Pasar modal Indonesia menutup tahun 2025 dengan catatan yang solid dan penuh optimisme. Penutupan perdagangan resmi dilakukan pada Selasa (30/12) oleh Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal, Keuangan Derivatif, dan Bursa Karbon Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Inarno Djajadi.
Sepanjang 2025, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mencatatkan penguatan signifikan sebesar 22,10% dan ditutup di level 8.644,26 pada perdagangan terakhir. Aktivitas perdagangan juga menunjukkan tren positif, dengan rata-rata nilai transaksi harian (RNTH) mencapai Rp18,06 triliun.
Volume transaksi harian tercatat sebesar 30,27 miliar saham dengan frekuensi transaksi mencapai 1,78 juta kali. Sepanjang tahun berjalan, pasar modal Indonesia bahkan menorehkan 24 kali rekor all time high, serta mencatatkan kapitalisasi pasar tertinggi sepanjang sejarah yang menembus Rp16.000 triliun.
Baca Juga: Asing Jualan Rp937,79 Miliar di Akhir 2025, Saham-saham Ini Jadi Korbannya
“Tahun 2025 menjadi tahun pembuktian ketahanan dan kesiapan pasar modal Indonesia. Meski menghadapi berbagai tekanan, pasar tetap mampu menjaga stabilitas, bangkit, dan mencatatkan kinerja yang solid,” kata Direktur Utama BEI, Iman Rachman.
Dari sisi partisipasi investor, pertumbuhan juga terlihat signifikan. Jumlah investor pasar modal yang mencakup investor saham, obligasi, dan reksa dana melonjak 36,67% dibandingkan tahun sebelumnya menjadi 20,3 juta investor. Khusus investor saham dan surat berharga lainnya, jumlahnya meningkat lebih dari 2,2 juta hingga mencapai 8,59 juta investor.
Kinerja positif juga tercermin dari sisi penawaran efek. Sepanjang 2025, BEI mencatat 26 pencatatan saham baru dengan total dana yang berhasil dihimpun melalui IPO mencapai Rp18,1 triliun. Dari jumlah tersebut, enam di antaranya merupakan Lighthouse IPO. Hingga akhir tahun, jumlah emiten tercatat di BEI mencapai 956 perusahaan.
Baca Juga: Sempat Tertekan, IHSG Akhiri 2025 di Zona Hijau
Selain itu, terdapat pula 181 penerbitan obligasi dan sukuk, tiga Exchange-Traded Fund (ETF), satu Efek Beragun Aset (EBA), serta 647 waran terstruktur. Meski jumlah emiten baru sedikit menurun dibandingkan tahun sebelumnya, nilai penghimpunan dana justru meningkat 26,6%. Bahkan, berdasarkan laporan EY Global IPO Trends Q3 2025, Indonesia menempati peringkat ke-11 dunia dari sisi jumlah IPO.
Menatap 2026, BEI telah menetapkan sejumlah target ambisius, antara lain penambahan 2 juta investor baru, pencapaian rata-rata nilai transaksi harian sebesar Rp15 triliun, serta penambahan total 555 efek baru yang mencakup saham, obligasi atau sukuk, Kontrak Investasi Kolektif (KIK) termasuk DIRE dan DIRE Syariah, DINFRA, ETF, hingga EBA dan EBA Syariah. Dukungan seluruh pemangku kepentingan diharapkan mampu menjadi motor penggerak dalam memperkuat peran pasar modal sebagai pilar pembiayaan pembangunan dan pertumbuhan ekonomi nasional.





