Raksasa jaringan kopi Starbucks, yang sebelumnya sangat padat membuka gerai di kota-kota besar Amerika Serikat seperti New York dan Los Angeles, kini akan menyesuaikan strategi ekspansi di kawasan metropolitan dan berencana menutup sekitar 400 gerai. Saat ini, Starbucks memiliki lebih dari 18.000 gerai di Amerika Serikat dan Kanada.
EtIndonesia. Dengan persaingan pasar yang semakin ketat, ditambah meluasnya kerja jarak jauh, menurunnya populasi di pusat kota, serta meningkatnya biaya operasional gerai, Starbucks mengubah strategi dengan menutup banyak gerai yang berlokasi di lantai dasar gedung perkantoran pusat kota dan mengalihkan fokus operasional ke wilayah pinggiran kota.
Menurut laporan CNN, CEO Starbucks Brian Niccol mendorong sebuah rencana pemulihan senilai 1 miliar dolar AS, yang mencakup penutupan sekitar 400 gerai yang terkonsentrasi di kota-kota metropolitan besar. Langkah ini saat ini telah diterapkan secara bertahap di berbagai kota.
Juru bicara Starbucks mengatakan kepada CNN bahwa gerai-gerai tersebut merupakan gerai dengan kinerja operasional yang buruk atau tidak lagi memenuhi standar merek. Perusahaan juga berencana meluncurkan desain baru dan peningkatan pengalaman pelanggan pada tahun 2026.
Gerai yang telah ditutup sejauh ini meliputi 42 gerai di New York, lebih dari 20 di Los Angeles, 15 di Chicago, dan 7 di San Francisco.
Laporan tersebut menyebutkan bahwa Starbucks berencana merenovasi 1.000 gerai dalam satu tahun ke depan, dengan menambah sofa, meja, kursi, serta stopkontak listrik, guna meningkatkan pengalaman ruang dan mendorong pelanggan untuk tinggal lebih lama.
Dalam beberapa tahun terakhir, pertumbuhan penjualan Starbucks melambat, dan harga sahamnya turun sekitar 6% tahun ini. Para analis menilai, tantangan utama Starbucks adalah bahwa satu gerai harus melayani pelanggan takeaway dan pelanggan yang duduk lama secara bersamaan, sementara kedua tipe pelanggan ini memiliki pola konsumsi yang sangat berbeda, sehingga menyulitkan penyesuaian operasional.
Selain itu, dengan persaingan pasar yang semakin ketat, meluasnya kerja jarak jauh, berkurangnya populasi pusat kota, serta kenaikan biaya operasional gerai, Starbucks terus menyesuaikan strateginya dengan menutup banyak gerai di pusat bisnis kota dan mengalihkan fokus ke kawasan pinggiran. (Hui)




