EtIndonesia. Ada sebuah lagu klasik berbahasa Inggris berjudul When a Child Is Born (Ketika Seorang Anak Dilahirkan), yang menceritakan tentang kelahiran Yesus Kristus yang membawa terang dan harapan bagi umat manusia. Dalam beberapa hari terakhir, sebuah kisah lain yang membawa harapan juga beredar di Italia: pada tahun 2025, sebuah desa kecil di pegunungan Italia akhirnya menyambut kelahiran bayi pertama dalam hampir 30 tahun.
Desa pegunungan kecil ini adalah Pagliara dei Marsi, sebuah desa kuno yang terletak di Gunung Girifalco, wilayah Abruzzo, Italia. Bayi perempuan tersebut bernama Lara Bussi Trabucco.
Menurut laporan surat kabar Inggris The Guardian pada 26 Desember, bayi Lara lahir pada Maret 2025, memecah ketenangan desa kecil Italia tersebut. Sebuah perayaan besar pun digelar untuk merayakan peristiwa langka yang sudah 30 tahun tidak terjadi: kelahiran seorang bayi. Pada saat yang sama, hal ini kembali menarik perhatian pada masalah “musim dingin demografi” yang dihadapi Italia.
Kelahiran Lara bahkan menjadi “objek wisata” lokal, menarik orang-orang yang sebelumnya belum pernah mendengar tentang desa kecil ini untuk datang berkunjung. Ibu Lara, Cinzia Trabucco, mengatakan: “Dia baru berusia 9 bulan, tapi sudah terkenal.”
Kehadiran Lara melambangkan harapan, namun juga mengingatkan masyarakat bahwa krisis demografi di Italia semakin memburuk.
Berdasarkan data dari Badan Statistik Nasional Italia (Istat), pada tahun 2024 jumlah kelahiran di Italia turun ke titik terendah dalam sejarah, yakni hanya 369.944 kelahiran. Tingkat kesuburan juga turun ke rekor terendah, dengan rata-rata perempuan usia subur melahirkan 1,18 anak—salah satu tingkat kesuburan terendah di Uni Eropa.
Data sementara tujuh bulan pertama tahun 2025 menunjukkan bahwa angka kelahiran Italia akan terus menurun. Wilayah Abruzzo berada dalam kondisi paling parah, dengan jumlah kelahiran dari Januari hingga Juli tahun ini turun 10,2% dibandingkan periode yang sama pada 2024.
Penurunan populasi disebabkan oleh berbagai faktor, termasuk ketidakstabilan lapangan kerja, arus besar kaum muda yang meninggalkan kampung halaman, kurangnya dukungan bagi ibu yang bekerja, meningkatnya tingkat infertilitas, serta semakin banyak orang yang memilih untuk tidak memiliki anak.
Dalam konteks ini, orang tua Lara tampak agak berbeda dari kebanyakan orang. Sang ibu, Cinzia, kini berusia 42 tahun dan berprofesi sebagai guru musik. Ia lahir di kota kecil Frascati di sekitar Roma. Setelah bertahun-tahun bekerja di ibu kota Italia, ia memutuskan untuk pindah ke desa pegunungan tempat kakeknya dilahirkan, menjauh dari hiruk-pikuk kota untuk membangun keluarga. Beberapa tahun lalu, ia bertemu dengan seorang pekerja bangunan setempat bernama Paolo Bussi, yang kini berusia 56 tahun.
Wali kota setempat, Giuseppina Perozzi, sangat berterima kasih atas kedatangan Cinzia dan berharap kisah mereka dapat menginspirasi orang lain untuk melakukan hal serupa. Ia mengatakan: “Pagliara dei Marsi telah lama menderita akibat penurunan populasi yang tajam. Meninggalnya banyak warga lanjut usia memperparah masalah ini, sementara tidak terjadi regenerasi antargenerasi.”
Namun, dengan kelahiran seorang anak, tantangan baru juga akan muncul. Lara yang kini berusia 9 bulan akan segera menghadapi masalah kurangnya fasilitas pendidikan seperti penitipan anak. Akibat penurunan jumlah penduduk, rumah sakit—termasuk layanan kebidanan—serta sekolah-sekolah di wilayah tersebut juga menghadapi risiko penutupan lebih lanjut. (Hui)
Laporan terjemahan oleh reporter Jin Hong / Lin Qing



