Teknologi Digital dan Tantangan Fokus Belajar Mahasiswa

mediaindonesia.com
2 jam lalu
Cover Berita

DI lingkungan kampus saat ini, teknologi digital sudah menjadi bagian dari keseharian mahasiswa. Laptop dan ponsel pintar selalu menemani, baik di ruang kelas maupun di luar jam kuliah. Di satu sisi, teknologi sangat membantu proses belajar. Namun di sisi lain, kemudahan tersebut sering kali datang bersamaan dengan gangguan yang membuat fokus belajar mahasiswa semakin sulit dijaga.

Dualisme Teknologi: Antara Aksesibilitas dan Distraksi

Tidak bisa dimungkiri, teknologi digital membuka akses belajar yang jauh lebih luas. Mahasiswa dapat mencari referensi dengan cepat, mengikuti kelas daring, hingga mengakses jurnal ilmiah tanpa harus datang langsung ke perpustakaan.

Bagi mahasiswa, khususnya di bidang teknologi dan sistem informasi, kehadiran teknologi bahkan menjadi kebutuhan utama dalam proses belajar. Kemudahan ini memungkinkan mahasiswa untuk mendapatkan hal baru, mendapatkan ilmu dari pakar di seluruh dunia hanya melalui satu klik saja.

Namun, kemudahan ini tidak selalu berdampak positif. Dalam praktiknya, teknologi digital juga membawa tantangan yang cukup serius bagi konsentrasi. Banyak mahasiswa yang awalnya membuka gawai untuk belajar, tetapi justru teralihkan oleh notifikasi media sosial, pesan instan, atau konten hiburan.

Fokus belajar yang seharusnya terjaga akhirnya terpecah tanpa disadari. Masalah ini bukan sekadar soal hilangnya waktu, melainkan penurunan kualitas pemahaman materi. Ketika otak terus-menerus berpindah fokus antara materi kuliah dan hiburan di layar, sehingga proses kognitif mendalam sulit tercapai.

Peluang dan Ancaman dari Artificial Intelligence

Selain perangkat keras, perkembangan kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI) juga mulai digunakan secara masif dalam aktivitas akademik. Teknologi ini membantu mahasiswa dalam mencari referensi dan mengolah data secara efisien. Jika dimanfaatkan dengan bijak, AI dapat menjadi alat bantu yang mempermudah pengerjaan tugas-tugas, tetapi harus di imbagi dengan kolaborasi agar pikiran dan kreativitas kita tetap digunakan dengan baik.

Namun, jika digunakan secara berlebihan tanpa kontrol, teknologi ini berpotensi membuat mahasiswa bergantung dan kurang mengasah kemampuan berpikir. Bahaya intelektual muncul ketika mahasiswa mulai menyerahkan sepenuhnya proses analisa kepada algoritma.

Pendidikan seharusnya melatih ketajaman logika dan kemandirian berpikir. Kemudahan AI yang memberikan jawaban instan berisiko menciptakan generasi yang cerdas secara permukaan namun rapuh dalam pemahaman substansi. Oleh karena itu, AI harus diposisikan sebagai 'asisten' atau 'alat bantu' bukan pengganti otak manusia dalam belajar.

Distraksi Digital dan Dampak Psikologis

Tantangan utama yang sering dihadapi mahasiswa di era teknologi digital adalah distraksi. Media sosial dan aplikasi hiburan menawarkan kenyamanan instan yang sulit dihindari. Waktu belajar yang seharusnya produktif sering kali terpotong oleh aktivitas digital yang tidak berkaitan dengan akademik. Akibatnya, konsentrasi belajar menjadi terganggu.

Selain memengaruhi fokus belajar, penggunaan teknologi yang tidak terkontrol juga berdampak pada kondisi mental mahasiswa. Tekanan untuk selalu terhubung dan mengikuti perkembangan digital dapat memicu stres dan kelelahan mental.

Adanya fenomena membandingkan pencapaian hidup dengan orang lain di media sosial sering kali menimbulkan kecemasan akademik yang tidak perlu. Lebih jauh lagi, interaksi sosial yang lebih banyak terjadi di ruang virtual juga berisiko mengurangi kualitas komunikasi langsung dan kepekaan sosial mahasiswa. Kemampuan berempati dan membaca situasi sosial secara nyata mulai tergerus oleh interaksi dingin di balik layar.

Pentingnya Kesadaran Digital dan Pengendalian Diri

Di tengah arus teknologi yang semakin cepat, mahasiswa dituntut untuk mampu mengatur diri. Teknologi memang menyediakan berbagai peluang, mulai dari pengembangan keterampilan hingga kesempatan berwirausaha secara digital.

Banyak mahasiswa yang memanfaatkan media sosial dan platform digital untuk membangun usaha, mengasah kreativitas, atau mempelajari keahlian baru yang relevan dengan dunia kerja. Namun, potensi besar ini hanya bisa terealisasi jika mahasiswa memiliki kedisiplinan diri yang kuat.

Dosen Program Studi Sistem Informasi Universitas Pamulang, Drs Afrizal Zein, M Kom., menekankan bahwa perkembangan teknologi merupakan hal yang tidak dapat dihindari. Afrizal menyatakan bahwa teknologi memiliki peran penting dalam mendukung pendidikan, tetapi penggunaannya tetap harus disertai kesadaran dan tanggung jawab.

Mahasiswa perlu memahami bahwa teknologi hanyalah alat, bukan tujuan utama dari pendidikan itu sendiri. Alat tersebut haruslah dikendalikan oleh pemakainya, bukan sebaliknya ketika pemakai dikendalikan oleh algoritma alat tersebut.

Strategi Mengembalikan Fokus Belajar

Untuk menghadapi tantangan ini, mahasiswa perlu menerapkan strategi konkret dalam mengelola waktu dan gawai mereka. Pertama, menetapkan skala prioritas adalah hal wajib. Mengatur waktu kapan harus menggunakan gawai untuk belajar dan kapan harus berhenti sejenak untuk istirahat tanpa gangguan layar adalah langkah awal yang krusial.

Kedua, literasi digital harus terus ditingkatkan. Mahasiswa tidak boleh hanya sekadar 'mampu menggunakan' teknologi, tetapi juga harus 'bijak memilah' informasi.

Membentuk kelompok belajar tatap muka juga bisa menjadi solusi untuk mengurangi ketergantungan pada ruang virtual. Diskusi secara langsung dapat menghidupkan kembali kepekaan sosial sekaligus memperdalam materi kuliah melalui interaksi manusiawi yang dinamis. Teknologi harus digunakan untuk memperkaya diskusi, bukan menggantikan kehadiran fisik dan pertukaran ide secara langsung.

Pada akhirnya, teknologi digital bukanlah sesuatu yang sepenuhnya salah atau benar. Dampaknya sangat bergantung pada cara mahasiswa menggunakannya. Jika dimanfaatkan secara tepat, teknologi dapat memperkuat proses belajar dan mempersiapkan mahasiswa menghadapi dunia kerja yang semakin kompetitif.

Namun, tanpa pengendalian diri, kemudahan teknologi justru dapat menurunkan fokus belajar. Karena itu, mahasiswa perlu membangun kesadaran digital sejak dini.

Mengatur waktu penggunaan gawai, memilah konten yang bermanfaat, serta menempatkan teknologi sebagai pendukung belajar adalah langkah penting agar teknologi digital benar-benar menjadi alat yang membantu, bukan penghambat, dalam perjalanan belajar mahasiswa. Masa depan akademik mahasiswa bergantung pada sejauh mana mereka mampu beradaptasi dengan teknologi tanpa kehilangan jati diri sebagai pembelajar yang kritis dan fokus.


Artikel Asli

Berikan komentar Anda
Lanjut baca:

thumb
Gibran Ajak Mahasiswa Kunjungi IKN untuk Lihat Langsung Progres Pembangunan Nasional
• 22 jam lalupantau.com
thumb
Jalan Thamrin–Sudirman Jakarta Ditutup untuk Kendaraan Pribadi pada Malam Pergantian Tahun
• 11 jam lalumetrotvnews.com
thumb
Berkedok Mata Elang, Empat Begal Motor Ditangkap Polisi di Depok
• 8 jam laluliputan6.com
thumb
Banjir Bandang Terjang Sukabumi, Rumah Warga dan Ternak Lenyap
• 14 jam laludetik.com
thumb
Capaian BNPT: Gagalkan 27 Rencana Aksi Teror dalam Kurun Waktu 2023-2025
• 20 jam laludisway.id
Berhasil disimpan.