Bisnis.com, JAKARTA – Memasuki 2026, sejumlah pabrik kendaraan listrik (electric vehicle/EV) mulai beroperasi di Indonesia, di antaranya yakni Vinfast asal Vietnam hingga BYD asal China. Kedua pabrik EV itu berlokasi di Subang, Jawa Barat.
Adapun, Vinfast yang telah menggelontorkan investasi lebih dari US$300 juta dengan kapasitas produksi awal sekitar 50.000 unit kendaraan per tahun. Fasilitas manufaktur Vinfast Subang dibangun di atas lahan seluas 171 hektare.
Vinfast pun menegaskan komitmennya untuk meningkatkan nilai investasi di Indonesia secara bertahap hingga menembus US$1 miliar atau setara Rp16 triliun (asumsi kurs Rp16.000 per dolar AS). Pada fase ini, kapasitas produksi ditargetkan mencapai 350.000 unit kendaraan per tahun untuk melayani pasar domestik sekaligus membuka peluang ekspor.
Di lain sisi, BYD dilaporkan telah menuntaskan sekitar 90% pembangunan fasilitas pabriknya di Indonesia dengan nilai investasi mencapai Rp11,2 triliun. Pabrik tersebut disiapkan untuk kapasitas produksi hingga 150.000 unit per tahun.
Perlu diketahui, pemerintah sebelumnya menegaskan bahwa insentif impor utuh CBU untuk mobil listrik murni akan dihentikan pada akhir 2025.
Kebijakan ini merujuk pada Peraturan Menteri Investasi Nomor 6/2023 jo. Nomor 1/2024, yang mengatur bahwa fasilitas impor dan insentif BEV hanya berlaku hingga 31 Desember 2025.
Baca Juga
- Pemudik Mobil Listrik Makin Banyak pada Nataru 2025/2026, Ini Buktinya
- Kaleidoskop 2025: Babak Belur Industri Otomotif hingga Euforia Mobil Listrik
- Pasar Mobil Listrik di AS Lesu, LG Jual Pabrik Baterai EV ke Honda
Memasuki periode 1 Januari 2026 hingga 31 Desember 2027, produsen diwajibkan memenuhi komitmen produksi lokal dengan skema 1:1 sesuai peta jalan Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN), termasuk kesetaraan spesifikasi teknis seperti daya motor listrik dan kapasitas baterai. Apabila komitmen tersebut tak dipenuhi, pemerintah dapat mencairkan bank garansi sebagai sanksinya.
Sejauh ini, ada beberapa pabrikan mobil listrik yang telah menerima insentif impor, di antaranya yakni BYD, Geely, VinFast hingga PT National Assembler yang menaungi Citroen, Aion, Maxus dan VW. Artinya, sederet pabrikan BEV itu perlu memulai perakitan lokal pada 2026.
Proyeksi EkonomKepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede menilai, untuk pasar seperti Indonesia, sejumlah pabrikan kendaraan listrik, salah satunya Vinfast tampaknya menerapkan strategi perakitan lokal sebagai langkah awal.
"Pendekatan ini dimulai dengan perakitan di dalam negeri, kemudian secara bertahap meningkatkan kandungan lokal untuk memanfaatkan insentif yang tersedia sekaligus mengendalikan biaya, sebelum beralih ke produksi dalam skala yang lebih besar," ujar Josua dalam keterangannya, dikutip Rabu (31/12/2025).
Dari perspektif ekonomi, Josua menilai investasi tersebut penting bukan semata-mata dari sisi volume produksi, melainkan karena peningkatan produktivitas dan kapabilitas industri yang dihasilkan, termasuk pengembangan manufaktur berteknologi tinggi, otomasi proses, serta integrasi dengan solusi energi bersih.
Dia menambahkan, apabila model serupa dapat diadaptasi dan diterapkan di negara-negara seperti Indonesia, dengan penyesuaian terhadap kondisi lokal serta penguatan jaringan pemasok, pendekatan ini berpotensi mendorong peningkatan produktivitas yang lebih luas di sektor manufaktur.
Kendati demikian, Josua mengingatkan bahwa efektivitas strategi tersebut sangat bergantung pada kualitas implementasi, stabilitas rantai pasok, serta penerimaan konsumen.
Dia menilai ekspansi agresif di sektor kendaraan listrik memerlukan disiplin keuangan dan kejelasan arah bisnis agar dapat bertahan dalam siklus industri yang kompetitif.
Di lain sisi, meski pasar otomotif domestik lesu, penjualan mobil listrik berbasis baterai (battery electric vehicle/BEV) justru mengalami lonjakan signifikan sepanjang tahun berjalan.
Mengacu data Gaikindo, total penjualan wholesales mobil listrik murni selama 11 bulan 2025 mencapai 82.525 unit. Angka itu melonjak hampir dua kali lipat dari capaian sepanjang 2024 sebesar 43.188 unit.
Lonjakan tersebut didorong oleh semakin masifnya peluncuran merek dan model kendaraan listrik baru di pasar domestik, yang pada akhirnya memperketat persaingan di segmen EV. Selain BYD, Wuling dan Chery, ada sejumlah pendatang baru turut meramaikan pasar, di antaranya Vinfast asal Vietnam, Polytron milik Grup Djarum, serta Jaecoo di bawah Grup Chery.
Euforia mobil listrik di Indonesia juga tak terlepas dari sejumlah insentif perpajakan hingga bebas bea masuk impor yang diberikan oleh pemerintah. Alhasil, harga mobil listrik semakin terjangkau di kisaran Rp200 juta, atau beririsan dengan mobil low cost green car (LCGC).




:strip_icc()/kly-media-production/medias/5458845/original/054976600_1767093805-bima.jpg)