Upah Rendah dan Biaya Pernikahan yang Tinggi, Berkeluarga Menjadi Kemewahan bagi Rakyat Tiongkok

erabaru.net
4 jam lalu
Cover Berita

EtIndonesia. Dalam hampir sepuluh tahun terakhir, angka pernikahan dan jumlah kelahiran di Tiongkok terus menurun. Tahun ini, pemerintah meluncurkan berbagai kebijakan untuk mendorong pernikahan. Namun, di tengah kelesuan ekonomi dan penurunan upah secara luas, tingginya biaya pernikahan serta tekanan ekonomi membuat membangun keluarga tetap menjadi kemewahan bagi masyarakat biasa.

Zhang, pria berusia 32 tahun, mengungkapkan bahwa karena tidak mampu membayar uang seserahan sebesar 288.000 yuan, ia terpaksa berpisah dengan pacarnya. Selain itu, biaya hidup setelah menikah juga sangat besar: cicilan rumah, cicilan mobil, dan biaya membesarkan anak semuanya membutuhkan uang. Melihat banyak kerabat dan teman yang hidup penuh konflik setelah menikah serta tingginya angka perceraian, ia tidak ingin menjalani kehidupan seperti itu.

“Orang biasa tidak bisa menikah, saya juga tidak ingin menikah. Dengan penghasilan hanya beberapa ribu yuan, benar-benar tidak cukup untuk menafkahi keluarga. Saya juga tidak mampu membeli rumah,” ujar Zhang, lajang asal Qingdao. 

“Sebenarnya bisa saja menikah, tapi itu berarti menguras seluruh tabungan keluarga kami seumur hidup, bahkan harus berhutang. Setelah menikah, apakah bisa bertahan? Kalau tidak ada uang, langsung bercerai. Jangan berpikir punya anak pasti jadi jaminan hari tua. Kalau anak tidak menggerogoti masa tua kita saja sudah bagus,” tambahnya. 

Laporan Perkembangan Pernikahan dan Keluarga Tiongkok menunjukkan bahwa rata-rata uang seserahan di pedesaan melonjak dari 88.000 yuan pada 2015 menjadi 187.000 yuan pada 2024, dan di beberapa daerah bahkan mencapai lebih dari 300.000 yuan, sehingga menyebabkan semakin banyak pria lajang di pedesaan.

Li, kurir makanan berusia 22 tahun yang berasal dari desa, telah bekerja mengantar makanan di Hangzhou selama tiga tahun. Demi menghemat lebih dari 1.000 yuan per bulan untuk sewa, ia bahkan mendirikan tenda di bawah jembatan untuk tinggal. Ia mengatakan bahwa pendapatan kurir makanan kini jauh lebih rendah dibandingkan sebelumnya. Untuk mencukupi hidup sendiri saja sudah sulit, apalagi memikirkan pernikahan.

“Mengantar makanan itu sangat melelahkan, tapi tidak menghasilkan uang. Kalau tidak punya uang, bagaimana bisa berkeluarga? Hanya orang kaya yang bisa menikah. Orang miskin, punya uang seserahan? Punya rumah? Punya mobil? Punya tabungan? Setelah menikah, anak makan apa? Ada uang susu formula? Saya juga tidak ingin menikah, tekanannya terlalu besar. Ini mungkin tragedi generasi muda zaman sekarang,” kata Li, kurir makanan di Hangzhou. 

Wang, pria 41 tahun, mengatakan bahwa harga rumah di Tianjin telah turun kembali ke level sepuluh tahun lalu, dengan penurunan lebih dari setengah. Kini, dengan beberapa ratus ribu yuan sudah bisa membeli satu unit rumah, namun gaji bulanan pekerja biasa umumnya hanya 3.000–4.000 yuan, sehingga memenuhi kebutuhan dasar saja sudah sulit. Tanpa bantuan finansial dari orang tua, sangat sulit untuk membangun keluarga.

“Sekarang kebanyakan perempuan hanya melihat uang. Kegagalan pernikahan semuanya karena pengangguran; pengangguran sama dengan perceraian. Nilai kebajikan perempuan tradisional sudah hilang. Hidup sendiri itu menyenangkan dan bebas. Dengan penghasilan saya 4.000–5.000 yuan per bulan, saya masih bisa menabung, jadi orang tua saya sekarang juga tidak lagi mendesak saya untuk menikah,” ujarnya. 

He, pria 38 tahun, dan istrinya sama-sama bekerja sebagai programmer, namun tahun lalu keduanya terkena PHK dan sama-sama menganggur. Biaya untuk dua anak serta cicilan rumah membuatnya sangat cemas. Ia mengungkapkan bahwa banyak orang yang kehilangan pekerjaan akhirnya pulang ke kampung halaman bersama keluarga, atau bahkan rumah tangga berantakan dan pasangan berpisah.

“Kehidupan sebagian besar orang yang lahir setelah tahun 1980-an berjalan sesuai pola: menikah, punya anak, beli rumah, beli mobil. Dulu, selama Anda berpenghasilan, mengikuti seluruh proses ini berarti sudah ‘dipanen’ oleh sistem—banyak orang akhirnya terlilit utang. Begitu kehilangan pekerjaan dan tidak ada keluarga yang menopang, tekanannya luar biasa besar sampai sulit tidur karena cemas,” katanya. 

Laporan oleh Xiong Bin dan Bai Ni, reporter New Tang Dynasty Television.


Artikel Asli

Berikan komentar Anda
Lanjut baca:

thumb
Waskita Karya (WSKT) Tuntaskan Pembangunan Puluhan Huntara di Aceh Tamiang Hanya dalam 6 Hari
• 5 jam laluidxchannel.com
thumb
Apakah Tanggal 1 Januari 2026 Libur? Cek Jadwalnya!
• 13 jam lalumetrotvnews.com
thumb
Tolak Mutasi Kepala Sekolah yang Baru 5 Bulan Menjabat, Ribuan Guru Aksi Protes ke Gubernur Jawa Timur
• 12 jam lalutvonenews.com
thumb
Gerakan Sosial Aksi Jersey Sumatera, Jersey Lama Jadi Berkah untuk Banyak Orang
• 23 jam lalutvonenews.com
thumb
312 Ribu Personel Polri Siaga Jamin Keamanan Malam Tahun Baru
• 6 menit lalumetrotvnews.com
Berhasil disimpan.