Nataru Dongkrak Produksi Keripik Belut di Sleman, Dapur Menyala Seharian

kumparan.com
4 jam lalu
Cover Berita

Libur Natal dan Tahun Baru (Nataru) membawa peningkatan aktivitas produksi di sejumlah usaha mikro di Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Dua rumah produksi keripik belut goreng, masing-masing di Godean dan Seyegan, merasakan lonjakan permintaan selama masa liburan akhir tahun.

Marsiyah, pemilik rumah produksi Belut Goreng Barokah di Sidomulyo, Godean, Sleman, menyebut periode Nataru menjadi waktu tersibuk bagi dapurnya. Empat tungku sederhana berbahan bakar kayu kering digunakan sejak pagi hingga sore untuk memenuhi pesanan pelanggan pasar maupun pemudik yang mencari oleh-oleh.

“Alhamdulillah, repot capek tapi penghasilannya berlipat-lipat termasuk di Nataru,” kata Marsiyah saat ditemui Pandangan Jogja di rumah produksinya, Senin (29/12).

Ia mengatakan, selama libur akhir tahun volume bahan baku yang diolah meningkat dibanding hari biasa.

“Ini persiapan belut mentah 20 kilo, biasanya 10 atau 15. Harapannya ya pokoknya laris terus omzetnya lebih meningkat nggak cuman hari hari besar,” ujarnya.

Usaha keripik belut goreng tersebut telah dijalani Marsiyah sejak 1995. Proses produksi dilakukan menggunakan tungku dapur sederhana yang menyala sejak pukul 08.00 WIB hingga sekitar pukul 17.00 WIB selama permintaan meningkat.

Peningkatan serupa juga dirasakan Wartiyem, pemilik usaha Keripik Belut Citra Rasa di Seyegan, Sleman. Ia menyebut libur Nataru berdampak langsung pada pergerakan ekonomi usahanya, terutama karena banyak wisatawan mencari oleh-oleh khas daerah.

“Nataru orang luar kota mencari, dia pasti browsing, lihat bintangnya (ratingnya). Kami juga selalu memberi tester,” kata Wartiyem.

Menurutnya, kapasitas produksi harian meningkat signifikan selama libur panjang. Jika pada hari biasa produksi berkisar 80–100 kilogram per hari, saat Nataru jumlahnya naik menjadi sekitar 150 kilogram.

“Liburan Nataru ada peningkatan, yang setiap hari produksi cuma 80 kilo–100 kilo, sekarang 150 kilo per hari, tapi tentunya ngambil tenaga tambahan, karena untuk mencukupi toko oleh-oleh,” ujar Wartiyem.

Untuk menjangkau konsumen luar daerah, Wartiyem memanfaatkan media sosial dan gawai sebagai sarana promosi. Lokasi rumah produksinya yang berada di kawasan permukiman tidak menjadi kendala selama informasi produk mudah ditemukan secara daring.

“HP membantu kita mengenalkan produk. Kalau bagus dan diminati masyarakat, ingin dikenal produknya, sudah yakin diminati masyarakat, iklan di sosmed lebih tepat. Harus kreatif,” katanya.

Selama libur Natal dan Tahun Baru, peningkatan permintaan mendorong kedua usaha tersebut menyesuaikan kapasitas produksi, baik melalui penambahan bahan baku maupun tenaga kerja, guna memenuhi kebutuhan pasar oleh-oleh di Sleman dan sekitarnya.


Artikel Asli

Berikan komentar Anda
Lanjut baca:

thumb
Wayan Koster Yakin Wisatawan Tak Kecewa, Tanpa Kembang Api Tahun Baru di Bali
• 9 jam lalugenpi.co
thumb
UEA Tarik Pasukan dari Yaman, Bantah Dukung Separatis
• 8 jam laluidxchannel.com
thumb
Cara Ampuh Mencegah Bau Apek Pakaian saat Musim Hujan
• 22 jam lalubeautynesia.id
thumb
Bupati Aceh Utara Diajari Mendagri Tito Cara List Nama Warga untuk Terima Bantuan
• 2 jam lalutvonenews.com
thumb
Suasana Bundaran HI Jelang Perayaan Tahun Baru 2026
• 1 jam lalukumparan.com
Berhasil disimpan.