ViaVia Jogja merayakan ulang tahunnya yang ke-30 dengan menggelar pameran seni bertajuk “Tricenarian: 30 Tahun ViaVia”, dibuka Sabtu (20/12). Pameran ini diikuti 60 seniman dan dihadiri sejumlah seniman yang tumbuh bersama ViaVia sejak akhir tahun 1990-an.
Kafe dan restoran ini pernah menjadi titik mula banyak seniman besar yang memulai pameran tunggal pertamanya. Deretan nama seperti musisi Oom Leo hingga muralis Samuel Indratma dari Apotik Komik tercatat pernah menjadikan ViaVia sebagai titik mula pameran mereka. Begitu pula seniman Eko Nugroho, Bambang “Toko” Wicaksono, Agan Harahap, hingga Mella Jaarsma.
“Sering kali mereka (para seniman) pameran pertama kali di sini,” ungkap Mie Cornoedus , sosok di balik berdirinya ViaVia di Jogja, saat ditemui tim Pandangan Jogja pada pembukaan pameran, Sabtu (20/12). “(Seperti) Eko Nugroho, pertama kali dia pameran tunggal itu di ViaVia. (Ada juga) Samuel Indratma. Banyak sekali.”
Oom Leo, musisi yang juga dikenal sebagai DJ, turut mengenang masa lalunya saat hadir di pameran 30 tahun ViaVia. Seniman bernama asli Narpati Awangga itu memulai perjalanan karirnya di Jogja saat berkuliah di Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta. “Karir Oom Leo itu dibangun di Via Via. Dapat kesempatan diajak pameran akhir 2000 atau 2001,” kenangnya.
ViaVia dalam ingatan Oom Leo merupakan ruang yang memberikan peluang bagi para seniman kecil yang kala itu tidak memiliki kesempatan untuk berdiskusi dan berpameran. Pasalnya, galeri pada masa itu jumlahnya terbatas dan bersifat eksklusif hanya untuk seniman dengan nama besar.
“Dulu seniman-seniman makan siang, nongkrong sampai malam di sini. Dialog, ngobrol, dan banyak ide lahir begitu aja,” tambah Oom Leo.
Samuel Indratma juga mengingat ViaVia sebagai ruang yang memberikannya kesempatan unjuk gigi pada awal perjalanannya sebagai seniman. “Tahun 1997, saya memulai bersama dengan Mie Cornoedus. Waktu itu ViaVia awal buka juga, kemudian saya berkenalan, lantas singkat cerita membuat sebuah pameran tunggal dengan membuat mural pada waktu itu,” kenangnya.
Dalam buku Tricenarian yang diterbitkan bersamaan dengan usia ViaVia ke 30, tercatat gagasan yang sejak awal diusung kafe dan restoran ini, yakni mengawinkan makanan, seni, dan komunitas. Selain untuk bersantap, restoran juga difungsikan sebagai galeri, studio diskusi, dan titik temu ide-ide.
“ViaVia memberi ruang eksperimen, ruang belajar, ruang pijakan pertama. Kami mendukung itu sebagai batu loncatan. Dari sini ada kolektor masuk, atau orang internasional. Lalu mereka (seniman yang pameran di ViaVia) diminta pamer di tempat lain. Banyak yang sekarang mapan, dulu tumbuh di sini,” pungkas Mie.
Pameran “Tricenarian: 30 Tahun ViaVia” berlangsung hingga 28 April 2026 di ViaVia Jogja yang berlokasi di Jl. Prawirotaman 30, terbuka untuk umum dan gratis.



/https%3A%2F%2Fcdn-dam.kompas.id%2Fimages%2F2025%2F12%2F31%2F0b7d10762d356ba4d263a0cf00bcc093-WhatsApp_Image_2025_12_31_at_13.30.23.jpeg)

