya juga beragam, mulai dari tradisional hingga modern dan kekinian.

“Kuliner menjadi incaran yang utama di tempat ini,” kata pemuda yang baru saja menyantap semangkuk soto.

Menurut Bernhard, soto yang baru saja dinikmatinya berbeda dengan yang ada di Surabaya. Ada tambahan kentang dan tauge di dalamnya. Sedangkan rekan-rekannya menikmati menu lain, seperti tempe mendoan dan roti goreng.

Baca JugaKunjungan ke Kota Batu Meningkat, Ada Limpasan Turis Domestik dari Bali

Bernhard pun merasa salut dengan suasana pasar. Menurut dia, kondisinya bersih, termasuk toiletnya kering. Di daerah lain, tidak banyak pasar tradisional yang disulap menjadi lokasi wisata dengan dominasi kuliner. Sisanya, baru kebutuhan pokok, seperti daging, sayur-mayur, buah-buahan, dan kebutuhan lainnya.

Wisatawan lain yang juga terlihat menikmati suasana Pasar Klojen adalah Zulkarnain (76), asal Bekasi, Jawa Barat. Ini adalah kali kedua dia berkunjung ke pasar tradisional di Malang. Sebelumnya, beberapa waktu lalu dia telah berjunjung ke Pasar Oro-oro Dowo.

“Kesannya enak, adem. Di Bekasi kurang seramai ini. Ada pasar (di Bekasi) tapi tidak seramai di Malang,” ucapnya.

Dari sisi menu, menurut Zulkarnain juga berbeda. Di sana kebanyakan menu Betawi dan Sunda. Sedangkan di Klojen lebih variatif, kuenya lengkap. Juga ada tempat ngopi yang menyenangkan. “Tempatnya nyaman untuk wisata kuliner,” katanya.

Zulkarnain juga sependapat jika pasar menjadi destinasi pilihan yang murah meriah saat kondisi ekonomi masyarakat yang mengalami penurunan daya beli. Untuk bepergian ke lokasi wisata yang branded biasanya cukup menguras kantong. Harga tiket sekali masuk bisa mencapai Rp 75.000 hingga di atas Rp 100.000 per orang. Jika anggota keluarganya banyak, tinggal mengalikan saja pengeluarannya. Belum termasuk biaya transportasi dan makan.

“Di pasar tradisional seperti ini juga lebih ngirit dan waktunya lebih panjang. Di pikiran juga fresh,” ucapnya. Selama hampir sepekan di Malang, Zulkarnain sempat berkunjung ke Taman Rekreasi Selecta di Batu. Sedangkan obyek wisata lain yang akan dikunjungi masih menunggu keputusan dari sang anak.

Melonjaknya jumlah wisatawan selama libur Natal dan Tahun Baru pun disambut baik pedagang. Tono (51), salah satu pedagang Pasar Klojen yang menjajakan oleh-oleh khas Malang berupa kripik tempe/tempe kacang, menuturkan, setiap hari, Pasar Klojen sudah ramai, apalagi saat akhir pekan dan liburan.

Pada akhir pekan, jumlah penunjung bisa naik 100 persen dari hari biasa. Sedangkan saat libur Natal dan Tahun Baru bisa lebih banyak lagi. “Pada hari biasa bisa terjual 100 bungkus. Sedangkan pada hari libur 150 bungkus. Natal dan Tahun Baru bisa sampai 200 bungkus,” ujarnya.  

Pembeli yang datang kebanyakan dari luar kota. Mereka datang lantaran penasaran setelah melihat media sosial. Sedangkan untuk berwisata ke tempat lain mereka merasa bosan. “Dulu konsepnya bukan pasar kuliner tetapi pasar sayur. Berjalan 1,5 tahun mulai meningkat jumlah pengunjungnya,” katanya.

Pasar wisata

Sementara itu, tak berbeda jauh dengan Pasar Klojen, Pasar Oro-oro Dowo, sepanjang Selasa pagi juga ramai oleh wisatawan. Bahkan, deretan mobil yang parkir tampak memanjang di tepi Jalan Guntur. Dilihat dari merek kendaraan, mereka pun terlihat bukan hanya dari kalangan ekonomi menengah ke bawah tetapi juga orang-orang berduit.

Oro-oro Dowo sendiri merupakan pasar pertama di Kota Malang yang berubah wajah menjadi pasar wisata dan banyak menarik pengunjung dari luar daerah. Di pasar ini ada sekitar 250 stan, yang mana 170 di antaranya berupa stan terbuka dan sisanya kios tertutup. Meski banyak didatangi wisatawan, aktivitas jual beli kebutuhan pokok lainnya juga tetap berlangsung.

Tak hanya di Kota Malang. Ramai orang berburu kuliner juga tampak di Pasar Induk Among Tani di Batu. Di pasar dengan bangunan modern tiga lantai yang diresmikan 14 Desember 2023 oleh Presiden Joko Widodo dan yang dilengkapi Co-working space dengan desain bangunan ramah lingkungan itu juga banyak didatangi pelancong yang ingin menikmati menu tradisional, seperti rawon, soto, tahu campur, bakso, dan sate.

Baca JugaLibur Natal, Saatnya Berburu Kuliner Enak di Pasar Tradisional Kota Batu 

Ekonom Universitas Muhammadiyah Malang Yunan Syaifullah mengatakan, secara umum pariwisata terbagi dalam dua bentuk, yakni wisata alam (basic tourism) dan wisata buatan (artificial tourism). Basic tourism berbiaya murah (low cost) namun ada kecenderungan tidak memberikan kepastian soal risiko. Sebaliknya, artificial tourism berbiaya tinggi (high cost) namun ada kepastian soal risiko.

Dengan kondisi cuaca ekstrem yang terjadi belakangan, menurut Yunan, membuat wisatawan menggeser tujuan wisatanya dari basic tourism ke artificial tourism lantaran alasan faktor risiko, keamanan, dan kenyamanan. Pasar termasuk ke dalam jenis wisata buatan.

“Wisata alam dipilih masyarakat saat tingkat pendapatan dan kesejahteraan belum tinggi. Sedangkan artificial tourism dipilih saat tingkat pendapatan sudah mendekati dan menyentuh high income,” ujarnya.

Para kaum menengah baru di perkotaan inilah yang kemudian banyak berwisata ke pasar-pasar tradisional itu. Terjadi pergeseran baru dari wisatawan klasik ke wisatawan baru, yakni kelas menengah baru.

“Plus dipicu ketidakpastian faktor cuaca tadi,” kata Yunan mengamini bahwa faktor kebosanan terhadap destinasi wisata yang itu-itu saja juga turut menjadi faktor pemicu wisatawan kini memilih kuliner di pasar sebagai tujuan. Selamat jajan di pasar!

  


Artikel Asli

Berikan komentar Anda
Lanjut baca:

thumb
Hentikan Kasus Tambang Konawe Utara, KPK Sebut BPK Tak Bisa Hitung Kerugian Negara
• 22 jam lalurctiplus.com
thumb
Ini Jenis Diet Paling Populer
• 12 jam lalubeautynesia.id
thumb
Korlantas Polri Terapkan 95% Penegakan Hukum Berbasis E-TLE
• 7 jam lalumediaindonesia.com
thumb
Viral Mahasiswi UNIMA Tewas Gantung Diri, Diduga Depresi karena Dilecehkan Dosen
• 1 jam lalukumparan.com
thumb
Pemerintah Beri Rp3 Juta ke Korban Bencana Sumatera untuk Belanja Perabotan Rumah
• 6 jam laluidxchannel.com
Berhasil disimpan.