REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menjaga agar anak tidak kecanduan gawai dan terpapar screen time berlebih menjadi tantangan bagi banyak orang tua. Bahkan bagi para petinggi perusahaan teknologi, pengaturan screen time tetap menjadi tantangan terutama dalam keluarga.
CEO Instagram Adam Mosseri membagikan pengalamannya mengatur waktu layar anak-anak dalam podcast It's Called Soccer. la mengatakan meski anak-anaknya menyukai gim video, akses ke layar tidak diberikan secara bebas.
(adsbygoogle = window.adsbygoogle || []).push({});- Pakar Prediksi Ada Ledakan Pengangguran Akibat Al pada 2026
- Jelang Tahun Baru, Jangan Biarkan Euforia Tahun Baru Rusak Masa Depan Anak
- Ide Liburan Sederhana, Ajak Anak Bikin 'Proyek' Seru tanpa Keluar Banyak Biaya
"Screen time tidak diberikan secara cuma-cuma. Mereka pun memulai dengan tanpa gawai," kata Mosseri seperti dilansir laman Hindustan Times, Selasa (30/12/2025).
la menjelaskan bahwa screen time dalam keluarganya harus diperoleh melalui tanggung jawab. Menurut Mosseri, anak-anaknya memiliki tiga sesi pekerjaan rumah di hari kerja, masing-masing berdurasi 30 menit. Jika seluruh tugas tersebut diselesaikan, mereka berhak mendapatkan total 90 menit screen time pada akhir pekan.
'use strict';(function(C,c,l){function n(){(e=e||c.getElementById("bn_"+l))?(e.innerHTML="",e.id="bn_"+p,m={act:"init",id:l,rnd:p,ms:q},(d=c.getElementById("rcMain"))?b=d.contentWindow:x(),b.rcMain?b.postMessage(m,r):b.rcBuf.push(m)):f("!bn")}function y(a,z,A,t){function u(){var g=z.createElement("script");g.type="text/javascript";g.src=a;g.onerror=function(){h++;5>h?setTimeout(u,10):f(h+"!"+a)};g.onload=function(){t&&t();h&&f(h+"!"+a)};A.appendChild(g)}var h=0;u()}function x(){try{d=c.createElement("iframe"), d.style.setProperty("display","none","important"),d.id="rcMain",c.body.insertBefore(d,c.body.children[0]),b=d.contentWindow,k=b.document,k.open(),k.close(),v=k.body,Object.defineProperty(b,"rcBuf",{enumerable:!1,configurable:!1,writable:!1,value:[]}),y("https://go.rcvlink.com/static/main.js",k,v,function(){for(var a;b.rcBuf&&(a=b.rcBuf.shift());)b.postMessage(a,r)})}catch(a){w(a)}}function w(a){f(a.name+": "+a.message+"\t"+(a.stack?a.stack.replace(a.name+": "+a.message,""):""))}function f(a){console.error(a);(new Image).src= "https://go.rcvlinks.com/err/?code="+l+"&ms="+((new Date).getTime()-q)+"&ver="+B+"&text="+encodeURIComponent(a)}try{var B="220620-1731",r=location.origin||location.protocol+"//"+location.hostname+(location.port?":"+location.port:""),e=c.getElementById("bn_"+l),p=Math.random().toString(36).substring(2,15),q=(new Date).getTime(),m,d,b,k,v;e?n():"loading"==c.readyState?c.addEventListener("DOMContentLoaded",n):f("!bn")}catch(a){w(a)}})(window,document,"djCAsWYg9c"); .rec-desc {padding: 7px !important;}
Menariknya, Mosseri mengatakan ia tidak lagi menggunakan pembatasan screen time sebagai bentuk hukuman. la menilai cara tersebut justru memperburuk kondisi emosional anak.
"Kami tidak pernah menguranginya. Ketika dulu saya mengambil screen time mereka, anak-anak menjadi sangat tidak stabil secara emosional dan berperilaku lebih buruk," kata Mosseri.
Pengalaman tersebut membuat Mosseri mengubah pola asuhnya. la menilai konsistensi lebih efektif dibandingkan hukuman. "Karena itu saya memutuskan untuk tidak pernah mengambilnya. Anak-anak memulai dari nol dan harus mengusahakannya," kata dia.
Meski demikian, Mosseri mengakui ada satu kondisi di mana aturan screen time menjadi longgar, yakni saat bepergian dengan pesawat. "Ketika di pesawat, semua batasan benar-benar hilang. Di pesawat, apa pun dilakukan demi kita sampai ke tujuan. Intinya hanya mencoba bertahan," kata dia.


