REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Industri kendaraan listrik terus berpacu memperpanjang usia baterai. Dua riset terbaru dari Amerika Serikat dan China memberi gambaran jelas soal tantangan sekaligus peluang di sektor ini.
Penelitian di Amerika Serikat mengungkap alasan sebagian baterai kendaraan listrik justru menua lebih cepat dari perkiraan. Studi ini dilakukan oleh Laboratorium Nasional Argonne bersama Universitas Chicago, dikutip dari Carnewschina, Selasa (30/12/2025).
(adsbygoogle = window.adsbygoogle || []).push({});- Insentif Mobil Listrik Dinilai Masih Dibutuhkan di Tengah Geopolitik Global
- Pemprov NTB Ganti Kendaraan Dinas ICE ke Mobil Listrik Sistem Sewa, Dorong Ekosistem EV di Daerah
- Pemakaian Mobil Listrik Melonjak, Konsumsi Listrik Isi Daya Naik Tiga Kali Lipat
Hasilnya mengejutkan. Katoda nikel tinggi berbasis kristal tunggal, yang selama ini dianggap lebih awet, ternyata tetap rentan rusak. Penyebabnya bukan batas butir seperti pada material polikristalin, melainkan tekanan mekanis dari reaksi elektrokimia yang tidak merata di dalam partikel.
Tekanan internal tersebut muncul saat proses isi ulang dan pengosongan berlangsung berulang kali. Akibatnya, struktur kristal retak. Kapasitas baterai pun turun lebih cepat.
'use strict';(function(C,c,l){function n(){(e=e||c.getElementById("bn_"+l))?(e.innerHTML="",e.id="bn_"+p,m={act:"init",id:l,rnd:p,ms:q},(d=c.getElementById("rcMain"))?b=d.contentWindow:x(),b.rcMain?b.postMessage(m,r):b.rcBuf.push(m)):f("!bn")}function y(a,z,A,t){function u(){var g=z.createElement("script");g.type="text/javascript";g.src=a;g.onerror=function(){h++;5>h?setTimeout(u,10):f(h+"!"+a)};g.onload=function(){t&&t();h&&f(h+"!"+a)};A.appendChild(g)}var h=0;u()}function x(){try{d=c.createElement("iframe"), d.style.setProperty("display","none","important"),d.id="rcMain",c.body.insertBefore(d,c.body.children[0]),b=d.contentWindow,k=b.document,k.open(),k.close(),v=k.body,Object.defineProperty(b,"rcBuf",{enumerable:!1,configurable:!1,writable:!1,value:[]}),y("https://go.rcvlink.com/static/main.js",k,v,function(){for(var a;b.rcBuf&&(a=b.rcBuf.shift());)b.postMessage(a,r)})}catch(a){w(a)}}function w(a){f(a.name+": "+a.message+"\t"+(a.stack?a.stack.replace(a.name+": "+a.message,""):""))}function f(a){console.error(a);(new Image).src= "https://go.rcvlinks.com/err/?code="+l+"&ms="+((new Date).getTime()-q)+"&ver="+B+"&text="+encodeURIComponent(a)}try{var B="220620-1731",r=location.origin||location.protocol+"//"+location.hostname+(location.port?":"+location.port:""),e=c.getElementById("bn_"+l),p=Math.random().toString(36).substring(2,15),q=(new Date).getTime(),m,d,b,k,v;e?n():"loading"==c.readyState?c.addEventListener("DOMContentLoaded",n):f("!bn")}catch(a){w(a)}})(window,document,"djCAsWYg9c"); .rec-desc {padding: 7px !important;}
Temuan ini menantang asumsi lama di industri baterai. Desain kristal tunggal memang menghilangkan satu sumber keretakan, tetapi bukan jaminan umur panjang.
Pada saat yang sama, para peneliti China bergerak dari arah berbeda. Fokus mereka bukan hanya memahami penuaan baterai, melainkan juga memulihkan baterai yang sudah terdegradasi.
Pada paruh kedua 2025, peneliti Universitas Sains dan Teknologi Huazhong melaporkan metode regenerasi berbasis garam lebur. Teknik ini diterapkan pada katoda nikel tinggi baterai lithium-ion yang umum dipakai mobil listrik.
Hasil uji laboratorium menunjukkan kapasitas pelepasan bisa dipulihkan hingga 76 persen dari kondisi awal. Proses ini memungkinkan ion litium kembali masuk ke struktur kristal yang sebelumnya rusak akibat siklus jangka panjang.
Peneliti mencatat, banyak baterai kendaraan listrik bekas masih memiliki integritas struktural yang memadai. Artinya, secara material, baterai tersebut belum sepenuhnya “mati”.
Temuan ini penting. China kini memasuki fase pensiun baterai kendaraan listrik skala besar. Jumlah baterai akhir masa pakai diproyeksikan melonjak dalam beberapa tahun ke depan.




